35. Cerita di perpustakaan

47.5K 5.7K 700
                                    

Sambil mengantungi ponselnya kembali ke saku, Agra menyusuri koridor sekolah. Pada akhirnya Agra menyetujui lomba yang diajukan sekolah terhadapnya dia akan mencoba menambah pengalaman urusan menang atau kalah Agra tidak memusingkannya. Dia berjalan sendirian karena Guru sedang ada rapat membahas perubahan sistem UN untuk anak kelas 12, Flavian melesat keluar duluan entah ke mana meninggalkan Agra.

Seharian ini Agra juga tidak bertemu Rachel, rasanya aneh. Mendadak dia jadi khawatir dan ingin perempuan itu muncul di depannya. Agra tadi melewati kelas Rachel dia tidak menemukan adanya Rachel di sana, harusnya dia meminta nomor ponsel Rachel agar bisa menghubunginya. Namun, ah, Agra tidak mungkin melakukan itu.

"Hoi, Gra!" Seseorang menepuk bahu Agra pelan. Lelaki itu menoleh mendapati Niko, Flavian dan Gio ada di sana sambil menyengir lebar. "Mau ke mana?" tanya Flavian.

Rupanya Flavian sedang bersama mereka. "Ke perpus," balas Agra datar.

Niko membelalakkan matanya antusias. "Woah, lo dihukum juga, Gra?" Agra tidak mengerti maksud Niko. "Lo disuruh ngerangkum biologi nggak? Kalo iya kita bertiga bareng!"

"Nggak." sahut Agra.

Oh, sekarang dia paham. Perginya Flavian disebabkan oleh pemanggilan nama-nama anak yang nilainya sangat memprihatinkan saat ulangan harian kemarin. Ada sekitar 5 orang di kelasnya yang menghadap langsung Guru mata pelajaran dan salah satunya adalah Flavian. Agra mengetahu apabila dia mendapatkan nilai 100, tidak begitu istimewa karena Agra sudah biasa.

"Yah, gue kira lo ikut kena remedial yang parahnya nggak masuk akal itu. UTS aja belum masa iya udah disuruh remed? Padahal kan cuma ulangan biasa," sungut Niko.

Di sebelahnya Gio menimpali. "Ini buat ngebantu naikin nilai kita, Nik. Lo mau SNMPTN gagal karena nilai raport naik turun?"

Mau tak mau Niko setuju dengan ucapan Gio. Kadang temannya yang kutu buku ini bisa menjadi banyak omong dalam keadaan tertentu, meski kelihatan cerdas memakai kacamata seperti itu kenyataannya Gio tidaklah beda dengan Niko. Gio memang lebih kalem dan dia sering baca buku walau yang dibacanya bukan pelajaran.

"Gra, bantuin kita dong," tiba-tiba Flavian merengek.

Agra menaikkan sebelah alis. "Hah?"

"Lo sudah ngerangkum materi biologi kan? Gue tahu lo paling rajin urusan pendidikan dari dulu, gue pinjem catatan lo ya?" pinta Flavian memohon.

Agra menggaruk tengkuknya kikuk. "Hari ini nggak ada pelajarannya jadi gue nggak bawa," ketiga orang didekatnya langsung mendesah pasrah. Buru-buru, Agra menambahkan. "Kalo kalian mau gue bisa bantu ngerangkum sampe jam istirahat pertama." dan secara ajaib senyuman mereka serentak mekar.

T

Di pojok perpustakaan, sambil mendengarkan musik Rachel menatap langit yang cerah. Sinarnya membias masuk melalui jendela yang terarah langsung kepadanya mengenai kedua kaki putih Rachel, dia menghindar dari keramaian pusat utama perpustakaan. Menjelang UTS ada banyak siswa yang masuk untuk belajar, dia tidak memedulikan nilainya sama sekali. Di tengah perpustakaan terdapat banyak meja belajar yang dilengkapi dengan komputer informasi biasanya sepi kini hampir setengahnya dipenuhi siswa merunduk.

Sementara itu Agra dan ketiga temannya masuk ke perpustakaan, tidak heran ketika mereka menemukan banyaknya siswa. Itu sudah biasa terjadi dan Agra sendiri sudah mulai beradaptasi di sini. Flavian dan Niko mengekori Agra sedangkan Gio mencari tempat duduk untuk mereka, Agra mengintruksikan dua orang itu agar mengecek bukunya di rak paling ujung. Sembari mereka mencari Niko membuka suara.

"Eh, Gra,"

Agra yang berdiri di tengah lorong khusus buku pelajaran kelas 11 pun mengadah. "Ya?"

Niko mengerling sekilas. "Lo sama Rachel sekarang sudah resmi pacaran ini?" Flavian melirik Agra yang diam, sahabatnya itu tidak menjawab apa-apa. Niko yang menyadari kebungkaman Agra pun berkata lagi. "Eh, sori nih kalo gue kepo. Gue cuma mau tau saja soalnya anak-anak heboh lo berduaan terus sama Rachel," jelasnya.

Agra juga tahu itu tapi dia malas menerangkan yang sebenarnya terjadi. Hanya Flavian yang dia percayakan, lelaki itu tahu apa sebab Agra menerima Rachel. Perasaan bersalah karena sudah berniat menghancurkan hati perempuan yang sangat disayangi Raga, dulu mungkin Agra sempat membenci perempuan yang membuat kakaknya terbunuh namun begitu dia mengetahu bahwa Gara yang berpotensi menyelakakan Raga dia tidak lagi membenci Rachel.

"Gue berharap lo baik-baik aja, Gra. Semoga kejadian dulu nggak terulang lagi." harap Niko.

Flavian berdeham. "Nik, kamar mandi bentar, yuk. Kebelet nih," ajak Flavian sambil menelengkan kepalanya ke pintu keluar.

Niko mengernyit. "Lo biasa sendiri napa ajak-ajak gue?"

"Ya'elah gue lagi males sendirian."

Lalu Flavin membawa Niko pergi. Dia memahami jika Agra tidak suka masalah pribadinya dicampuri orang lain daripada nanti Niko menyesal sudah banyak berbicara karena pada akhirnya Agra akan berubah sikap padanya. Sepeninggal mereka Agra beranjak ke sudut perpustakaan yang jarang dilewati, seingatnya waktu itu Agra menemukan buku biologi lengkap ada di sekitar sana.

Agra meraba-raba buku pelajaran, dari yang tebal sampai yang tipis dia mencarinya satu persatu. Hingga dia menemukan buku biologi kelas sebelas, Agra pun menariknya pelan-pelan supaya buku lainnya tidak terjatuh. Laki-laki itu mengembuskan napas, sejenak dia melihat melalui celah di antara buku itu, ada seorang perempuan berambut panjang sedang tidur dengan headset menempel di kedua lubang telinga.

Rasanya Agra ingin tertawa kencang, menertawakan dirinya yang tiba-tiba saja merasa lega telah melihat Rachel. Dia tidak pernah sepuas ini sebelumnya apalagi dia cemas karena gosip beredar cepat tentang keributan Rachel dengan Imelda beberapa waktu lalu, ditambah lagi adanya berita kalau Rachel memacari Agra untuk memoroti lelaki itu. Semua kejelekkan Rachel diperbincangkan, Agra tidak bisa berbohong jika ada perasaan marah yang menguasai hatinya.

Agra tahu Rachel memang perempuan liar, tidak bisa diatur dan tidak bisa dikekang tapi bukan berarti dia seburuk itukan? Agra memutar tubuhnya, dia mengambil duduk di sebelah Rachel kemudian melepaskan satu headset untuk dikenakannya.

Sontak Rachel tersentak dia membuka matanya kembali mendapati seorang laki-laki dengan santainya mendengarkan lagu yang dia setel. "Ngapain lo?"

"Bruno Mars," ucap Agra menatap Rachel. "Grenade," lantas dia mengembuskan napas. "Lagu kesukaan Raga," komentarnya.

Rachel merilekskan diri. "Enak 'kan?"

"Lo keinget Raga?' tebak Agra tepat sasaran.

"Nggak, gue cuma lagi mau denger aja," dustanya. Gara-gara omongan anak-anak yang menyangkutpautkan masa lalu dengan masa sekarang Rachel jadi merasa bahwa dirinya memang seburuk itu. "Gra... Eh? Mau ngapain?" tanyanya heran dan terkejut.

Agra merebut ponsel Rachel, dia menyekrol layarnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Persekian detik berikutnya lagu berganti jadi One Direction yang berjudul Drag Me Down, dia mengembalikan ponsel hitam Rachel ke dalam pangkuannya tanpa menjelaskan apa pun dia menarik kabel headset memasangkannya ke telinga Rachel.

"Itu lagu kesukaan gue." katanya pelan.

Lelaki itu berniat meninggalkan Rachel, tetapi langkahnya terhenti ketika dia tanpa sengaja melihat paha Rachel terekspos. Agra menggelengkan kepala lantas dia membuka seragam putihnya, membiarkan dirinya hanya dibalut kaos hitam melekat badan. Benda hangat dan wangi itu mendarat di area paha sampai betis Rachel, menutupi bagian yang terbuka, padahal gadis itu sendiri tidak tahu. Rachel kembali mendongak, dia menatap wajah lembut Agra untuk pertama kalinya menatap mata Rachel tegas.

"Nggak enak diliatnya sama orang lain."

Ungkapan Agra mendesir hati Rachel. Tidak menyangka seorang seperti Agrayang tidak pernah mau terlibat urusan orang lain itu memerhatikannya juga.Rachel tersenyum kecil.

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang