Chapter 12

1.7K 113 5
                                    


"Haaaa.....yang benar saja tante menjodohkanmu dengan sepupunya Sukma? Apa kata dunia sis? Hihh....terus kamu bakalan jadi sodara gitu dengan Sukma. Enggak....aku nggak bakalan setuju! Lagipula aku sudah pernah bertemu dengannya. Modelnya kebapakan banget, gayanya out of date. Believe me! Kamu nggak bakalan suka dengan Justin! Aini mengeluarkan semua rasa ketidaksukaannya pada Justin.Suaranya nyaring, meledak-ledak. Membahana keseantero ruangan kantornya.

"Eitssss....don't judges book by its cover" sahut Adiba, dengan suara gamang. Dan melirik Aini yang duduk di sebelahnya. Raut wajah Aini tak dapat menyembunyikan rasa jengkelnya sewaktu diberi tahu Adiba soal perjodohannya dengan Justin.

"Sorry, sis. Aku kecewa dengan pilihan tante!" timpalnya lagi dengan wajah bersungut-sungut. Ia masih belum bisa menerimanya. Daripada Justin, lebih baik Atthaya. Kerongkongannya menjadi haus. Tangannya menjangkau gelas bening yang berisi air putih di mejanya.Dan diminumnya dengan nafsu. Sampai membuatnya tersedak. Beberapa kali ia terbatuk.

Adiba tersenyum. Dia tak menyangka sama sekali reaksi Aini begitu heboh menanggapi perjodohannya. Namun gadis itu maklum, sebab Aini tahu kisah cintanya.

"Tenang....kita masih dalam taraf perkenalan. Belum tentu toh dia akan menjadi pilihanku nanti.Untuk saat ini, tak ada salahnya aku mengikuti saran emak, untuk mengenalnya. Kata emak, dia lelaki baik, penghafal alquran lagi. Hebat kan. Tutur Adiba membela diri.

"Okey, suka-sukamulah! Dan jangan lupa bawa bawa masker, saat kalian kencan nanti." Aini mengedipkan sebelah matanya.

Adiba mengangkat bahunya. Sepulangnya dari kantor, mereka janjian makan malam. Ini pertama kali baginya, kencan dengan seorang lelaki tanpa mengenal siapa lelaki itu. Sebenarnya ia malas,tetapi untuk menghormati pilihan emak dan rasa penasaran akan sosok calon mantu pilihan emak. Ia berangkat juga.

Emak dan bapak akhirnya damai. Dan sepakat untuk melibatkan Adiba dalam memilih calon suaminya. Untuk itu, mereka menyetujui Adiba dan Justin jalan selama 3 bulan supaya saling mengenal pribadi masing-masing. Emak sampai membuat kontrak hitam diatas putih. Bila Adiba berhenti ditengah jalan. Ia bakalan kena sangsi,Emak tak bakalan merestui hubungannya dengan calon suami pilihan Adiba nanti dan menghentikan suplai makanan untuk Adiba.

Mau tidak mau Adiba menyetujui kontrak itu. Ia takut tak mendapat restu emaknya.

Sebelum pergi, ia memoleskan lipstick berwarna nude, lalu untuk mempercantik penampilannya dia melilitkan sebuah scraft merah di lehernya yang jenjang. Sederhana namun elegan. Di dalam mobilnya ia menunggu telepon dari emak. Sebab emak yang mengatur kencannya kali ini.

Kring....ponselnya berbunyi. Ia mengangkatnya. "Apppaaaa.....kencan diwarteg? Apa emaknggak salah denger?"

"Nduk....kamu nurut saja apa kata emak?" suara emak diseberang meyakinkan Adiba. Ia tahu, anaknya pasti merasa aneh. Tetapi..ini atas permintaan Justin.

Setelah berbicara sebentar, ia lantas membawa mobil citynya membelah keramaian kota. Mencari Warteg Serbu pilihan Justin.

Tanpa sepengatuan Adiba, sebuah mobil sport hitam mengikutinya dari kejauhan.

***

Di depan Warteg Serbu. Adiba menghentikan mobilnya. Dia melihat seorang lelaki dengan rambut klimis belah tengah, dengan kaca mata besar dan celana ketat serta kemeja motif kembang-kembang. Sepatu pantovelnya di ketuk-ketukkan di trotoar. Mata lelaki itu melebar saat melihat Adiba turun dari mobil. Dan tergesa gesa menghampirinya.

"Assalamulaikum....maaf, apa kamu yang bernama Adiba?" sapanya malu-malu. Ia memperbaiki kacamatanya yang turun.

Adiba mengangguk. Dia lucu bathin Adiba. Kemudian keduanya masuk bersama-sama ke Warteg. Ada empat lelaki yang sedang makan disitu, dan memandangnya dengan tatapan nakal.

"Siapa tuh mas, pacarnya ya?" sapa mbak-mba, sambil sibuk melayani pembeli. Justin menggangguk cepat.

"Wah..cantik sekali. Mas Justin memang oke....." katanya lagi sambil menunjukkan dua jempolnya.

Untuk menghilangkan rasa kikuknya Justin kemudian memesan seporsi gulai jengkol, nasi putih dan ikan gurami. Sedangkan Adiba hanya memesan segelas teh hangat. Ia masih belum nyaman dengan situasi disana.

Begitu pesanan mereka datang. Hidung Justin melebar matanya penuh bintang menatap makanan didepannya. Tanpa basa basi dia langsung menyikat makanannya. dengan lahap. Tanpa memperdulikan keberadaan Adiba. Sampai keringatnya berjatuhan membasahi kemejanya. Mulut Adiba ternganga. Melihat Justin menghabiskan satu mangkuk gulai jengkol tanpa rasa bersalah. Karena masih lapar, lelaki itu memesan lagi, dengan menu yang sama. Keringatnya seperti air hujan melunturkan parfum yang dipakainya. Dan sekarang bau natural Justin menyeruak. Menusuk tajam indra penciuman Adiba. Dia berusaha menahan nafas..tapi..........

Bau itu membuat kepalanya pening. Seperti meminum sebotol Scotch Whiskey. Perasaan Adiba mulai tak enak. Tempat duduknya dengan Justin hanya dua jengkal. Ia ingin menutup hidungnya, namun mengkhawatirkan perasaan Justin. Karena tak tahan...ia kemudian meminta ijin keluar warteg. Dan menghirup udara malam sepuasnya. Dua orang lelaki yang menatapnya tadi, keluar dari warteg. Mereka tertawa terbahak-bahak. "Hahahahhaha....nggak kuat ternyata dia bro. Sini uangnya" laki-laki dengan brewok tebal dan berwajah tirus, memberikan selembar dua puluhan ke tangan temannya.

Kedua Alis Adiba saling bertautan, kemudian dia baru ngeh, setelah kepergian kedua lelaki itu. Dia tersenyum kecut, teringat peringatan Aini untuk membawa masker.

"Ternyata kamu disini, kenapa tak masuk...." Kata Justin, menatapnya dengan mata menyelidik.

"Maaf.....didalam gerah." Jawabnya setengah hati. Justin mendekatinya.....sikapnya masih kaku.

"Hmmm....karena in kencan kita yang pertama. Bagaimana kalau jalan-jalan ke taman, dekat sini" Justin berusaha bersikap manis pada Adiba.

Suara telp berbunyi. OMG, dia terselamatkan! Aini memang dapat diandalkan.

"Maaf.....ada masalah di kantor. Aku harus kembali bekerja." Katanya pada Justin. Lelaki itu tak bisa menahannya untuk lebih lama bersamanya.Ia tak bisa berlama-lama berada di dekatnya.

"Kalau begitu..bisakah kita nonton malam minggu besok." Tanya Justin.

Adiba berpikir keras."Kita lihat saja nanti." Kencan malam ini, mempengaruhi pemikiran gadis itu. Hatinya ingin menolak, namun....ia teringat kontrak yang sudah ditanda tanganinya. Tak mungkin lagi dia mundur.

"Nanti aku akan menghubungimu...."timpal Adiba, sebelum masuk kedalam mobilnya.

Justin tersenyum lebar. Adiba gadis energic, dan cantik. Lelaki itu pulang dengan langkah gagah.

***

Baru saja, Adiba membuka pintu pagar. Dilihatnya sepeda morot Pak Narko menghampirinya. "Malam pak....?" Sapanya ramah. Pak Narko turun dan memberikan bungkusan plastic yang dibawanya. Dan buru-buru pergi sebelum Adiba mengucapkan terimakasih.

Setelah membersihkan diri, Adiba merebahkan badannya di pembaringan. Wangi Lavender membuat sarafnya kendor. Semenit kemudian gadis itu tertidur dan terbangun mendekati jam 11 malam. Perutnya kelaparan. Dia teringat sesuatu.

Terseok-seok, dia menuju ke ruang tamu, dimana ia meletakkan bungkusan plastic dari Pak Narko. Spageti!! Adiba membukanya dan memakannya dengan suka cita.

Setelah Spageti di piringnya ludes, barulah matanya terbuka. Dia melihat label hotel terkenal di pembungkus makanannya. Baik sekali Pak Narko.....memberikan makanan lezat untuknya. Ia ingin menelpon Pak Narko, namun baterai ponselnya mati.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang