BAB 8

112K 10.8K 73
                                    

Rachael menyantap makan malamnya dengan kaku, ditemani oleh mantan suami istri dan ketiga putra mereka. Marvel yang masih tidak begitu enak badan duduk di atas pangkuan Rachael. Bukannya bangga, ataupun merasa tidak enak. Rachael merasa bahwa dirinya seperti babysitter dan majikannya. Huh!

Rachael menyuapi Marvel lalu menyuapi dirinya dengan sendok dan dari piring yang sama secara bergantian. Sudah mirip babysitter kan?

Ini semua bermula sejak Rachael yang masuk kembali ke dalam kamar tamu, menghindari mantan suami istri yang berkemungkinan akan rujuk. Setelah lima belas menit mendekam di dalam kamar tamu, akhirnya Rachael memutuskan untuk keluar dari kamar tamu. Namun dengan timing yang tidak tepat.

Rachael keluar dari kamar tamu bersamaan dengan pintu kamar Marvel yang juga terbuka, menampakkan Jonathan yang sedang menggendong Marvel sambil menepukkan telapak tangan besarnya pada punggung Marvel. Di belakangnya terlihat Hanna yang menatap Marvel sambil bercanda.

Jonathan yang menyadari kehadiran Rachaelpun menyapa, "Malam, ibu Rachael. Mari kita ke ruang makan."

Marvel yang mendengar nama Rachael pun membalikkan badannya, mencari keberadaan Rachael. Dalam sekejap, mata Marvel bersinar. Seperti anak anjing yang melihat tuannya pulang.

"Bu gulu! Ibu gulu kok bisa ada di rumah marpel? Marpel sakit loh, bu gulu!" jelas Marvel sambil mengulurkan tangannya meminta Rachael untuk menggendongnya.

Jonathan, Hanna dan Rachael yang melihat tingkah laku Marvel pun terkejut. Rachael mengarahkan pandangannya secara bergantian kepada Jonathan dan Marvel untuk melihat reaksi mereka. Hanna yang terkejut berbanding terbalik dengan Jonathan mengangguk singkat, lalu mengarahkan tubuh Marvel menuju Rachael.

Rachaelpun mengambil alih Marvel. Marvel memeluk Rachael erat, dan meletakkan dagunya di atas bahu Rachael.

"Ibu gulu halum banget!" ucap Marvel dengan alunan panjang, menunjukkan keseriusannya.

Rachael tertawa pelan, lalu mengarahkan tangannya untuk mengelus pucuk kepala Marvel. Setelah itu ia berjalan mengikuti Jonathan dan Hanna yang sudah berjalan menuju ruang makan.

Rachael mengarahkan pandangannya, ia melihat Kevin dan Alexander yang sudah duduk mengelilingi meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Jonathan duduk di kursi tunggal, Hanna duduk di sebelah kirinya berhadapan dengan Kevin. Sedangkan Alexander yang sudah memegang sendok dan garpunya duduk di sebelah kanan Kevin. Rachaelpun menurunkan Marvel di atas kursi di samping Hanna. Namun Marvel tidak kunjung melepaskan pelukannya, ia malah meminta untuk duduk dipangkuan Rachael.

Jonathan tersenyum tipis melihat tingkah Marvel yang tidak mau lepas dari Rachael. Ia mulai mengambil makanannya disusul dengan Hanna dan anak-anak. Rachael yang masih merasa asing pun menunggu mereka semua selesai mengambil makanan.

Marvel membuka mulutnya meminta Rachael untuk menyuapkannya makanan. Rachael memisahkan daging ayam dari tulangnya mencampurkannya dengan nasi lalu menyuapi Marvel.

Hanna menatap Rachael dengan pandangan iri. Marvel yang biasanya sangat manja dengannya , sudah menemukan orang lain. Ini memang resiko yang harus diterima atas keputusan yang ia pilih.

----

Setelah makan malam selesai, Rachael memilih untuk langsung berpamitan. Ia sudah berada di rumah orang cukup lama, dan ia tidak suka itu.

Jonathan menemaninya berjalan menuju mobil. "Terima Kasih untuk bantuannya, ibu Rachael."

"Sama-sama, papa Alexander. Lebih baik panggil saya Rachael saja, saya tidak keberatan. Apalagi sekarang bukan di sekolah, jika papa Alexander tidak keberatan." Rachael mengulas senyum tipis sambil memelintir tali kantung kertasnya.

"Baiklah. Anda juga bisa memanggil saya Jonathan." Jonathan mengulurkan tangannya ke arah Rachael yang disambut Rachael dengan cepat. Kemudian mereka berdua saling berbalas senyuman.

Rachael terlebih dahulu melepaskan genggaman tangan mereka, lalu merogoh kantung jaketnya untuk mencari kunci mobil. Setelah mendapatkan kunci mobilnya, Rachael langsung mengarahkan kunci mobilnya menuju mobil untuk membuka pengaman.

Jonathan mempersilahkan Rachael untuk memasuki mobilnya, dan berdiri diam menunggu Rachael untuk meninggalkan kediamannya.

Rachael mengemudikan mobilnya dengan pelan keluar dari kediaman Jonathan. Pikirannya terus membayangkan Jonathan tanpa henti, senyum tipisnya yang memukau. Rachael tidak menampik kemungkinan untuk menyukai Jonathan.

Siapa yang tidak akan jatuh ke dalam pelukan Jonathan? Pria tampan bermata abu-abu terang. Yang sayangnya mungkin akan rujuk dengan sang mantan istri. Lengkungan bibir Rachael yang sebelumnya melengkung ke atas, berubah menjadi lengkungan ke bawah.

----

Rachael berjalan memasuki kantor guru dengan raut yang tidak begitu cerah. Kantung matanya semakin gelap. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus memimpikan Jonathan yang rujuk dengan Hanna. Ia tidak sakit hati, hanya terganggu karena mimpi itu seakan-akan menghantuinya terus menerus.

Rachael menaruh tasnya ke atas meja, dan mendapati amplop coklat tebal di atas mejanya. Rachael membuka amplop tersebut , kemudian menarik kumpulan kertas yang cukup tebal. Matanya menelusuri setiap kata dalam kertas itu dari bagian atas.

'Prestasi kerja, sertifikat...' batin Rachael. Otaknya mulai bekerja dengan cepat. Apakah ia dipecat?

Rachael memasukkan kembali kertas-kertas itu ke dalam amplop lalu membawanya menuju kantor kepala sekolah. Rachael berjalan cepat, mengejar waktu untuk mengajar karena sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi.

Rachael mengetuk pintu bercat biru di depannya yang terpaku papan bertuliskan 'HEAD MASTER'. Tidak lama kemudian, terdengar suara yang mengijinkan Rachael untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

Saat memasuki ruangan berukuran empat kali empat meter itu, mata Rachael langsung mendapati Kepala Sekolah, Pak Ricky, yang sedang duduk di meja kerjanya yang penuh dengan buku, map warna warni dan kertas-kertas. Ruangan Kepala Sekolah terlihat penuh dengan piala-piala yang tersusun rapi di dalam lemari kaca di sebelah kanan ruangan dan di sisi kiri terdapat meja kayu dan kursi untuk tamu.

"Pagi, Pak!" Sapa Rachael yang masih berdiri di depan pintu.

Pak Ricky berdiri dari kursinya, lalu berjalan menuju sisi kiri ruangannya. Ia duduk di kursi tunggal, dan mempersilahkan Rachael untuk duduk di kursi panjang.

Rachael merapikan pakaiannya, lalu mulai berbicara sambil menaruh map coklat yang tadi dipegangnya ke atas meja. "Pak , apa maksud semua ini ya? Apakah saya dipecat?"

"Kami hanya memproses permohonan pengunduran diri Anda empat bulan yang lalu, bu Rachael. Kami sudah menemukan guru baru yang tepat untuk menggantikan posisi Anda." jelas Pak Ricky dengan tenang.

"Tapi, pak. Bukannya permohonan pengunduran diri saya ditolak? Karena saat itu saya tidak mendapatkan respon dari yayasan, saya malah diminta untuk kembali mengajar." Rachael kebingungan, empat bulan yang lalu ia memang menyerahkan surat pengunduran dirinya bersamaan dengan semester genap yang telah berakhir. Namun, pengunduran dirinya tidak diterima oleh pihak yayasan. Sehingga Rachael dengan pasrah kembali bekerja, namun apa yang diterimanya saat ini?

"Yayasan akhirnya menanggapi permohonan pengunduran diri Anda setelah menerima data dari bagian kepegawaian bahwa Anda sudah pernah menyerahkan surat pengunduran diri sebanyak delapan kali. Akhirnya yayasan memilih untuk memproses pengunduran diri Anda... Ini semua kami lakukan demi menanggapi keseriusan Anda yang ingin berhenti mengajar."

Rachael tertunduk lemah. Tuhan mengabulkan permintaannya, permintaan empat bulan yang lalu.

SWEETEST KARMA[ADA DI TOKO BUKU]Where stories live. Discover now