Chapter 13

1.6K 112 3
                                    

Sebelum jam 7 pagi, Adiba sudah tiba di kantornya. Untuk mengecek ulang persiapan rapat dengan para pimpinan kepala cabang. Sebagai seorang Personal Assistant ia dituntut untuk teliti dalam segala hal. Sang Big Boss, Bapak Pramudiya, salah satu boss perfectionist, Dia sangat jeli melihat sesuatu. Matanya seperti elang, bisa menangkap kesalahan kecil yang dibuat oleh staffnya. Sedikit orang yang bisa membuatnya puas. Mereka keburu keder dengan tekanan pekerjaan yang dia berikan. Dan Adiba mampu mengatasi semuanya tanpa banyak masalah.

Tok...tok...tok....

Aini datang menyapanya. "Adibaaaaaa, thank you dear, kamu memang super baik! Babyku hari ini bisa puas makan risol" Dia memperlihatkan sekotak risoles yang dibeli Adiba di kantin kantor. Sejak kehamilannya Aini tergila-gila dengan Risoles disana. Risolesnya memang enak sekali. Laris pula. Sampai-sampai karyawan pada berebutan. Kemarin Aini sampai menangis, karena tak mendapatkannya.

"Oh ya..bagaimana kencanmu kemarin." Tanya Aini, dengan mulut penuh risol.

Adiba mengulum senyumnya,"sangat mengasyikkan! Seperti berenang di kolam durian"

Aini tertawa keras. Dia bisa membayangkan bagaimana sahabatnya kebingungan, karena ia tahu Adiba paling benci durian! Pantas saja...dia mengiriminya pesan supaya segera menelponnya.

"Ada berita apa? Pagi-pagi kalian sudah ceria sekali" Kedatangan Pak Pramudiya mengagetkan Aini. Sampai dia tersedak. Adiba buru-buru memberinya air.

"Mmmaaafff....paaaaaakkkkkkk" suaranya gemetaran karena takut, pak Pramudiya bakal marah kepadanya. Sikapnya benar-benar tak nyaman. Andai ada kantong doraemon. Dia ingin meminjamnya.

"Santai saja, hayo teruskan makannya...." Jawab Pak Pramudiya. Aini jadi tak enak, kemudian setelah berbasa basi sebentar, ia bergegas pergi, dan lupa membawa risolnya!

Adiba menjadi serba salah. Untuk memanggil Aini atau tidak. Akhirnya ia membiarkan Aini pergi tanpa membawa Risol, sebagai gantinya ia malah menawari Sang Boss."Pak...silahkan cicipin risolnya?" Kemudian dia bercerita tentang Aini yang ngidam risol kantin. Kepalang tanggung, dia sudah siap untuk dimarahi sang boss.

Namun.......

Tanpa diduga, Sang Boss mengambil satu, memakannya secara perlahan. Ia tertegun untuk beberapa saat. Rasa Risol itu membawanya ke masa lalu. Sang boss berkata lirih pada Adiba, suaranya seperti bergumam, nyaris tak terdengar. "Dulu, saya pernah berkeliling kampong, membantu ibu menjajakan risol buatannya.Kehidupan kami sangat keras. Sebagai pekerja serabutan, bapak dulu bekerja keras untuk menghidupi keenam anaknya. Dan ibu....membantu bapak. Selain membuat risol, dia juga menjadi buruh cuci. Supaya anak-anaknya bisa bersekolah. Dia tak pernah mengeluh sedikitpun, soal sakit cancer yang dideritanya. Karena kemiskinan, kami tak bisa berbuat banyak. Ibu kemudian menyerah" Kata-katanya tercekat, saat bercerita soal ibunya. Setitik embun, mengambang disudut matanya. Lelaki itu memalingkan muka.

Adiba larut dalam cerita sang boss, sampai ia tak bisa berkata-kata. Sosoknya yang keras, galak dan terkesan arogan ternyata menyembunyikan sisi sensitive, yang membuat Adiba samakin kagum padanya.

"Kalau memang bapak berkenan, mulai besok saya akan siapkan risol di meja bapak." Kata-katanya spontan meluncur dari mulut Adiba.

Lelaki itu tersenyum

"Hahahhahaha......clever girl! Oke...tapi jangan banyak-banyak. Saya takut kolesterol. Cukup dua saja. Sisanya buat temanmu tadi. Bilang sama dia, selama dia ngidam Risol, biar saya yang membayarnya" Lelaki itu berbalik."Oh ya...apa kamu sudah siapkan dokumen untuk investor kita nanti?"

"Semua sudah siap,Pak, apa ada tambahan lagi" jawab Adiba cepat. Pak Pramudiya tersenyum puas.

Setelah Bossnya pergi, Adiba langsung menelpon Aini. Dia tak mau membuat Aini jantungan gara-gara ketakutan dipecat sang boss.

***

Emak menelpon setelah makan siang."Gimana penilaianmu tentang Justin, nduk....kamu menyukainya tho?" tanya emak antusias. Dirinya sampai tak enak tidur memikirkannya.

"Maaf Mak, Adiba sebentar lagi ada meeting, nanti Adiba telpon mak" Dia segera menutup telponnya, sebelum Pak Pramudiya memanggilnya.

Hari ini dia benar-benar sibuk, ketika semua karyawan pulang. Dia langsung bersiap-siap ke Hotel Berlian. Sebelum bosnya datang. Untuk mengecek ulang tempat meeting, sekaligus menu yang mereka pesan. Sang boss lebih menyukai Special menu yang dibuat oleh Chef. Dengan catatan permintaan khusus dari Adiba. Karena bossnya alergi dengan beberapa bahan makanan. Bukan hanya untuk sang boss saja tetapi untuk tamunya juga. Jauh-jauh hari dia sudah mencari tahu, kesukaan dan ketidaksukaan tamu yang akan mereka jamu. Dan itu tak mudah....namun....Adiba selalu saja dapat bocoran tentang mereka.

Hal-hal kecil yang diperbuat Adiba, menimbulkan efek luar biasa. 98% proyek mereka goal.

Karena Sang boss suka sekali memberikan pekerjaan kejutan untuknya. Maka, di mobil sudah ada pakaian ganti dan beberapa sepatu yang sengaja ia taruh disana. Supaya ia tak perlu repot pulang.

Bukan hanya soal pakaian yang Adiba persiapkan. Tiap hari didalam tasnya ia selalu membawa bekal buah, roti atau sekotak susu, sebagai pengganjal perut. Sang boss tipe workaholic,keasyikan bekerja suka membuatnya lupa makan. Makan siang bisa molor jam 3 siang.

Dihotel Berlian...dia baru teringat belum menelpon emak. Dia mengambil ponselnya. Ada 5 misscall, dan 10 pesan masuk. 2 dari emak dan sisanya dari no asing yang tidak ia kenal. Aneh...sekali....dia tak pernah memberikan nomor pribadinya pada sembarang orang.

Di lobi hotel, Adiba menelpon emak.

"Kamu masih belum pulang, nduk. Justin tadi menelpon emak. Dia mengkhawatirkanmu?" Suara emak di seberang terdengar lega mendengar suara Adiba."Emak sudah memberitahunya soal pekerjaanmu, emak berharap dia mengerti"

"Owh begitu....." jawab Adiba pendek. Mendengar nama Justin, dia menjadi enggan untuk bercerita banyak. Dan menyudahi pembicarannya.

Sang boss, datang bersama dua orang lelaki. Yang satu sangat dikenalnya. Konsentrasinya terpecah Kakinya gemetar. Dia tak berani melihatnya.

"Adiba.....kenalkan ini Atthaya CEO Perusahan Multi Perkasa" ujar Pak Pramudiya.

Atthaya mengulurkan tangannya pada Adiba. Gadis itu masih gugup. OMG......kenapa harus bertemu disini. Lidahnya menjadi kelu. Butuh beberapa detik, untuknya buat menenangkan diri.

"Apa kabar Adiba?" tanya Atthaya dengan sorot mata penuh kerinduan. Tangganya menggengam erat tangan basah Adiba.

"Baik....." lidahnya mendadak kelu.

"Rupanya kalian sudah saling kenal. Kenapa kamu tak cerita sama bapak." Timpal Pak Pram, bergantian melihat mereka berdua. Adiba tersenyum tipis.

Sikapku tak boleh begini. Adiba berkata dalam hatinya sendiri.

Kemudian mereka bersama-sama menuju venue, dimana mereka akan melakukan meeting.

Rasanya waktu bergerak lamban, hati Adiba tak karuan saat mata mereka saling bertatapan. Konsentrasinya terpecah. Dan Ia membencinya! Adiba bertindak. Ia mencari celah bagaimana supaya bisa memberikan pesan kepada Atthaya, tanpa membuat sang boss curiga. Dan kesempatan itu baru ada, saat makan malam.

Adiba menunggu Atthaya membuka serbet makan, dan gadis itu lega, setelah Atthaya menemukan catatan kecil, yang sengaja ia sisipkan. Lelaki itu membacanya dan menyimpannya dalam saku kemejanya. Ia memberikan anggukan kecil sebagai kode.

Fiuh......Adiba lega. Ia bisa bernafas dengan tenang sekarang.

"Adiba....karena bapak besok harus berangkat liburan ke Jepang. Semua urusan Pak Atthaya bapak serahkan padamu. Kamu bisa handle kan Adiba?

Gludakkkkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Atthaya melihat Adiba dengan senyum kemenangan. Kamu tak bisa menghindariku lagi, Girl!

Bagaimana Adiba, kamu bisa kan? Sang boss mengulang pertanyaannya lagi.

"Hmmmmm.....biiiisaaaa...paaakkkk"jawabnya gugup.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang