Chapter 16

1.7K 114 3
                                    

Emak dan bapak tak banyak bertanya, saat Adiba ingin bermalam dirumah mereka. Mereka menyambutnya suka cita. Karena tingginya kesibukan Adiba, gadis itu jarang menginap. Sebagai gantinya, orangtuanya yang sering datang menjenguk.

Emak memasak special untuknya. Namun.....sekalipun Emak memasak banyak makanan kesukaan Adiba, ada terong balado, empal daging, ikan asin, ayam goreng geprek, dan sate usus. Gadis itu hanya makan sedikit. Dia lebih banyak diam. Kemudian mengunci dirinya didalam kamar. Ini sudah hari kedua Adiba begitu. Adiba juga menolak kedatangan Atthaya dan sang boss yang datang jauh-jauh kerumahnya. Mereka pulang dengan kecewa.

Bapak melihatnya sedih. Emak, menyikut lengannya."Pak.....sepertinya Adiba memiliki masalah. Apa sebaiknya kita tanyakan saja padanya, pak...?

"Biarkan saja dia dulu, mungkin dia butuh waktu sendiri." Katanya pelan. Ia mengerti sifat anaknya. Yang lebih suka menyelesaikan masalahnya sendiri. "Mak.....ingat! Jangan tanya apapun sebelum dia bercerita...kamu tahu kan sifat anakmu?"

Emak terpaksa menyetujui, dan berjalan menuju dapur tuk membuatkan suaminya teh uwuh. Bapak suka meminumnya saat musim hujan begini. Katanya bagus untuk menangkal masuk angin.

Setelah itu emak bergabung bersama bapak di ruang keluarga. Menemani bapak membaca Koran. Sedangkan dirinya menyulam taplak meja. Adiba kemudian datang dan langsung tidur dipangkuan emak. Emak heran, tumben putrinya menjadi manja.

"Eh....kamu kenapa, nduk. Tumben kamu manja begini ke emak...." Wanita itu mengusap kepala anaknya sayang.

"Nggak..pa pa mak. Adiba hanya kangen." Lalu,"Mak....bagaimana kalau besok pergi berlibur. Adiba butuh refreshing....."

Mendengar kata liburan, emak langsung histeris. Dia sudah lama tidak pergi berlibur."Hayukkk...kita mau kemana nduk. Emak mau saja. Bosen dirumah. Bapak kalau tidak mau ikut biarkan saja." Suaminya paling malas,diajak liburan ia tak tega meninggalkan bawuk berlama-lama bersama orang lain.

Bawuk adalah burung tekukur kesayangan bapak. Hadiah dari sahabat karibnya. Tragisnya, sahabat karibnya itu meninggal sepulangnya dari mengantar bawuk. Bapak sangat sedih, namun suara bawuk dapat mengobati rasa kehilangannya.

"Ke Thailaind...mau nggak?

Mata emak membelalak. Ia mengangguk setuju. Sudah lama ia memang ingin ke Thailand. Dia kepincut dengan Pantai Railray dan pingin mencicipi kuliner di Sunday walking street. Ngebayangim makanan, emak tak dapat menahan air liurnya.

"Kalau ke Thailand..bapak juga nggak nolak, nduk. Nanti Bawuk akan kutitipkan pada Kang Saiful saja bu, dia telaten mengurus burung."

Emak dan Adiba saling berpandangan. Mereka lantas berpelukan."Begitu dong pak....ini baru liburan keluarga" Adiba mencium pipi bapak. Lelaki tua itu tergelak. Dia bahagia melihat Adiba bisa tersenyum lagi. Dan emak.... rupanya sudah melupakan apa yang akan ditanyakannya pada anaknya. Pikirannya sudah sibuk membayangkan liburannya ke Thailand.

***

Aini stress, semua orang datang kepadanya, karena dia adalah sahabat Adiba. Mereka menanyakan soal absennyadia, mengingat sudah seminggu ini dia tak kelihatan batang hidungnya. Anehnya, Adiba tidak dapat dihubungi. Ponselnya mati. Disambangi kerumahnyapun tak ada. Suasana kantor seperti neraka, intensitas kemarahan bigboss semakin menjadi-jadi. Tak ada yang bisa menenangkannya.Semua orang menghindari bertemu dengannya.

Waktu dikantin, orang-orang ada yang membicarakan Adiba.Sakit sekali hati Adiba mendengarnya. Ntah siapa yang menghembuskan rumor jahat tentangnya. Ia ingin berteriak kepada mereka. Bahwa Adiba tidak seperti yang mereka bicarakan.

"Adibaaa......kamu kemana aja sih. Apa kamu ingin Aini junior lahir premature" ia bergumam sendiri, sambil memijit kedua alisnya. Kepalanya pusing memikirkan Adiba.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang