Happy Ending?

1.3K 97 4
                                    

Heather

Luke memiliki sangat banyak koleksi buku disini. Keluarganya mungkin juga mempunyai hobi membaca, hingga banyak sekali buku-buku bagus yang berjejer rapi di rak.

"Aku ingin lihat puisi puisi buatanmu." aku masih memilah milah buku yang mana yang akan kupinjam.

"Kau cari saja dibagian situ, aku ingin mandi dulu ya." ia menunjuk kearah tumpukan kertas sambil berlalu menuruni tangga.

nanti saja ah melihat puisinya.

Aku masih penasaran ada buku apa saja disini. Aku mengambil buku dari rak, membaca belakangnya, lalu memasukkannya lagi. Jika aku tertarik, aku akan menumpuknya diatas meja.

Dan akhirnya aku memutuskan meminjam tiga buku. Oh iya, aku kan ingin melihat puisi puisi buatan Luke.

Aku berjalan pelan menuju ke tumpukan kertas yang tadi Luke tunjuk. Wow, mungkin jika ia sedang bosan dia akan menulis puisi. Tapi berantakan sekali tumpukannya. Aku memilah milah yang mana yang mau aku baca. Tapi, kenapa ada sekitar 10 lembar puisi yang bertuliskan nama Elle? 

Aku memegang satu kertas. Siapa ya Elle? anak Madame Lorsie yang waktu itu? apa Luke menyukainya sehingga--

"Heather!" Luke mengagetkanku. "Ibuku membuat pie. Kau mau? bawa pulang juga untuk Georgia."

Seperti biasa, kalau sehabis kaget aku agak telmi.

"Eh, iya" aku hanya tersenyum sambil menjawab iya.

"Kau mau pinjam berapa buku? tiga?" lagi-lagi Luke mengagetkanku. Kukira dia sudah turun kebawah sehabis memberi tau tentang pie.

Aku mengiyakan lalu langsung bergegas turun ke lantai bawah sambil membawa tiga buku yang ingin kupinjam dari Luke.

----------

Setelah mengucapkan terima kasih, aku pulang diantar Luke. Naik sepeda, panas panas gini naik sepeda!?

Sebenarnya aku agak kesal. Tapi ini jauh lebih baik daripada aku pulang sendiri. Luke juga berbaik hati mau menemani dan mengantarkanku membeli hot dog untuk Georgia.

"Kau mau mampir dulu?" aku turun dari sepeda Luke. "Biasanya di hari yang panas begini Georgia membuat jus limun. Pasti segar."

"Terima kasih, tapi jam jaga toko-ku sudah mulai." ia tersenyum tipis lalu pergi menunggalkan kami.

Hih, yasudah. Aku menggerutu dalam hati.

Georgia, yang jelas sudah menungguku sejak tadi. Ia langsung histeris karena aku membawakan pie. Apalagi itu pie raspberry, topping pie kesukaan Georgia.

"Kau pulang diantar Luke lagi?"

"Ya" aku melonjorkan kakiku diatas sofa, sambil meminum jus limun.

"Dan kalian jadi pergi ke kampung halaman-mu minggu depan?"

"Jadi." aku menjawab Georgia asal-asalan.

"Giliran aku datang, kau pergi." Georgia mulai asik memakan pie. "Cie, yang mau pergi jalan jalan sama --"

"Apaan sih" aku melempar bantal kearah Georgia. Untung saja tidak kena, kalau misalnya kena, aku bisa mendapat amukan karena mengganggu dia makan.

"Kau tidak puas hah kemarin bertemu dengan Seb?" aku menyebut nama Sebastian, kekasih Georgia sejak jaman dahulu kala. aku bilang sejak dahulu kala karena mereka bersahabat semenjak kecil.

"Aku kan hanya pulang seminggu." Georgia mencari alasan. "Tapi nanti aku juga mau pulang lagi, seminggu setelah kau pergi."

"Tuh kan!" aku menggebrak sofa. "kau lebih sering pulang."

"Lagipula kan libur." ia menjawab santai. "Dan aku juga tidak lama, hanya seminggu."

"Kira-kira mungkin aku akan pulang selama sebulan." aku tertawa kearah Georgia, meledek.

"Tuh kan! kau yang curang." Georgia melempar bantal kearah wajahku. Dan sialnya, tepat sasaran. Untung saja jus limun-ku sudah habis.

"Eh," aku memulai topik pembicaraan baru.

"Kenapa? kau beneran suka sama Luke?" Georgia menebak asal.

"Kalau iya bagaimana?"

.....

Kali ini Georgia tersedak. Ia buru-buru minum air putih lalu berkata dramatis. "Kau serius?! tuh kan!"

"Tidak ah, aku tidak suka. Aku tidak mau jatuh cinta sama orang kayak dia. Basi, nyebelin, ga--"

"Udah lah Heath," Georgia tertawa. "kalau suka, ya suka aja"

"Tapi kan aku tidak mau." aku duduk di samping Georgia.

"Apa salahnya sih?" Georgia menatapku heran.

"Aku tidak mau saja. Ah, sudahlah." aku berjalan gontai ke kamar. Tetapi beberapa saat kemudian aku keluar kamar lagi dan bertanya ke Georgia. "Memangnya kalau aku suka dia, apa dia juga suka?"

Georgia kali ini diam. Mungkin dia menyadari, kalau seorang Heather tidak sering jatuh cinta. Meskipun kita bukan teman dari kecil, tapi aku sering bercerita tentang apa saja kepada georgia.

"Aku juga tidak tahu." Georgia kali ini bingung. "Memangnya aku bisa menebak masa depan?" ia bercanda.

"Tapi, aku percaya dengan happy ending. Akhir yang bahagia." aku masuk ke kamar meninggalkan Georgia yang masih memakan pie dengan wajah yang berubah menjadi agak bingung.

-----------

sorry short chapter! hehehehe next chapter bakal panjang kokkk

-ann

Golden SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang