13

3.5K 402 62
                                    

Menemukan sesuatu yang pas itu tidak mudah. Apalagi untuk seorang Jennie.

Bagi yang sulit mengakui jika dia sayang pada Mom, juga termasuk sulit untuk sekedar mengucap terimakasih padanya.

Jennie hanya tidak menyangka, jikalau kertas-kertas yang belum sempat dia bereskan di atas meja belajar itu tiba-tiba rapi di keesokan hari. Bukan, bukan itu yang menjadi masalah. Justru coretan dan beberapa tulisan di dalam teksnya itu yang membuat Jennie mengernyit. Jelas-jelas itu bukan tulisan Lisa, bukan pula Jisoo, apalagi Rose, itu tulisan Ibunya.

Beberapa kalimat yang rancu dan penyimpanan kata yang kurang tepat di benarkan oleh tulisan bertinta hitam, senada dengan yang digunakannya menulis. Jennie bahkan sampai berulang-ulang kali membacanya untuk memastikan bahwa kata-katanya sudah sempurna. Tinggal bikin instrumen, video klip dan debutlah dia. Mimpi Jennie di suatu pagi.

Jennie menyusuri tangga dan mendapati Jessica baru mau naik ke atas dengan empat gelas susu. Satu susu coklat untuk Rose.

Gadis itu berhenti di undakan tangga, berbeda dua tangga dari posisinya dengan Jessica. Jennie memamerkan gummy smile-nya.

Jessica memandang anaknya dengan aneh, ini masih pagi dan Jennie seperti sedang kesetanan.

"Ada apa dengan ekspresimu? Kau sehat kan?"

"Gomawo," ucap Jennie lembut.

Jessica masih belum menangkap maksud dari ucapan terima kasih anaknya, jadi dia bertanya, "untuk?"

Jennie mengacungkan lembaran kertasnya ke udara. Menarik senyum dari bibir begitu paham maksud dari ucapan Jennie.

"Kau masih perlu banyak belajar, hampir semalaman aku mau mengubah liriknya sekalian. Baguslah kau punya bakat."

"Uhuuuu Mom rasanya aku mau memelukmu, ini lirik yang sangat sempurna untuk festival nanti."

Jessica menggeleng kecil, memutari gadisnya dan melanjutkan langkah yang tertunda sebelumnya. "Bukannya seleksi nanti kau battle rap, ya?"

Jennie mengikuti Jessica, dia sedikit berlari kecil untuk menyamai langkahnya. "Iya, tapi sepertinya aku tidak begitu ahli."

Mereka sampai di pintu pertama, itu pintu Jisoo. "Maksudku, aku harus punya pelatih."

Jennie meringis, dia melihat sebentar ke arah Jessica untuk melihat bagaimana ekspresinya. Tapi sepertinya Jennie hanya menangkap raut Jessica sedang berpikir.

"Apa aku minta Sehun saja? Atau Jiyoung? Ah tidak kurasa dia akan bilang itu tidak adil," gumam Jessica.

"Apa?" Jennie memundurkan kepalanya, merasa bingung dengan maksud ibunya yang menggumam tidak jelas.

Yang jelas saat itu ibunya kemudian tersenyum dan meminta Jennie untuk segera bersiap-siap.

[Good Mom]

"Jisoo, aku pinjam sepatu olah ragamu ya?"

Jisoo baru saja mau mendudukkan diri di meja makan ketika Jennie dengan gummy smile nya mencoba memperdaya.

Jisoo tidak jadi mendudukkan diri malah berkacak pinggang. "Memangnya sepatumu kemana?" tanyanya dengan menggebu.

"Eh?" Punggung Jennie menegang. Rose dan Lisa baru saja turun dari lantai atas. Rambut masing-masing keduanya masih basah dan sama-sama memasang muka bantal.

Jennie menggaruk tengkuknya, mencari alasan. "Sepatuku ... di-di pinjam," ucapnya pelan bahkan hampir terdengar seperti mencicit.

Good MOM ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें