Chapter 15

1.7K 116 4
                                    

Selepas bekerja, Adiba langsung menemui Atthaya disebuah rumah makan sunda. Karena lelaki ini, dia rela meminta ijin pada sang boss, pada detik-detik terakhir untuk melewatkan acara gathering mitra bisnis sang boss. Sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Sang boss marah besar, namun Adiba tak peduli. Sekali saja, ia ingin melakukan sesuatu yang diinginkannya.

Atthaya sudah menunggunya. Dengan setelan kemeja biru dan jeans hitam serta sepatu sport warna putih,dia terlihat berbeda. Tangannya melambai saat melihat Adiba.

"Apa kamu sudah lama menungguku" kata Adiba pelan, mencoba menguasai hatinya yang berdebar keras.

Atthaya menggeleng. Lelaki itu kemudian memesan dua porsi udang pacet goring special dan es kelapa muda untuk mereka.

Mereka lalu membisu. Untuk pertama kalinya mereka bertemu, tanpa berkaitan dengan pekerjaan. Sikap Adiba juga berubah lembut. Mungkin dia gadis naïf, namun hatinya penuh bunga, saat mengetahui Atthaya masih menyimpan cinta yang sama untuknya.Sebenarnya, ada banyak yang ingin Adiba ucapkan namun..tenggorokannya serasa terkunci.

Atthaya mengeluarkan rokok dan menyalakannya. Dihisapnya rokok itu pelan-pelan. Dan mematikkanya, setelah beberapa kali hisapan. Kemudian, lelaki itu duduk di sebelah Adiba.. Lalu dia meraih tangannya. Dan membawanya ke dalam dadanya. Setelah itu ia mencium tangan Adiba lembut. Adiba tak memberontak, seperti yang biasa ia lakukan.Gadis itu diam saja. Mata mereka saling bertatapan.

"Adiba....bolehkah aku bertanya?"

"Hmmmm....." Adiba mengangguk pelan

"Aku ingin menebus milyaran detik yang telah kusia-siakan hanya untuk mencari cinta sejati. Dan ternyata cinta itu, ada padamu. Masihkah ada tempat dihatimu untukku.....? kata kata tulus keluar dari dasar hati Atthaya sampai membuat suaranya serak,. Sungguh..ia sangat mencintai gadis didepannya.Ia ingin membawa ke dalam pelukannya.

Suara music degung sabilulungan dari sebuah dvd player, menambah romantic suasana malam itu.

Sekalipun hati Adiba diliputi perasaan bahagia. Ia tak mau terlena. Ia bukan anak SMA lagi yang mudah terbuai oleh rayuan. Ia berupaya untuk tetap menjaga kewarasannya, tidak terlena dan terhanyut oleh kata-kata Atthaya. Meskipun tak dapat memungkiri, ia ingin melompat dan memeluk dirinya, karena mengetahui isi hati Atthaya.

Ia lalu melepaskan tanganya dari genggaman Atthaya, dan menepuk pipi lelaki itu halus. "Kita jalani saja dulu....kalau memang kita ditakdirkan berjodoh, semua akan dimudahkan."

Percakapan mereka terhenti, ketika seorang waiter membawakan pesanan mereka.

Mereka makan dengan pelan, sesekali Atthaya mengeluarkan joke-joke segar yang membuat Adiba tertawa.

"Jangan khawatirkan soal Justin.Aku akan selalu menjagamu....?" Atthaya membusungkan dadanya.

"Cieeeeee......beneran nih...."Adiba meledeknya.

"Beneran...aku nggak bohong. Kamu boleh mengandalkanku....." Atthaya meyakinkan Adiba.

Rasa hangat menjalari hati Adiba. Benarkah?Bolehkan kusimpan kata-katamu Adiba meremas tangannya sendiri. Lalu mengalihkan pandangannya ke sekuntum bunga mawar diatas meja. Mereka saling bercerita dan menumpahkan semua rasa kangen yang terendap. Rasa kangen yang membuat Atthaya menjadi gila dan tak berpikir berapa banyak dia mengeluarkan banyak uang, supaya bisa berdekatan dengan Adiba. Apapun akan dilakukannya demi memperoleh cintanya kembali.

"Jadi.....karena aku, kamu mau berinvestasi pada perusahaan kami?"

Atthaya mengangguk. Dia ingin Adiba tahu.

Adiba tak terlalu terkejut dengan apa yang diungkapkan Atthaya. Tepat seperti dugaannya. Adiba tersenyum tipis. Bukannya bangga, ia malah miris. Atthaya bisa melakukan semuanya, karena dia banyak uang, bagaimana bila tidak. Akankah ia akan mati-matian mengejarnya.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang