Bab 5

26 3 0
                                    


Grasak grusuk di pintu kelas menyita semua perhatian anak satu kelas yang sedang sibuk dengan tugas yang dititip kan oleh Bu Mona tadi. Sedangkan Bu Mona nya sendiri segera kembali ke kantor karena ada urusan penting. Nadia, beserta dayang-dayang nya datang terlambat dengan senyum manis yang sebenarnya masih tak pantas untuk bertengger di bibirnya. Dasar The Sister.

Rendy berdiri dari duduknya. berseru heboh, sembari bertepuk tangan keras. Anggota The Bird lainnya juga melakukan hal yang sama. Buto Hardianto, cs Rendy yang paling dekat dengan nya melakukan hal yang lebih ekstrim lagi, dia menggebuk-gebuk meja dengan sepatu yang entah sejak kapan sudah dibukanya. Mereka semua bersiul-siul heboh.

Aurel membelakan matanya tak percaya, ia menengok ke belakang, ke bangku yang ada di paling ujung plus pojok ruangan, tempat para penyamun berada, dan semua anggota The Bird yang masuk ke kelas ini duduk disana. Bergerombol seperti lalat di tempat kotor. Ia mencari tatapan mata Rendy, namun cowok itu seperti mengelak dari tatapannya.

"Berisik!" gusar Sarita terganggu.

Sesaat ruangan kembali hening. Sebelum tawa The Bird kembali berhamburan lagi. Aurel mengalihkan matanya pada Nadia yang tampak menatap malas pada seisi ruangan kelas, namun terus saja mengerling centil pada Rendy

"Kelas gak penting, cabut yuk." dengus Nadia yang langsung di angguki Melody dan Kirana.

Aurel melengos melihat perlakuannya.

Melody tertawa centil, "Sip lah bos."

Dan The Sister pergi dengan gaya sok ngartis tanpa punya sopan santun. Harusnya sekolah ini sudah bisa memberikan sangksi tegas bagi mereka. Uhh, Aurel hampir saja lupa. Mereka bertiga, The Sister, masing-masing dari mereka adalah anak dari pemegang saham yayasan sekolah ini. Jadi mereka bisa berlaku seenak dengkul mereka, kalaupun dapat sanksi, benar-benar sanksi yang lemah dan Aurel benar-benar menyesali fakta itu.

Ia ingat ancamannya waktu itu mengenai skors tiga hari untuk The Sister, saat mengkordinasikan hal itu pada kepala sekolah jika saja The Sister melakukan hal yang kelewatan, Kepala Sekolah langsung membantahnya habis-habisan saat itu juga. Aurel tersenyum miris mengenang nya.

Tak lama setelah itu, Nadia kembali muncul masuk ke dalam kelas.

"Oh ya, aku lupa sesuatu." ucapnya dengan suara di manja-manjakan.

Seluruh mata di kelas menatap Nadia yang berjalan dengan gaya layaknya model yang sedang catwalk di atas karpet merah, dan demi apapun, Aurel rasa-rasanya ingin muntah melihat hal itu. Dengan mimik datar ia menatap Nadia yang sesuai perkiraan nya berjalan tepat ke hadapannya.

"Kalau The Sister dan The Bird udah gabung buat bikin kerusuhan, kamu geng The Ice sekaligus organisasi osis basi itu bisa apa?!" bisik Nadia tajam tepat di telinga Aurel.

Nadia menjauhkan kepalanya dari wajah Aurel, ia terkekeh licik melihat ekspresi datar Aurel. "Kita liat sampai kapan ekspresi itu masih tetap bisa bertahan."

Nadia membalikan badannya lagi, berjalan anggun memuakan menuju dua dayang-dayangnya, kemudian kembali berhenti, ia bersiul pelan, bersamaan dengan itu semua anggota The Bird berdiri dari tempat duduknya.

"Kalian pikir, kalian mau ngapain hah?!" Bentak Eliza geram.

Nadia memasang tampang angkuh tanpa rasa takut. Sedangkan Rendy mulai berjalan ke depan kelas dengan bibir terkekeh keras diikuti anggota The Bird yang lain.

"Bikin rusuh lah, ngapain lagi coba, iya kan bro?"

"Yo man." sahutan anak The Bird lainnya serempak, ada juga  yang tertawa keras. Bener-bener gak tau sopan-santun.

IcarusWhere stories live. Discover now