Bab 19

7 2 0
                                    

Sudah lama, yah benar sekali, sudah lama rasanya Rendy tidak merasakan setenang ini. Saat ini ia sedang tidur telentang di atas rumput lapangan yang mirip bukit ini bersama Aurel. Cewek itu sejak tadi ada di sampingnya, diam tanpa suara. Walau begitu, Rendy merasa ini sudah cukup baginya, ia bahagia, hingga rasanya senyum pun mulai bosan untuk singgah di bibirnya terus.

Rendy menoleh pada Aurel, melihat mata cewek itu terpejam, senyumnya semakin melebar, telapak tangannya bergerak ke kanan dan ke kiri tepat di atas wajah Aurel, untuk menyadari jika cewek ini benar-benar tertidur pulas.

Tatapan mata Rendy kembali beralih pada langit senja, sebentar lagi sunset akan terjadi, segera dengan hati-hati ia menepuk-nepuk tangan Aurel agar cewek itu bisa cepat bangun dari mimpinya.

"Rel, bangun Rel,"

Aurel merasakan satu suara hadir dalam mimpinya, namun ini bukan suara orang yang ada di hadapannya. Laki-laki tampan yang berada di hadapannya saat ini hanya sedang duduk berhadapan dengannya, tersenyum hangat, sambil matanya tak lepas menatapnya. Namun Delon sama sekali tak bicara apapun. Lalu suara siapa itu?

"Rel, jadi mau lihat sunset kan."

Suara itu kembali muncul dalam ruang mimpinya, dan saat ini yang ia lakukan hanyalah terbengong saat matanya mulai merefleksikan wujud cowok berantakan yang sedang tersenyum lebar di hadapannya. Mereka begitu dekat, hingga Aurel bisa merasakan deru napas Rendy.

Aurel merasa limbung, ia baru bangun secara mendadak dari minpinya, ditarik paksa tanpa sadar oleh Rendy yang sekarang sedang menunjuk ke satu arah. Karena kesadarannya pun belum kembali seutuhnya, ia hanya mengikuti arah pandang Rendy begitu saja.

Detik berikutnya hanya suara tercekat kagum Aurel yang dapat Rendy dengar. Aurel menatap warna langit senja dengan begitu terhipnotis, warna kemerahan yang bercampur dengan warna ungu gelap mengiri sang surya menuju tempat peraduannya yang lain, membuatnya tak bisa bernapas.

Hanya keterpanaan yang dapat Aurel rasakan saat itu, ia baru saja bangun tidur, dan pemandangan ini yang ia lihat, sungguh sampai kapan pun ia takan pernah bisa melupakan kejadian ini.

***

Aurel baru sampai ke rumah pukul 7 malam, ia diantar tepat sampai depan rumah oleh Rendy. Bibir Aurel tersenyum sendiri, sepertinya setelah ini ia akan menjadi bersahabat dengan Randy.

Ia ingat tadi setelah menyaksikan sunset, ia berjalan kembali bersama Rendy menuju lapangan, dan mereka tak dapat menemukan siapa pun. Mereka juga berkeliling kompleks untuk mencari anak-anak yang lain. Tidak ada, yang mereka temukan hanyalah kicauan burung yang terbang ingin kembali terbang pulang pada tuannya.

Menyadari jika mereka sudah ditinggalkan berdua, Rendy hanya bisa menggaruk-garuk kan kepalanya yang tak gatal, ia khawatir jika Aurel merasa tidak nyaman, dan marah padanya, namun yang ia dapatkan justru malah tawa Aurel.

Langkah kaki Aurel berjalan menuju kamar Mamanya, sejenak rasa cemas terbit di hatinya, ia lupa, ia meninggalkan Mama di rumah sendirian karena Papa sampai saat ini belum juga pulang.

Hati-hati, begitu perlahan Aurel membuka pintu kamar Mama, langkahnya mengecil seiring dengan semakin terlihat nya punggung Mama yang tidur membelakanginya di atas kasur.

"Mama udah tidur?"

Tak ada jawaban yang ia dapat.

Aurel kembali berjalan, keluar dari kamar Mamanya menuju dapur, ia berjalan mengambil makan malam untuk Mama. Setelah piring itu sudah ada di genggamannya ia kembali lagi ke dalam kamar Mama. Meletakan piring itu di atas nakas putih, tangannya menggoyang-goyangkan pundak Mama, berbisik lembut menyuruh Mama makan.

"Nanti." hanya satu kata itu yang dapat Aurel dengar dari mulut Mama.

Ia hanya mengangguk, mundur menuruti mau Mama, langkahnya terhenti saat mencapai pintu, ia menoleh, diam cukup lama menatap punggung Mama yang terlihat lemah tak berdaya.

"Jangan lupa di makan yah Mah."

Handphone di kantong celan jeans nya bergetar, ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab sejak tadi dari Eliza, Helda, dan Sarita. Ada juga pesan baru masuk dari Bianca.

Ia berjalan menuju kamarnya, merebahkan tubuhnya yang terasa cukup lelah di atas kasur.

From : Eliza 6 pesan
0812-####-####

Rel, kita ada di resto seafood.

----------------

From : Helda 5 pesan
0812-####-####

Aurel, jangan sampe gak nyusul ke resto sama Rendy yah, kalau dia ngapa-ngapain kamu bilang aja ke aku. Ok :)

----------------

From : Sarita 5 pesan
0812-####-####

Rel, ada di mana? Cepetan nyusul ke sini.

----------------

From : Bianca
0812-####-####

Oi, mau ke pameran gak?

Aurel meletakan handphone nya di samping tubuh nya setelah membalas satu persatu pesan mereka. Ia menatap loteng kamar nya, kebiasaan yang sering ia lakukan di saat ia lelah. Sekarang, saat ia sudah kembali memasuki rumah lagi, bebannya kembali terasa berat di pundaknya.

Ia menghela napas berat, ia butuh mandi dengan air dingin untuk menyegarkan pikiran. Dengan langkah lambat ia berjalan mengambil handuk dan baju salinnya ke kamar mandi. Sedikit menaruh harapan dinginnya air dapat meringankan beban di kepalanya.

Lagi pula nanti ia juga harus pergi menyusul Bianca ke pameran setelah Papa nya pulang, tidak mungkin saja ia pergi tanpa mandi kan.

20 menit kemudian, setelah usai menguasai kamar mandi, ia mengecek handphonenya, menyalahkan data seluler untuk kemudian menemukan notif bbm, wa, line, dan mesengger bertebaran mengisi ruang sunyi kamarnya.

Aurel menjatuhkan dirinya tidur dengan posisi tengkurep di atas kasur. Ia menscrool chat masuk di akun bbm nya, dan ada satu chat baru yang begitu menarik perhatiannya, entah kenapa.

Delon Wirakusuma : Udah pulang?

Bibir Aurel tersenyum tanpa di sadari pemiliknya sendiri. Aneh, ia selalu merasa seperti ini jika mendapatkan chat dari Delon. Apa yah sebutannya? Senang mungkin.

Aurelia Savira : Nih baru nyampe rumah kak.

Read.

Sedang mengetik pesan...

Hal inilah yang disukai oleh Aurel. Delon orang yang sigap, ia selalu dengan cepat memberikan balasan pesannya, sehingga membuatnya merasa di perhatikan.

Delon Wirakusuma : Ouh, istirahat dulu dek, capek pasti tuh dek nya :)

Aurelia Savira : Iya kak, nih juga lagi tiduran, hehe.

Aurel sibuk chat dengan Delon hingga deru kendaraan Papa memasuki halaman, ia berjingkat, mengintip lewat jendela. Untuk menemukan Papa baru saja keluar dari dalam mobilnya.

Delon Wirakusuma : Entar gak keluar main lagi dek?

Aurel mengambil kardigan dari dalam lemarinya, merapihkan rambutnya di depan cermin, untuk kemudian langsung membalas pesan dari Delon.

Aurelia Savira : Nih baru mau main ke luar kak, hehe.

Delon Wirakusuma : Jangan terlalu kecapean dek, ntar remuk loh badannya. Haha

Aurelia Savira : Wow, aku mah otot baja tulang besi kak. Wkwkwk.

Aurel berjalan keluar dari kamarnya dengan handphone di genggaman tangannya, ia pamit untuk pergi pada Papa dan Mama, dan entah karena apa ia justru tidak bisa pamit pergi untuk mengakhiri obrolan di room chating nya dengan laki-laki yang bernama Delon Wirakusuma ini.

***

Tbc yaa guyss...

IcarusWhere stories live. Discover now