Chapter 20

4K 169 8
                                    

Adiba menyanggul rambutnya, dan disematkannya sebuah bunga lili putih dirambutnya. Untuk beberapa saat, gadis itu menatap dirinya didepan cermin. Telinganya mendengar suara bapak ramah menyambut tamu. Adiba menggerutu sendiri, emak memang jenius, ia sengaja meminta Adiba untuk berganti dikamar lain yang jendelanya menghadap kebun samping. Sehingga Adiba tidak bisa mengintip siapa lelaki yang melamarnya. Hati Adiba semakin gelisah. Dia mondar-mandir di kamar. Perutnya menjadi kaku.

Emak kemudian datang, memberitahu tamu mereka sudah datang. "Nduk.....keluarlah" kata emak dengan senyumnya yang khas. Adiba hanya mengangguk, dan meminta waktu sebentar. Lantas...dia kekamar mandi, mengambil wudhu, dia tak peduli dengan riasannya lagi. Saat dia mengusapkan air dingin ke wajahnya. Hatinya mendadak tenang. Ya Allah...... kuserahkan hidupku pada-MU. Bila memang dia jodohku, dekatkan, kalau bukan, mohon dijauhkan. Doanya dalam hati. Dia sudah pasrah dengan scenario Allah.

Ia kembali menyapukan bedak diwajahnya dan keluar dengan perasaan ringan. Emak sudah menunggunya di depan pintu kamar.

Ruang tamunya yang tak begitu luas, tampak sesak dengan 6 orang tamu. Dia menyalami mereka satu persatu. Ibu Listia, kakak perempuan Pramudiya dan suaminya juga ikut. Kemudian dia tertegun ketika melihat Pak Pramudiya duduk disamping seorang laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengannya. Yang membedakannya hanyalah kumis tipis big boss. Bila dia mencukurnya. Adiba tak bakalan bisa mengenali mereka.

Pramudiya tak pernah cerita soal saudara kembarnya. Yang dia tahu hanyalah kakak perempuan dan dua adik laki-lakinya yang tinggal di Jepang.

Ibu Listia tertawa melihat kebingungan di wajah Adiba. "Pram, apa Adiba tidak tahu soal kembaranmu?"

Pramudiya menggeleng.

"Ya ampun.....apa kalian masih suka jahil?" Tanyanya dengan rasa penasaran tinggi. Pramudiya tak menjawab malah tersenyum penuh misteri.

Adiba semakin tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.

Kemudian, bapak berbicara.

"Nduk, perkenalkan dia saudara kembar bossmu, namanya Pramudiya Reynand Sasongko." Kata bapak memecah kebekuan. "Dia adalah calon suamimu, nduk...."

Bukan hanya wajah, namanya mirip pula, Pramudiya Ronand Sasongko dan Pramudiya Reynand Sasongko. Dia mengingat-ingat nama itu, sepertinya dia familiar. Adiba memaksa memorinya keluar.

Reynand melempar senyum padanya. " Adiba...."

Pletak......

Suara itu, senyum itu mengingatkannya pada.....dan lamunan Adiba mengembara. Dia tak focus lagi dengan perkataan bapak.

Suara adzan magrib berkumandang. Setelah membatalkan puasa dengan kurma dan teh hangat. Mereka bersama-sama sholat berjamaah diruang tamu. Pak Narko sudah menggeser kursi, dan menggelar karpet dan sajadah buat mereka. Adiba terkejut,ketika bapak meminta Reynand menjadi imam.

Hati Adiba bergetar, saat mendengar suara Reynand membacakan ayat-ayat suci Alquran. Suaranya merdu sekali. Sampai membuat airmatanya meleleh. Hatinya begitu damai.

Lantas.....selesai sholat.Emak mengajak mereka berpindah tempat ke ruang keluarga, dimana sajian berbuka puasa disiapkan. Masakan sederhana ala emak. Ayam goreng gepuk,ikan bandeng crispi, tempe dan tahu goreng, sayur asem, lalapan, sambal bajak, krupuk udang, es manado, dan kue brownies.

Emak dan bapak terlihat sumringah. Mereka berbincang akrab dengan keluarga Pramudiya, sambil menikmati sajian sederhana yang dimasak oleh emak dan Bu Narko. Mereka makan dengan lahap. Ibu Listia berkali-kali memuji kelezatan sambal bajak emak yang membuatnya melayang-layang. Dia dan suaminya tak segan menambah makannya, diikuti Big boss, tante dan omnya. Yang terlihat makan sedikit hanya Reynand. Adiba diam-diam memperhatikannya. Bila dibandingkan dengan big boss, lelaki itu lebih ramah.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang