Shock

1.1K 78 8
                                    

Heather

Pagi ini aku tidak terbangun diantara bau parfum Luke yang menyengat--tentu tidak. Aku bangun dengan semangat, mengingat hari ini aku akan ke kebun bunga matahari bersama Luke. Rasanya tak sabar segera kesana. Luke belum bangun, aku yang membangunkannya. Ini pertama kali aku melihatnya tidur, tapi lain dengannya. Mungkin dia pernah melihatku tertidur saat di kereta. Aku menganggap wajahku aneh saat tidur, kuharap dia tidak berfikir begitu.

Luke melangkah gontai kearah kamar mandi. Ia akan segera mandi lalu berangkat ke rumah neneknya. Tentu saja kami sudah menyelesaikan tugas dari Madame Lorsie, hanya tinggal dikumpulkan lalu beres sudah. Sebelum Luke pulang, aku wajib mengajak Luke melihat kebun bunga matahari. Agar ia tahu seberapa indahnya pemandangan disana. Terlebih bagiku.

"Ayo Luke" aku membantunya membawa bingkisan pemberian ibu-ku untuk luke. "Ayooo aku sudah tidak sabar"

"Iya" Luke bergegas keluar dan menyusulku yang sudah empat langkah lebih dulu.

"Heather tunggu dulu!" terdengar suara ayah memanggilku dari belakang.

Tapi aku sudah terlalu jauh.

----------

"Tunggu dulu, pelan pelan" Luke berusaha mengejarku yang berlari.

Aku tertawa lalu berhenti dan menunggu luke sebentar. "Yehe, maaf"

Ia berjalan gontai kearahku. Mungkin backpack yang ia bawa cukup berat.

"Heather"

"Iya?" aku menengok kearah Luke.

"Aku tidak memanggilmu"

huh. dia mulai menyebalkan.

"Lalu?"

"Ini, heather" luke menunjuk kearah semak berbunga kecil kecil ungu.

Oh, maksudnya heather dalam artian yang asli. Seperti yang pernah kubilang, heather dalam bahasa inggris berarti semak berbunga kecil kecil ungu. Aku melongokkan kepala ke semak semak yang Luke tunjuk.

"Mungkin bagus kalau dijadikan flower crown" ujar Luke lagi.

Aku hanya terdiam dan melihat apa yang luke lakukan. Ia mengambil semacam ranting yang agak lunak dan membentuknya menjadi lingkaran. Ia lalu menyematkan bunga bunga kecil ungu di sekelilingnya.

"Kita istirahat sebentar, ya?" nada omong Luke barusan terdengar seperti memohon. Jadi, aku iyakan saja.

Aku duduk di sebelahnya. Well, sebenarnya kami duduk di tengah jalan. Tapi siapa peduli, lagipula jalan ini sangat jarang dilewati orang lain.

"Sehabis dari kebun nanti, aku ke stasiun naik apa?" Luke memulai topik pembicaraan.

"Naik taksi."

"Dari mana?"

"Nanti di dekat kebun ada jalan besar. Disana banyak taksi."

Luke masih sibuk menyematkan bunga kecil kecil ungu yang semakin banyak. Aku bisa bilang itu sangat indah.

"For Heather from heather" Luke meletakkan flower crown itu diatas kepalaku.

for Heather from heather

Untuk Heather dan dibuat dari heather. Aku berterimakasih kepada Luke lalu kami melanjutkan

perjalanan.

Kebun bunga matahari milik keluargaku sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi entah mengapa perjalanan kali ini terasa lamaaa sekali. Apa ada pengaruhnya dengan Luke?

eh

haha, tidak.

Aku terus berjalan bersama Luke pelan pelan. Dan sekarang sudah semakin dekat. Aku memutuskan untuk berlari saja, iseng sedikit dengan Luke. Aku akan sampai duluan dan menunjukkan kebunku kepadanya.

-----------

Luke

Aku tidak tahu dimana sebenarnya letak kebun itu. Dan Heather tentunya tau. Ia berlari saat kebun itu sudah dekat, dan meninggalkanku di belakang yang keberatan membawa backpack. Asal dia tahu, aku berkorban demi dia untuk ini. Aku berlari mengejarnya susah payah. Ayo Luke, sudah semakin dekat.

Aku masih berlari pelan ketika aku melihat Heather berbalik arah.

eh, salah jalan?

tidak mungkin salah jalan.

Aku mencoba memperhatikan satu hal lagi.

Dia menangis.

Dia bahkan tak sengaja menjatuhkan flower crown yang kuberikan padanya. Aku memungutnya.

Aku awalnya akan mengejar Heather, namun aku memutuskan mencari tahu penyebabnya. Kali ini aku berlari ke arah kebun bunga matahari miliknya. Dan ketika aku sampai, aku langsung tahu apa penyebabnya.

Aku bahkan tidak mengenali bahwa ini kebun bunga matahari.

Golden SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang