Chapter 7

2.3K 128 1
                                    

Suara burung terdengar ramai bersahut-sahutan diatas pohon palem ekor tupai meskipun matahari masih malu-malu menampakkan dirinya.

Teng tong

Suara bel nyaring berbunyi. Adiba terkesiap dari tidurnya. Tangannya mencari-cari jam weker. Tidak ketemu. Otaknya masih belum on. Dia mencoba untuk bangun, dan merasakan semua badannya terasa pegal. "Ouf" dia merenggangkan kedua kakinya kakinya kesamping, namun terhalang oleh sesuatu yang dikenakannya.

Eh apa ini, bola matanya berputar putar mengingat kejadian semalam. Plak! Ia menepok jidatnta sendiri, ternyata ia tertidur di atas hamparan sajadah lengkap dengan mukenanya. Kepala gadis itu tertunduk, lesu.

Teng tong....suara bel berbunyi lagi.

Duh...siapa sih yang datang, ngebet banget pengen bertamu. Gerutunya dalam hati. Ia masih dongkol ada orang yang membangunkan tidurnya, mengingat,semalam ia baru tertidur setelah sholat shubuh.

Dengan mata setengah mengantuk, Ia langsung bergegas keluar membuka pintu. Ceklek.....pintu gerbang terbuka. Seorang cowok memberinya bunga anyelir pink dan dua kotak bubur ayam. "Surpriseeeee!!!! Katanya dengan penuh semangat.

"Ihhhhhhh...lebay tahu! Adiba sewot, mengetahui lelaki yang memberinya kejutan adalah Atthaya!, dia langsung masuk kerumah. Atthaya membuntutinya dari belakang.

"Eh.....siapa yang suruh kamu masuk!"kata Adiba tiba-tiba. Atthaya kebingungan.

"Lho.....bukannya kamu sendiri yang membukakan pintu untukku" jawabnya cengengesan. Dia sangat menyukai wajah Adiba saat sewot. Menurutnya itu sangat seksi!

Semilir angin menyapu wajah Adiba, membuat kantuknya semakin menjadi-jadi. Tanpa menutup mulutnya dia menguap berkali-kali. Hal itu diperhatikan oleh Atthaya. Matanya berbinar, menyaksikannya. Hatinya berdebar lembut, menandakan dia masih memiliki rasa pada Adiba.

Rasa yang membuatnya kadang kehilangan akal. Tapi dia tak berani mengungkapkannya. Mengingat apa yang telah di perbuatnya pada masa lalu. Adiba gadis yang baik, polos, dan terkesan fragile.

Tahu dirinya diperhatikan, tangan Adiba bertepuk keras di depan wajahnya, seraya memperlihatkan mimic lucu. Atthaya tersenyum.

"Umurmu berapa sih,non..." dia mencoba menggoda Adiba, dan tak sadar tangannya mengacak-acak rambut Adiba lembut. Adiba menegang, aliran darahnya seketika membeku.Dia sangat gugup.

"Mmmmmm...aku mau membersihkan diri dulu. Kamu sebaiknya menunggu disini. Okey!" katanya buru-buru sebelum ia masuk kedalam rumah.

Atthaya mengangguk. Dia menunggu diteras.5 menit, 10 menit,15 menit Adiba belum keluar. Lelaki itu berdiri di depan pintu, ingin masuk, namun niatnya diurungkannya. Kemudian melirik jam rolex dipergelangan tangan kirinya. Sudah 20 menit yang lalu, Adiba menyuruhnya menunggu. Mungkinkah gadis itu lupa, kalau ada tamu? Ataukah dia sengaja mempermainkannya?

Hhhhhhh.....Atthaya menyeka peluh yang meleleh didahinya yang licin. Atthaya kembali duduk di kursi, dengan menyandarkan kepalanya disandaran kursi.

Semilir angin pagi berhembus. Berangsur matanya terkantuk-kantuk. Lalu disulutnya rokok, dan dihisapnya pelan-pelan. Pekerjaan menunggu adalah sesuatu yang dibencinya. Dia tak sabaran, tetapi kali ini lain. Dia rela menunggu Adiba, tanpa mengeluh sedikitpun.

Sebuah mobil berhenti dan seorang perempuan dan lelaki setengah baya, turun dari mobil lalu masuk kerumah Adiba.

Mereka terkejut ketika bertemu dengan Atthaya. Meskipun emak belum pernah bertemu, dia bisa mengingat dengan jelas, wajah lelaki yang mengusik hatinya belakangan ini.

Menantu Pilihan EmakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang