[02] Because The Name

Mulai dari awal
                                    

“Jangan sok belagu, Jungkook bahkan sudah mengakuinya dan kau malah sok menutupinya. Tak tahu diri!” gadis itu kembali menoyor Jisoo hingga beberapa kali.

“Tunggu! Kenapa sebenarnya!!” Jisoo menahan tangan yang menoyor kepalanya itu, ia tidak erima.

“Hah! Kau menahannya?! Ikut sekarang!!” gadis itu murka, ia menarik kuat rambut Jisoo dan menyeret tubuh Jisoo layaknya benda.

“Hei!! Lepaskan!!”

Penolakan Jisoo hanya berujung pada perlakukan ketiga gadis itu lebih buruk padanya. Ia dibawa keluar dengan paksa dan sukses menjadi tontonan teman sekelasnya.

“Biar saja, gadis tak tahu malu!”

“Ia pasti merayu Jungkook dengan tubuh kotornya.”

“Kalau tidak, ia mengancam Jungkook karena memegang kelemahan Jungkook.”

Gunjingan demi gunjingan mengiringi kepergian Jisoo dengan paksaan itu. Tak ada yang memihak ataupun sekedar berempati padanya.

***

Suasana di kelas 3-3, yaitu kelas Jungkook, yang sudah mulai tak begitu riuh kala waktu pelajaran dimulai dan suasana berlangsung tenang hingga waktu istirahat tiba. Waktu istirahat membuat para siswa berlarian menuju kantin atau bahkan sekedar keluar, meninggalkan suasana kelas yang pengap menurut mereka.

“Kau kembali menghancurkan hidup seorang gadis!” Jimin menunjukkan layar ponselnya dengan gerak cepat, sedikit sinis menatap Jungkook.

Tak tampak perubahan signifikan dari ekspresi Jungkook. Ia bahkan tak bereaksi menatap foto gadis yang diyakini bernama Lee Jisoo itu, foto di mana Jisoo telah terduduk di sudut sekolah setelah menerima perlakukan buruk dari teman-temannya.

Jungkook bahkan tak melihat foto saja, komentar dan reaksi dari teman-temannya yang berada di grup itu tak luput dari pandangannya. Sedikit sinisan yang ia lakukan di sana, sesaat melihat komentar mendukung dan tak ada satu pun yang memihak pada Lee Jisoo yang bahkan tak ia kenal itu.

“Kau tersenyum? Kau benar-benar psiko!” Jimin mengambil alih ponselnya kembali, dan sedikit menghela napas tak percaya menatap ekspresi Jungkook.

“Seberapa dibencinya ia sampai tak ada satu pun yang disisinya,” gumam Jungkook sedikit membereskan mejanya dari buku, sebelum ia hendak bangkit dari duduknya.

“Hei, kau yang membuatnya dibenci.” Jimin ikut bangkit, hingga ia kini berjalan berdampingan dengan Jungkook keluar dari kelas.

“Tak apa, nanti ia akan datang padaku dan meminta tanggung jawab. Aku hanya perlu bertanggung jawab saja ‘kan?”

Tenang dan damai, mungkin dua kata itu tepat mendeskripsikan bagaimana yang dirasakan Jungkook saat ini. Hanya Jungkook yang bisa bersikap setenang itu setelah habis menggemparkan satu sekolah dengan berita palsu yang dibuatnya.

“Kau semakin parah sejak putus dengan Yura,” ujar Jimin sedikit geleng-geleng kepala melihat sobatnya itu.

“Kenapa nama dia keluar di sini?” Jimin berhasil jika tujuannya membuat kesal Jungkook dengan menyebutkan mantan kekasihnya itu.

“Tapi, tanggung jawab seperti apa?”

“Kau tahu? Gadis seperti itu akan meminta dua hal dariku, kalau bukan uang ya ... meminta berkencan denganku.”

“Lalu, keduanya akan kau kabulkan?”

Jungkook mengangguk ringan seraya mengambil nampan untuk makan siangnya. Tanpa sadar dialog mereka membawa hingga ke kantin, dan keduanya pun langsung mengantri dengan Jungkook berada di depan Jimin.

“Kalau ia minta uang akan kuberikan, kalau ia minta berkencan akan kulakukan sebulan. Seperti biasanya,” jelasnya seraya mengambil sayuran dengan porsi yang cukup banyak.

“Kalau ia tidak meminta keduanya?”
Langkah Jungkook terhenti kala mendengar pertanyaan Jimin itu, ia berbalik dan menatap Jimin sesaat sebelum menjawabnya.

“Mustahil.”

***

Gelap mulai menyapa, matahari telah tergantikan oleh bulan. Para siswa pun rata-rata sudah pulang dan sekolah mulai tampak sepi. Namun, Jisoo masih berada di sana. Terduduk lemah di sudut belakang sekolah, diantara meja serta bangku rusak. Seragamnya basah, atau bisa dibilang kotor akibat air got yang berwarna hitam itu sukses membuat seragamnya berubah warna.

Tak hanya pakaiannya, rambut hingga tubuhnya kini sungguh kotor. Air got, saus, hingga bekas makanan ketiga temannya, ah tidak! Kata ‘teman’ sepertinya tak cocok disematkan pada tiga gadis yang melakukan hal seperti ini padanya.

Jisoo menyibakkan perlahan rambut panjangnya itu ke belakang kepalanya, berusaha melihat seberapa buruk hasil perbuatan mereka. Sungguh, ia tak sanggup menatap betapa menjijikannya ia saat ini. Jisoo menangis.

Ia bahkan tak mengetahui apakah wujudnya seperti ini masih layak disebut sebagai manusia. Bau tak sedap yang memaksa masuk indera penciumannya menjadi hal yang paling mencolok di sana. Helaan napas kasar dan terkesan lelah itu yang hanya bisa dilakukan Jisoo saat ini. Air mata yang tak kunjung menghentikan lajunya, membuatnya lebih menyedihkan.

“Ah!” ringisnya kala bangkit, dan berusaha berdiri.

Kakinya terluka, ada darah yang mengucur deras dari paha kanannya. Saat ia membawa tangannya memegang pahanya itu, atensinya beralih pada lengan kanannya yang penuh lebam dan lecet. Sungguh, berapa banyak luka yang mereka torehkan pada tubuhnya ini. Lagi-lagi, Jisoo hanya bisa terisak perih. Berusaha memendam sakit lukanya dan perih hatinya.

Langkah rapuhnya mulai ia jalankan, dengan tertatih dan terkesan tak memiliki tenaga sedikit pun di sana. Ia tak ingin menjadi headline berita, mati di sudut belakang sekolah karena di bully. Ia bahkan akan merasa malu dalam kematiannya.

Sesekali isakan tangisnya terdengar begitu menyedihkan. Oksigen bahkan dianggap mulai menjauhinya kala sesak ia rasakan di dadanya. Bukan hanya sakit pada tubuh atau hatinya, melainkan kefrustasian pun turut menguasainya. Kefrustasian yang tercipta kala ia bahkan tak mengerti mengapa ia harus mendapat perlakuan seperti ini.

Kekasih Jungkook? Dirinya? Satu-satunya Jungkook yang ia ketahui adalah siswa primadona SMA Insung, tempatnya bersekolah selama 2 tahun terakhir. Jungkook yang popularitasnya bahkan dibicarakan oleh sekolah lain. Hanya Jungkook itu yang ia ketahui, dan sekarang ia sebagai kekasih Jungkook? Omong kosong macam apa itu! Ia bahkan tak pernah berhadapan dengan Jungkook secara langsung, tidak! Ia bahkan tak pernah sekelas dengan Jungkook.

To Be Continued

Sorry for typo(s)
Thank's for reading and
Keep voment~^^

RUMORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang