48. Kenyataan pahit

Comenzar desde el principio
                                    

"O-om... apa maksudnya?" tanya Agra cemas.

"Maaf ya pertemuan kita kali ini bukan di lapangan golf," sahut Dikta teramat tenang.

Tiba-tiba suara Dikta beberapa waktu lalu sebelum dia pingsan terdengar. Bulu kuduk Agra meremang. "Di mana Angel?"

Pria itu dengan santainya meletakkan kopi di atas meja. "Kenapa kamu cari dia? Dia sedang berada di sekolah, latihan," lalu senyuman licik tersungging di wajahnya. "Oh, maaf, saya menggunakan ponselnya untuk menghubungi karena ada hal penting yang ingin saya bahas,"

"O-om?" Agra tidak mengerti apa pun namun dia merasakan aura gelap di sekelilingnya.

Dikta merogoh belakang celana yang dia kenakan, seraya melangkah pelan mendekati Agra yang mulai memberontak di bangkunya.

"Apa yang mau Om lakukan?"

***

Di motor, baik Gara maupun Rachel sama-sama terdiam. Keduanya terfokus pada tujuan utama mereka. Hati Gara tidak tenang memikirkan kemungkinan yang terjadi pada Agra. Sementara Rachel memeluk Gara erat menyembunyikan wajahnya dari banyak orang. Gara melajukan motor dengan kecepatan tinggi, pikirannya melayang ke percakapan 10 menit lalu.

"Kalo memang benar Om Dikta yang melakukannya apa alasan dia bersikap seperti itu?" tanya Gara tegas memegangi pundak Rachel agar tidak terjatuh.

Niko terdiam sejenak, dia mengembuskan napas panjang. "Dia bilang kalo dia nggak suka liat Rachel menemukan seseorang yang bisa membuatnya tersenyum dan bahagia,"

"Lo bercanda!" seru Rachel tidak percaya.

"Gue mengatakan kejujuran," sahut Niko. "Bokap lo nggak suka sama Raga karena menganggap semenjak Raga hadir lo nggak lagi inget dia padahal dulu hampir setiap hari ketika lo sedih atau senang lo selalu sebut nama bokap lo tapi kehadiran Raga semuanya kini terganti," jelas Niko membuat Rachel lemas. "Mungkin sulit buat lo terima, tapi lo harus tau Rachel kalo dia nggak sebaik yang selama ini lo kira,"

"Tapi... kenapa?" parau Rachel.

Niko menggeleng, dia juga tidak mengerti isi kepala Dikta. "Gue tau ini terdengar lancang tapi... gue peduli sama lo dan Agra maka dari itu karena Dikta nggak akan berhenti sampe dia mendapatkan apa yang dia mau, kalian harus kasih tau Agra. Nyawa dia sekarang taruhannya."

Jantung Gara berdegup cepat, di tengah kecemasannya tentang keselamatan adiknya seseorang menelepon, segera dia mengangkatnya dan terkejut ketika mengetahui bahwa itu Angel. Perempuan itu meminta tolong kepada Gara supaya memanggil tukang bengkel sebab Angel tidak hapal nomornya dan ponsel Angel tertinggal di rumah sekarang dia sedang ada di taksi menuju sekolah meminjam ponsel supirnya.

Tangan Gara bergetar, bahkan saat Angel mengucapkan terima kasih dan memanggil namanya dia terdiam. Rachel yang panik usai mendengar penjelasan Niko yang serius itu langsung menepuk punggung tangan Gara.

"Agra... di mana, Gar?"

Wajah Gara pucat pasi. "Agra..." dia menelan ludah kelu. "Di rumah Angel karena katanya lo dalam bahaya, Ngel. Dia nerima pesan dari nomor lo."

Bukan hanya Rachel yang seakan oksigen habis tetapi Angel pun turut merasakannya. Dia waspada pada tingkah Dikta belakangan ini yang sering memaki sambil menyebut nama Agra tiba-tiba firasat tidak enak itu membuat Angel tertekan, dia meminta supir memutar balik kembali ke perumahannya.

***

Agra terbatuk-batuk, lilitan yang membelit tubuhnya memang sudah terlepas sepenuhnya namun sebagai gantinya Dikta memukul, menendang dan melempar tubuhnya ke lantai dengan keras. Luka bukan hanya dia dapati di kening tetapi juga hampir di sekujur tubuh.

Bad Girl's EffectDonde viven las historias. Descúbrelo ahora