Chapter 5

2.5K 141 4
                                    


Tante Mieke membawa Emak berkeliling dirumahnya yang besar. Rumah berlantai dua, bergaya Maroko, dengan dinding rustic berwarna peach dan ivory serta cushion dan karpet warna warni nan chic. Membuat mata emak menjadi cerah. Rumah tersebut memiliki dua bangunan.

Bangunan utama, terdiri dari dua lantai, Lantai atas terdapat I kamar tidur utama, 2 kamar tidur anak, serta 1 kamar tidur tamu. Dengan kamar mandi masing-masing. Sedangkan lantai bawah digunakan sebagai ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang serba guna dengan sofa panjang berbentuk setengah lingkaran, dengan sebuah bar mungil lengkap dengan berbagai macam minuman beralkohol dan gelas-gelas wine yang tertata rapi di rak-rak antic.

Ruangan itu biasanya dipakai untuk sarapan, terkadang digunakan untuk menjamu tamu-tamunya. Lokasinya apik, menghadap langsung ke kolam renang dan taman kecil dengan tanaman khas marokko, seperti tanaman kurma, dan palem. Bunga-bunga mawar dan melatipun juga di tanam di pot-pot terakota.

Sedangkan bangunan kedua, lantai atas ada 2 kamar tamu, 1 kamar mandi dan ruang bermain bilyard. Sedangkan lantai bawah ada dapur, pantry yang bersebelahan dengan 2 kamar tidur pembantu dan 1 kamar mandi. Semua tampak eksotis dimata Emak yang lebih menyukai gaya natural.

"Gimana jeng, rumahku? Apakah Jeng Barata menyukainya? Tante Mieke mengedipkan sebelah matanya, yang dibalas emak dengan senyum simpul.

Seorang gadis berwajah manis datang, memakai kaos ketat dan bercelana model pensil wajahnya dipoles dengan riasan, yang menurut penglihatan emak terlihat mencolok. Gadis itu membawa dua gelas minuman dingin dan setoples kacang arab.

Keingintahuan emak menyeruak. Setelah gadis itu pergi, barulah dia bertanya pada tante Mieke, "Siapa itu?"

"Oh.....dia Hening, pembantu baruku."

Spontan emak melongo. Pikiran macam-macam menjalari pikirannya.

Tante Mieke tertawa, sepertinya dia mengerti apa yang ada dalam pikiran emak. "Jangan mikir aneh-aneh. Suami dan anakku baik-baik. Mereka nggak mungkin terpesona dengan pembantu. Level mereka tinggi lho, apalagi Justin, anak sulungku, teman-temannya berkelas semua." Katanya dengan nada pongah.

Emak manggut-manggut, meskipun dalam hatinya terbersit ketidaknyamanan. Lama tak bertemu, membuat emak dan tante Mieke bercengkrama sampai mendekati waktu makan malam.

Hening sudah selesai menata meja makan. Emak menunggu, dia adalah tipe orang Indonesia. Nggak bakalan kenyang sebelum makan nasi. Meskipun tadi sudah banyak makan pisang, itu tak membantunya meredakan rasa laparnya.

Tante mieke berada dikamarnya.

Sambil menunggu, emak berenang sebentar. Ini diluar kebiasaannya, berenang saat malam hari. Tapi karena cuaca gerah dan bosan menunggu, akhirnya dia memutuskan untuk berenang.

Barulah sekitar Jam 9, Nugie anak kedua tante Mieke datang. Lantas, mereka makan dalam keheningan. Rasa lapar emak menguap,padahal, menu diatas meja, menggugah selera. Disitu ada soup jamur, ayam bakar madu beserta lalapan selada, sambal terasi dan krupuk udang.

Diam diam emak memperhatikan mereka.

Mata Tante Mieke terlihat sembab, sedang Nugie, matanya terus menatap layar gadget. Sebagai tamu, Emak merasa berada di dunia antah berantah.

Setelah makan malam selesai. Hening menawari kopi atau teh sebagai teman brownies kapada mereka. Emak tak menolak. Tetapi Tante Mieke dan Nugie menolak, dan memilih untuk kembali ke kamarnya.

***

Jam 2 lewat persekian detik, emak terbangun dari tidurnya, karena did era oleh perasaan haus. Kerongkongannya kering. Emak turun dari tempat tidur, dan pergi ke dapur mengambil air.

Setelah itu ia mendengar suara derum mobil. Dan melihat seorang pemuda masuk, jalannya sempoyongan. Pemuda itu melintasi jalan setapak yang menghubungkan bangunan utama dan kedua. Khawatir keberadaanya mengagetkan. Reflek emak bersembunyi di Pantry.

Di balik pintu Pantry, emak mendengar suara ketukan. "Hening...heninggg...bukakan pintu."

Pintu terbuka." Mas Atthaya......aku menunggumu, sejak tadi." Kata suara perempuan. Kemudian terdengar suara pintu tertutup.

Emak menahan nafas. Ngapain Atthaya malam-malam ke kamar Hening? Perasaan Emak menjadi buruk. Emak lantas kembali ke kamarnya, dengan perasaan gundah. Hatinya berubah sedih, teringat Adiba.Emak baru tidur setelah adzan subuh.

Esok paginya, emak duduk-duduk di pinggir kolam renang. Menikmati nasi goreng dan teh tawar sebagai sarapannya.

Kata Hening, Tante Mieke sedang tak enak badan, sehingga tak bisa menemani emak sarapan. Sehingga emak harus sarapan sendiri.

Setelah sarapan, barulah dia menjenguk tante Mieke di kamarnya. Sewaktu kembali dari kamar Tante Mieke, ia berpapasan dengan Nugie. Cowok itu menyapanya dengan gugup.

"Pagi..Tante...."

"Pagi..." Emak tersenyum padanya.

Selepas itu, Nugie kembali ke kamarnya lagi. Saat membuka pintu, sekilas, mata emak mengintip benda berserakan diatas meja. Tarikan nafas emak berat. Rumah sebesar ini, tampak lengang dan kosong. Sepertinya, tak perlu lagi dia berlama-lama disini. Dalam semalam dia mengetahui banyak hal tentang keluarga temannya. Dan dia memutuskan untuk pulang hari itu juga.

Untuk menghormati tamunya, Tante Mieke meminta Atthaya untuk mengantar emak pulang. Emak menolak secara halus. namun didesak oleh tante Mieke. Tante Mieke banyak memberinya hadiah. Emak menjadi tak enak hati. Semoga saja dia belum bangun. Emak berdoa dalam hati.

Sampai siang Justin memang tidak bangun. Emak bersorak, kemudian Hening memesankan taxi untuknya.

"Maafkan aku ya Jeng...." Kata tante Mieke penuh penyesalan.Mereka sejatinya akan mengajak emak liburan. Namun....sesuatu terjadi. Dan itu tak diceritakannya pada emak.

Emak tersenyum penuh makna.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang