Part 27 | Kalor Lebur

88.8K 8.7K 1.2K
                                    

MARAHNYA orang sabar itu mengerikan. Kesalnya orang tahu makanan favoritnya direbut paksa juga menyeramkan. Akan tetapi, ada hal yang lebih parah dari itu semua.

"Gilaaaa... gue beli pulsa lima puluh ribu lupa dipaketin. Argh... ludes semua!"

Damar membentur-benturkan kepalanya ke batang pohon beringin. Jam istirahat latihan, ia niatnya mau pamer foto latihan basket final di Instagram. Nahas, satu kali lupa membuat rencananya bubar jalan.

"Damar begooo, kenapa lo mesti lupa? Operatoooor... balikin pulsa gueee!" teriaknya menggila.

Oon sibuk mengipasi lehernya yang banjir peluh. Ia geleng-geleng miris. "Damar... Damar... tinggal beli lagi apa susahnya? Enggak usah sok miskin. Lo sama Varel kan rajin jadi pemain sewaan tim basket lain. Banyak duit lo berdua," celetuknya asal. "Entar gue aminin kalau lo ngaku miskin biar duitnya enggak ngerasa terzalimi."

"Jangan. Mending sedekahin aja ke orang yang membutuhkan," timpal Jeki, "yaitu gue."

Apa pun masalahnya, ngelawaklah yang utama.

Evan cekikikan sambil tepar keringatan. Ia duduk senderan di punggung Jeki, sedangkan Oon sibuk berteduh di bawah dahan pohon yang rimbun. Varel? Mojok bareng anak-anak kelas sebelas yang dipersiapkan sebagai pemain cadangan. Menyampaikan evaluasi latihan barusan.

Mata Damar melotot. "Diem lo berdua! Nyari duit itu enggak gampang! Kudu jadi pemain sewaan banyak klub biar dapet uang jajan tambahan. Buat menang pertandingan, butuh latihan keras. Buat latihan keras, butuh energi. Buat energi, butuh makan. Buat makan, butuh duit! Lima puluh ribu itu jatah paketan setengah bulan. Provider gue kan mehong kalau urusan kuota!"

"Anjer, bilang aja lo pelit, Cungip!" Jeki menggebuk kepala Damar pakai bola basket.

Reaksi serupa datang dari Oon. Ia menengadahkan kedua tangan. "Ya Allah, kasihanilah pasangan Damar di masa depan. Semisal dia keberatan berjodoh sama si Cungip, biarin dia balik ke rahim emaknya aja, ya Allah."

"Iya, ya Allah. Entar jodohnya disuruh cuma makan cinta, beraknya nanti lope-lope bentuknya," imbuh Evan.

Sompret! Beginilah bentukan konco seperkampretan. Sewaktu tahu teman ketiban apes, ketawain dulu sebelum ditolongin. Mana suara tawanya mirip toa pula.

Tak hanya sampai di situ. Mereka juga gemar memanggil pakai sebutan aneh-aneh. Si Cungip Damar, Jekingkong, Monyet Oon, si Bego Varel, dan si Cecunguk Evan. Bukan wujud kekesalan, melainkan keakraban.

Sepatu Damar baru saja hendak menyerampang temannya satu-satu saat sebuah suara mengudara. Sumbernya dari ponsel Fathan.

"Lo enggak usah munafik, deh. Buktinya lo seneng bareng Kak Varel ke mana-mana, kan?"

"Iya, seneng banget-nget-nget. Hemat uang jajan."

"Urat malu lo udah putus, ya, Gladys? Dasar matre!"

"Urat malu gue selalu kocar-kacir tiap lihat ular Senjayana. Kenapa? Kan, lo tahu prinsip gue. Cuma mau deketan sama orang yang bisa gue manfaatin. Selain itu? Najis banget buang-buang waktu!"

"Wooo... terlalu sadis caramu!" Jeki yang pertama kali berkomentar. Evan langsung terperanjat bangun dari senderannya.

Sementara Fathan panik karena niatnya mau takedown fail dari grup chat angkatan malah jadi terputar keras, anak-anak COBRA yang lain saling bersiul.

"Prikitiew, ada yang seneng bareng Kak Varel ke mana-mana, nih!" Suara Oon berubah sok imut. "Iyi, sining bingit-ngit-ngit. Himit iing jijin."

"Cimi mii dikitin simi iring ying bisi gii minfiitin," imbuh Damar.

Heliosentris [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang