Jamiaco

1K 84 6
                                    

Heather

Aku hafal bau badan Luke yang menyengat—aku cukup suka baunya. Tapi entah kenapa kali ini tercium sangat menyengat. Aku berusaha membuka mata dari mimpi naik roller coaster bersama Kay—teman rumahku di Kandroila, sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Mataku terasa berat sekali. Entah kenapa, mungkin aku tidur terlalu lama. Aku merasa bahwa aku tidur di sesuatu yang empuk—walau tidak begitu empuk. Tak sampai dua detik, aku menyadari bahwa aku tertidur di bahu Luke. Dan dia tertidur diatas kepalaku. Pantas saja bau parfum-nya tercium sangat menyengat daripada biasanya. Aku reflex mengangkat kepala saat aku sadar bahwa aku tertidur di bahunya. Dan otomatis, Luke ikut terbangun juga.

Eh, maaf” aku gelagapan, salah tingkah.

“Tidak apa-apa” Luke masih berusaha ‘benar-benar bangun’, sama sepertiku.

“Kita sudah sampai dimana?” aku melihat ke sekeliling dan menyadari kalau ini sudah Kota Kandroila. “kita sudah sampai.” Ucapku—menjawab pertanyaanku sendiri.

Hatiku berdebar kencang. Akhirnya setelah 6 bulan, aku pulang.

“Heather, kau yakin aku boleh menginap?” ternyata Luke masih resah bahwa aku belum mengatakan kepada ayah dan ibu kalau aku akan pulang.

Aku tertawa, “Aku yakin boleh.”

Kami turun sambil membawa koper kecil kami masing-masing. Aku memimpin Luke menuju rumah. Kelihatannya Luke masih resah jikalau ia tidak boleh menginap di rumahku.

Benar saja, kami tidak menghabiskan lebih dari lima belas menit berjalan ke rumahku. Aku gugup saat akan mengetok pintu rumah—tak menyadari bahwa luke jauh lebih gugup daripada aku. Ah, aku sangat cinta atmosfer kota Kandroila yang sudah sangat kukenal. Aku sudah mengetok pintu berkali-kali tapi tidak ada yang menjawab. Kemana perginya ayah dan ibu ya?

Tiba-tiba aku melihat kay sedang berdiri di depan rumahnya. Ia melihatku, dan langsung berteriak Heather! lalu berlari kearahku. “Wah, kau sudah besar ya sekarang” Kay melepas pelukannya lalu bergurau.

“Kau kira aku anak kecil?” aku balas tertawa kepada Kay.

Tak lama dia pun menyadari kalau ada seorang laki-laki di belakangku, yang tak lain dan tak bukan adalah Luke. Dan tentu saja kay langsung bertanya dengan nada menggoda “siapa itu, Heather?”

“Temanku, namanya Luke. Dan Luke, ini temanku Kay.” Aku memperkenalkan mereka. Kay berbisik sekilas di telingaku, “Kau yakin kalian hanya berteman?”

Aku tertawa dan menjitak kepala kay pelan. Ternyata kebiasaannya menggodaku masih ada sampai sekarang.

"Kau tau kemana ayah dan ibuku?" aku mengganti topik pembicaraan ke hal yang lebih penting. Sangat penting malah.

"Oh iya," kay tampak kebingungan menjelaskan kepadaku. "uhm, mereka sedang ke kebun"

Dan aku menyadari satu hal yang membuatku sangat bersemangat pulang.

Kebun bunga matahari.

"Dan, Heather" kay masih melanjutkan omongannya.

"Apa?" aku tersenyum, masih teringat akan kebun bunga matahari. Rasanya aku ingin cepat cepat kesana bersama Luke. Menunjukkan 'teman-temanku' kepadanya.

"Uhm..," ia masih tampak kebingungan. "eh, itu ayah dan ibumu"

Sontak aku langsung menengok ke arah yang Kay tunjukkan. Dan benar saja, sudah ada ayah dan ibu berdiri disana. Sedang menuju ke rumah.

"Ayah ibu!" aku berteriak dan menghampiri mereka.

"Heather?" mereka tampak agak bingung--tapi tetap senang.

Aku langsung menghampiri dan memeluk mereka.

"Surprise!" aku melepaskan pelukan lalu menyunggingkan senyum kearah mereka.

Dan, oh! aku hampir lupa.

"Ini Luke" aku memperkenalkan luke kepada mereka. Mereka menyambut dengan ramah tapi tentu saja agak bingung. Sebelum mereka menebak yang tidak-tidak, aku langsung menjelaskan tentang tugas dari Madame Lorsie dan mereka menerima dengan senang hati. Soal Luke menginap di rumahku? sudah kubilang, pasti boleh.

"Dan Luke, kau bisa tidur di sofa" aku memberi arahan kepada Luke tentang segala macam tentang rumahku. Kalau ia ingin makan atau ke toilet, dan segala hal lainnya.

Awalnya, aku ingin mengajaknya ke kebun, tapi hari sudah beranjak terlalu malam. Namun besok pasti aku akan mengajaknya.

Sehabis makan malam, bisa dibilang aku begadang bersama Luke. Kami tidak bisa tidur, mungkin karena tadi kami tertidur lama saat di kereta. Aku dan Luke menonton film bersama. Aku bahkan membuat camilan khas kota ini--jamiaco, untuk dimakan bersama Luke saat menonton film.

Kami menonton film Captain America, entah berapa kali aku menyebutkan kata "ganteng" saat menonton film tersebut. Kami lanjut nonton The Notebook, nonton yang drama juga kali ini. Dan terakhir, kami menonton Hansel and Gretel. Aku harap aku tidak mimpi buruk setelah menonton film itu.

Entah jam berapa aku sudah tidak kuat menahan kantuk dan mengucapkan selamat malam kepada Luke lalu bergegas pergi ke kamar untuk tidur.

----------

yay update! muakakak, sorry kalo boring chapter :c

-ann

Golden SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang