Part 5 | Diamagnetik

151K 13.3K 490
                                    

HIMPUNAN keinginan Gladys yang belum pernah kesampaian:

1. Ngalahin Fareina;

2. bisa leha-leha, kaya raya, beli apa saja tanpa perlu encok jualan kue dulu;

3. mamanya bangun dari tidur panjangnya biar Gladys tidak perlu pontang-panting bayar BPJS;

4. ketemu Kim Tae-hyung BTS;

5. pacarin Kim Seok-jin;

6. nikah sama Jeon Jung-kook;

7. gentayangin Varelino Dhafian kalau sampai impiannya boncos semua.

Sumpah mati, Gladys pengin pura-pura pingsan sekarang. Akting kejang-kejang biar tidak dipalak pertanggungjawaban, kira-kira kece tidak? Eh, tapi entar digetok Varel pakai buku, yang ada dia semaput betulan. Wegah!

Gebrakan meja mengejutkan Gladys. "Gara-gara sampah yang lo bikin, gue diare dua hari!" bentak Varel. "Bahkan sampai hari ini, gue belum dibolehin ikut latihan basket sama pelatih. Sialan lo! Udah enggak ngerasa bersalah sama sekali, bikin hidup gue susah pula!"

Sekuat tenaga, Gladys mencoba tidak balik menjerit atas tudingan semena-mena. "Kak, gue jualan udah dari SMP, bukan baru-baru ini!" Ia menggeram. "Sehari, ada dua puluh klepon yang gue titipin di kantin. Kalau itu 'sampah' emang beracun, seharusnya ada lebih dari satu orang yang jadi korban. Tapi kenapa cuma Kak Varel doang?"

Anjer, dipikir Gladys bakal terima dituduh aneh-aneh? Seumur-umur ia jualan, keluhan yang masuk ke telinganya selalu satu: jualannya kurang banyak alias nagih tenan! Yang koar-koar keracunan baru Varel. Tidak logis, bukan?

Tatapan tajam Varel belum surut. "Udah ketahuan salah, muka badak pula." Gila! Standing applause buat kengeyelan cewek ini. "Sekarang lo ikut gue! Jelasin sendiri semua dosa lo di depan temen-temen gue!" tarik Varel.

Tanpa ba-bi-bu, cowok itu memaksa Gladys mengekori langkahnya. Kaki panjangnya membuat Gladys terseok-seok mengimbangi. Muka Varel bahkan merah saking emosinya.

Gladys kebakaran jenggot. Senior gemblung! Masalah keracunan klepon itu seharusnya cuma urusan dirinya sama Varel. Buat apa menyeret-nyeret pihak luar segala? Cari muka?

Tidak berhasil mengelak dari musibah, Gladys berakhir berdiri di tepi lapangan. Kurang puas, Varel bahkan mendorong punggung Gladys hingga menghadap anak-anak basket yang tengah duduk melingkar.

"Nih, pembawa sial tim COBRA. Terserah deh lo pada mau ngapain dia," beber Varel.

Mata Gladys melotot saat Varel terang-terangan mengumpankannya ke kumpulan ikan piranha dalam kulit manusia. Kejamnya tidak tanggung-tanggung. Ia mati kutu disergap empat pasang mata dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Oh, ternyata ini." Kloningan hulk versi kearifan lokal manggut-manggut. "Lumayan juga nyalinya. Biasa dipanggil siapa, Dek? Ayang bebku? Cintaku?"

Damar sekonyong-konyong melempar kaus kakinya ke kepala Jeki. Bahlul! Belum apa-apa sudah ngegombal. "Dilarang godain muridnya Varel, bego! Mau digibeng lo?" Ganjen tidak lihat posisi. Varel kan punya target khusus buat olimpiade, pilih-pilih mangsalah pas mau tebar pesona. Tatapan Damar berpindah ke Gladys. "Jangan dengerin Aa Jeki, ya, Gladys. Lo tuh lebih pantes dipanggil jodohku."

Bulu kuduk Gladys meremang. Selagi mereka kompak bersorak "eaks", ia tersenyum cringe. Mabok les sama tryout sepertinya bikin otak para kakak kelas ini korslet berjamaah.

Menyadari raut jijik Gladys, si lesung pipi mengubah tawanya menjadi senyum manis. "Ini tumbler lo bukan, Dis?" Diulurkannya wadah air minum berwarna hitam ke arah Gladys. Evan mengerling. "Kita mau balikin ini dari kemarin, tapi enggak tahu Gladys yang mana. Ada tulisan nama lo di bagian bawah tumbler. Varel bilang ini punya lo."

Heliosentris [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang