Bab 7

5 2 0
                                    

"Kejutan.. Kejutan.. Sumpah ini kejutan gila-gilaan." teriak Helda kesenangan.

Aurel mendongakan kepalanya, ia mengangguk tanpa antusias, ice cream di dalam pelukan telapak tangannya hampir saja lumer kemana-mana karena terus ia abaikan sejak tadi.

Sejak pulang sekolah tadi mereka memang mampir sebentar ke supermarket, simple banget, cuma buat beli ice cream, dan sekarang mereka lagi nongkrong-nongkrong gak jelas di belakang warteg deket sekolah mereka. Alasannya gampang banget, buat nenangin diri dari insiden tadi siang di sekolah. Murah banget kan jajanan mereka, maklum kantong jajan anak sekolahan.

"Aku masih ragu." ceplos Sarita tiba-tiba.

Sarita benar, ragu mungkin kata yang jelas di atas keadaan ini. Aurel pun merasakan hal yang sama. Kabar itu rasanya hanya gambar semu yang tidak dapat dipercaya kehadirannya.

"Mau gimana lagi, buktinya udah ada jelas di depan mata." Eliza ikut menyeletuk tanpa berhenti memakan ice cream miliknya.

"Maybe." angguk Aurel, setidaknya ia bisa coba mempercayainya sedikit saja.

Yah, walaupun tak urung juga ia masih merasakan jantungnya berdegup tak nyaman, kaget, dan tak percaya saat mengingat insiden tambahan di ruang kepala sekolah tadi. Iyah, insiden tambahan. Hhhhh.

Flashback.

"Bapak memanggil saya." ucap Aurel setelah diijinkan masuk oleh Bapak Nawi, kepala sekolah SMA Pelita.

"Iya, saya memanggil kamu."

"Maaf, ada perlu apa yah pak?" tanya Aurel langsung, jujur sebenarnya ia merasa bingung kenapa tiba-tiba Pak Nawi memanggilnya, atau mungkin ini berhubungan dengan insiden di rados tadi atas pembajakan oleh The Bird.

"Begini Aurel, saya rasa saya mulai bisa mempertimbangkan usulan kamu beberapa hari yang lalu."

Aurel mengernyitkan keningnya, merasa tak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar, "Maksud bapak?"

"Bapak akan memberi skors selama satu minggu untuk The Bird, dan juga The Sister."

Aurel hanya bisa terbengong mendengar pernyataan Pak Nawi, masih basah dalam ingatannya penolakan yang Pak Nawi lakukan saat ia mencoba membicarakan hal itu.

***

Semudah itu pula lah kabar skors untuk gabungan geng setan itu menyerebak ke seluruh penjuru sekolah. Para penggosip seperti senang sekali mendapat obrolan baru yang segar, out of the box. Hingga kabar itu sudah dikehui oleh seluruh siswa dengan begitu mudahnya.

Sarita kembali berargumen, "Yaudah, kalau emang bener, bagus dong kalau gitu."

Ya bagus, keadaan di sekolah bisa jadi aman dan tentram selama satu minggu, terbebas dari ngangguan dua geng dari neraka jahanam. Pikir Aurel.

Detik berikutnya Aurel pun kembali berpikir. Hal onar apa lagi yang akan dilakukan oleh The Bird saat ada di luar sekolah dengan alasan mengkambing hitamkan mencoba merasakan kasih sayang. Aurel takut hal itu akan jadi jauh lebih buruk, apalagi jika tidak ada yang mengontrol mereka satu pun.

Tanpa sadar, helaan napas kasar keluar dari mulutnya. Eliza dan yang lainnya hanya bisa diam, setelah saling pandang satu sama lain, tidak mengerti harus apa.

"Cabut kuy." ucap Aurel bertepatan dengan jemputan Sarita yang sudah datang.

"Yok lah, aku udah dijemput juga." Sarita mengamini ucapan Aurel.

"Take care ya gengs." Helda melambai-lambaikan tangannya, yang dibalas lambaian tangan juga oleh yang lain.

***

IcarusUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum