Bab 3

23 6 0
                                    

Aurel membuka pintu kamarnya dengan cepat, menutupnya kembali secepat ia membukanya. Ia meletakan tasnya di atas meja belajar, menutupi coretan-coretan tangan gundahnya di atas kertas warna-warni itu.

Tangan Aurel memijat-mijat keningnya, tak lama kemudian hembusan napas lelah menyusul tepat setelah ia membaringkan badan letihnya di atas kasur. Jas almamater Eliza masih menempel di tubuhnya, niatnya besok akan segera ia kembalikan.

Aurel menatap nyalang pada pelapon putih rumahnya, setelahnya ia bergelung, tidur menyamping, memeluk guling di sampingnya dengan erat.

BRAAKK!

"Mah, tenang mah." terdengar suara seorang pria paruh baya yang terus berusaha memenangkan seorang wanita yang sejak tadi terus berteriak-teriak kencang, diiringi dengan gema teriakan pecahnya barang-barang kaca di sekitarnya.

Tangan Aurel semakin memeluk guling itu dengan erat, memaksakan matanya terpejam, dan berharap mimpi segera membawanya pergi dari realita.

***

"Stella bunyiin bel, ini udah waktunya jam masuk."

Stella menggangguk mendengar ucapan Aurel. Sedangkan Aurelnya pun melenggang pergi menuju ke kantor. Berdiri di depan ruang kantor BP untuk menunggu seseorang keluar dari sana.

Tak butuh waktu lama, karena pintu BP pun segera terbuka. Aurel langsung menarik seseorang yang keluar dari dalam ruangan itu menuju ke ruang belakang sekolah, bertepatan dengan bel yang berdering keras.

"Kamu mau ngajak aku bolos? Wah bagus tuh." ucap suara yang terdengar sumringah itu.

Aurel menatap tajam pada cowok dengan penampilan acak-acakan di depannya. Ia memperhitungkan kata apa yang akan ia ucapkan agar membuat cowok itu paham bagaimana caranya yang baik untuk mencari perhatian seseorang.

Dan, oh bagaimana bisa cowok ini masih tersenyum sumringah saat menatap matanya. Bersikap seakan tidaklah ada apa-apa yang terjadi. Cowok di depannya ini benar-benar tidak sadar jika perlakuannya kemarin sudah membuat hampir seluruh anak satu angkatan baru ketakutan setengah mati.

Flashback.

"The Bird!" teriak Eliza kencang, kaki besarnya melangkah panjang seakan ingin melahap lantai atap semen yang kasar itu.

"Hi Za, welcome." ucap Rendy cengengesan.

"Rendy, kamu tuh apa-apan sih, suruh temen-temen kamu turun sekarang juga." Ucap Aurel keras.

"Liatin dulu Rel, ini seru loh, nih aku contohin yah." Rendy mengambil sepatu dari dalam kardus mi yang sudah berjejer acak-acakan di atas atap ini, yang ajaibnya semuanya berisi penuh sepatu-sepatu bekas yang sudah tak layak pakai, plus bau sikil, entah dari mana The Bird bisa mendapatkan semua itu.

"Nih Rel, liatin yah." ucapan Rendy membuat mata sipit Aurel melotot.

Rendy berdiri gagah dari duduknya, mengambil ancang-ancang, dan bunyi nyaring gedebuk terdengar keras saat sepatu itu dilemparkan Rendy dengan gaya atletik ke atap-atap kelas X atau minimal mengenai pintu kelas mereka.

Aurel melirik pada guru-guru dan murid baru yang sudah mulai berhamburan kelapangan untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Cukup Ren, sekarang kamu ikut aku." agak memaksa Aurel menarik pergelangan tangan Rendy, yang cukup membuat Aurel terkejut, Rendy sama sekali tidak memberontak, ia justru malah menyuruh anak The Bird yang lain untuk mengikutinya, kemudian seperti orang bodoh tersenyum sepanjang perjalanan menuju ruang osis.

Flashback end.

"Bukan begini caranya Ren." ucap Aurel.

"Maksud kamu Rel? Oh, mungkin kamu mau kita bolos dengan lompat pagar, trus kita kabur ke warnet. Ide bagus tuh. Ayo." Rendy menarik tangan Aurel, segera Aurel menepisnya.

IcarusWhere stories live. Discover now