Hey Luke #1

1K 88 2
                                    

Luke

Aku berjalan mengikuti arah yang tadi Heather tuju. Awalnya aku sempat berfikir untuk kembali ke rumahnya, tapi sepertinya disaat seperti ini dia sedang ingin sendiri. Setelah itu aku juga sempat berfikir apa mungkin aku langsung pergi saja ke rumah nenekku, tapi sepertinya aku jahat sekali jika begitu.

Mungkin saja dia membutuhkanku.

Aku memikirkan juga apabila ia memang benar benar sedang ingin sendiri—tanpa aku juga. Tapi entah kenapa langkahku dan hatiku tetap berfikir aku harus menemukannya. Awalnya aku rasa menemukannya akan sangat sulit, karena jelas aku tidak pernah kesini. Tapi saat aku melihat hanya ada dua potong jalan—satu jalan ke rumah heather dan yang satunya lagi aku tak tahu kemana, aku menduga ia akan pergi ke jalan yang satunya.

Dan benar saja, aku melihat Heather duduk disana. Di tepi jurang……….

----------

Heather

Aku merasa ada seseorang meletakkan sesuatu di kepalaku. Flower crown. Ini pasti Luke. Aku tertawa lalu memberikan senyum yang paling tipis—aku tidak bermaksud untuk memberikan senyum yang setipis ini, tapi hanya ini yang bisa kulakukan. Itupun sudah susah rasanya.

“Halo, kau tidak berniat untuk bunuh diri kan? Tadi aku berlari bahkan hampir terjatuh karena kukira kau akan bunuh diri..” Ia meletakkan tas-nya dan duduk di sebelahku.

“Tidak.” Aku terseyum tipis lagi. “Aku jarang sekali kesini. Kau lihat? Mungkin menurut orang lain pemandangan ditepi jurang ini jauh lebih indah—tapi bagiku, jauh lebih indah-“

“Jauh lebih indah kebun matahari.” Luke pasti sudah bisa menebak apa yang ada di pikiranku.

“Aku tidak pernah melihat kebun bunga matahari-ku seperti itu sebelumnya” aku berusaha sekuat tenaga agar air mataku tidak menetes di depan Luke. Aku tidak menyadari kalau bahkan dia sudah merangkulku. “Semalam pasti sudah terjadi hujan badai—bahkan disertai batu, maksudku mungkin hujan batu es. Itu adalah hal yang paling beresiko membuat bunga matahari itu rusak.” Aku masih melanjutkan perkataanku. “Dan seharusnya, mereka akan mekar hari ini. Sepagi ini, mereka akan menghadap kearah matahari—kearah timur, mereka akan seperti menyambut kita.” Air mataku mulai menetes. Kenapa aku begitu lemah dan sangat mudah menangis?!

“Sudah..” Luke menghapus airmataku. “Lebih baik kita membicarakan tentang hal lain, atau mau main.. truth or dare?”

Aku kali ini tersenyum. Rasanya sudah cukup lega mengutarakan apa yang sedang kurasa saat ini. Apalagi saat Luke menanyakan apakah aku mau bermain truth or dare. “Tapi kan kita hanya berdua?” aku memastikan.

“Tidak apa-apa kan berdua? Haha, sebenarnya aku tidak pernah main truth or dare

“Norak. Terus gimana mau main?” aku tertawa.

“Kan teman-temanku sering main.” Luke membela dirinya. “Ini pertama kalinya dan itu denganmu, mau tidak?”

“Mau kok,” aku memutar badanku yang sekarang menjadi berhadapan dengan Luke. "siapa duluan yang mulai?"

"Uhm... kau dulu yang bertanya."

"Oke, truth or dare?" aku tersenyum sok-menantang ke arah Luke.

"Dare"

"Uhm, teriakkan namaku disini. yang keras." kali ini aku tertawa keras. Maksudku, benar benar tertawa. Kami kan sedang berada di dekat jurang, dan jika Luke berteriak namaku, pasti suaranya akan menggema kemana-mana.

"Bagaimana kalau ada yang mendengar?" Luke tampak ragu ragu.

"Payah." aku hanya mengucapkan kata itu sebelum akhirnya Luke meneriakkan namaku.

HEATHER!!

Aku masih tertawa sangat keras. "Hehe, bagus." aku menampakkan wajah 'misi berhasil'.

"Aku senang melihatmu tertawa."

Aku terdiam.

"Mood-mu gampang balik, ya?" lanjutnya sambil tertawa.

"Gitu deh," aku hanya menarik ujung bibirku keatas. "sekarang giliranmu."

"Truth or dare?"

Aku suka sesuatu yang berbeda. Karena Luke tadi sudah memilih dare, jadi..

"Truth"

Luke terlihat berfikir. "Oke." ia agak terkikik, "kau sedang suka dengan siapa?"

.......

....... tidak.

Aku memukul bahu Luke pelan, tertawa. Padahal jantungku sedang sangat bergejolak dan rasanya seakan mau copot.

"Tidak ada pertanyaan yang lain?" aku berusaha mengontrol suaraku agar tidak terdengar gugup.

"Tidak" Luke tertawa. "Jangan-jangan kau suka denganku?"

.......

Aku tidak tahu kenapa aku bahkan masih hidup, padahal jantungku benar-benar terasa sudah copot.

Dan bodohnya, aku menjawab:

"Kalau iya, gimana?"

....

....

....

....

Dan kali ini Luke yang diam. Dan aku rasanya mau loncat saja ke jurang.

....

....

"Maaf Heather, tapi.."

Aku rasanya benar benar ingin loncat. Kenapa aku bisa bodoh sekali?!

Aku diam dan menunggu Luke menyelesaikan ucapannya.

----------

Golden SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang