6

3.7K 428 48
                                    

You can FLY, Jessica


Jessica menjadi single mom. Setiap pagi dia bangun lebih bagi dan menyiapkan tameng kesabaran yang tinggi di depan anak-anaknya. Lama-lama mulai terbiasa dengan sarapan pagi yang penuh celotehan Lisa atau Jisoo atau juga bahkan Jennie.

Untuk Rosè, mungkin energinya sudah terkuras habis oleh Lisa.

Jessica sempat membaca fakta anak kembar. Terkadang kalau anak yang satunya aktif yang satunya lebih pendiam. Yang aktif menghabiskan energi, yang diam kehabisan energi. Yang menghabiskan energi tak merasa lelah, yang kehabisan energi justru yang merasa lelah. Jadi, Jessica berpikir jika sebenarnya mereka dalam satu energi yang di bagi empat.

Well, yang penting mereka sehat sih.

Semenjak anak-anaknya tinggal bersama Jessica, dia jadi harus pulang lebih awal. Memastikan mereka sudah di rumah jam 8 malam. Tidur paling lambat jam 10 malam. Pekerjaan di luar kendalinya serta merta dia serahkan pada Sehun sebagai sekretaris juga tangan kanannya itu.

Meskipun sesekali Jessica merasa khawatir pada Sehun.

Laki-laki itu menolak untuk menikahi orang yang dimaksud ayahnya dan memilih bekerja bersama Jessica di B&E. Dia juga terpaksa harus menyewa apartemen untuk tinggal sendiri.

Sikapnya yang pembangkang itu tak dia tunjukkan jika berhadapan dengan Jessica.

"Jadi, berapa persen persiapan peluncuran produk barunya?" tanya Jessica. Meskipun dalam perjalanan pulang, tangan dan fokusnya sibuk pada tab selagi membaca data-data perusahaan.

"Baru tahap awal, kita masih perlu menyeleksi desain dan memilih model. Tempat peluncuran juga belum di tentukan, tapi pak William meminta untuk meluncurkan produknya di New York."

Jessica berjengit kaget mendengar nama negara New York di sebut. "Mengapa pak tua itu meminta NY?"

Sehun menggeleng kecil. "Setauku, dia memang punya anak perusahaan di sana."

"Oh bagus, jika mom tau aku pergi ke NY, tamatlah riwayatku."

Sehun memicingkan matanya. "Bukankah kau lahir di sana?"

"Ya," balasnya. "Dan mom sangat benci kota itu. Dia tak pernah punya ingatan bagus dengan NY."

Jessica menurunkan tabnya dan menggeleng kecil. Sepertinya William tengah mempermainkannya.

"Dia terlalu takut ke makan Ayah," lirih Jessica. Pandangannya memudar. Ini tidak akan menjadi mudah. Jalanan sudah mulai senggang, malam itu pulang dengan santai tanpa jalan macet. Memandangi setiap hal yang terlewat sambil menghela napas.

Sesampainya di rumah Jessica melirik jam dan segera menitahkan Sehun untuk mengurus yang tersisa.

Jessica segera mengecek satu persatu kamar anak-anaknya. Pertama dari mulai Rosè. Segera membenarkan buku dan menyimpan kacamata bacanya di atas meja belajar. Menarik selimut lembut bergambar Stitch hingga ke leher. Mengecup singkat dahinya dan bergumam, "Selamat malam."

Ke kamar Lisa, gadis itu tampak tertidur di tempat tidur tapi masih dengan headphone di telinga dan tab di tangan. Jessica menyimpan dan headphone besar di telinganya. Mematikan musik yang sebelumnya bermain. Lisa tergerak oleh perlakuan Jessica menyingkirkan tabnya, tapi segera tenang kembali setelah memeluk boneka bear besar di sisi ranjang.

Beralih pada kamar Jennie. Gadis itu sudah tenang pada posisinya. Sama halnya dengan Jisoo. Jessica bernapas lega. Mengakhiri kegiatannya dengan mematikan lampu kamar Jisoo.




Good MOM ✔Where stories live. Discover now