16. Menjalin persahabatan kembali

45.9K 5.1K 183
                                    

Sudah berapa hari sejak Rachel tidak masuk sekolah, setiap hari ada saja kejadian-kejadian menyebalkan datang menghampiri Agra. Seperti para Guru yang menyeletuk di kelas menanyakan kedekatan Agra-Rachel yang begitu menghebohkan, bahkan tak jarang ketika Agra ke ruang Guru pun mereka membombardir Rachel pertanyaan seputar aksi tembak-menembak Rachel.

Agra tentu saja kesal bukan main tapi ada satu hal yang membuatnya terusik, lebih dari apa yang mereka tanyakan yaitu gosip para perempuan menulikan pendengaran sampai lelaki-lelaki yang menjelekkan Rachel. Agra mendengar mereka menyebutkan bahwa setahun lalu Rachel punya pacar tetapi dia meninggal, Agra tidak tahu pasti siapa namanya sebab mereka enggan memberitahu dan setelahnya Guru datang, seakan tidak pernah menceritakan apa pun mereka kembali ke kursi masing-masing.

"Gra," Flavian menyenggol lengan Agra yang dari tadi melamun. "Semenjak lo ditembak jadi kayak orang bego gini." komentarnya menyampurkan sambal ke kuah bakso.

Kini Flavian dan Agra sedang berada di kantin. Agra sebetulnya malas tapi perutnya berkata lain, laki-laki itu menggeleng tanda mengelak perkataan Flavian. Dia bengong karena kepikiran sama cerita-cerita siswa sekolah perihal Rachel. Setahu dia murid di SMA Nusantara yang meninggal setahun silam hanyalah Raga... masa sih, Rachel itu...

"Nah ini dia nih orangnya!"

Niko datang merusak ketenangan. Flavian hampir tersedak, Gio segera memberi Flavian es teh manis sementara Niko hanya menyengir duduk di seberang Agra. Matanya menerawang, menjelajah jauh ke dalam manik lelaki yang diam itu.

"Gue penasaran gimana bisa lo sama Rachel pacaran?" pembuka omongan Niko mampu menyorotkan tatapan sinis Agra.

"Lo udah nanyain ini berulang kali, Nik," balas Agra. "Dan, gue sama dia nggak pacaran,"

Niko terkekeh, meminta kentang goreng yang dibeli Gio. "Hehehe, gue masih nggak percaya dia nembak lo. Bukannya kalian berdua nggak deket? Apa jangan-jangan di belakang kalian deket?" Agra sukses keselak nasi goreng, Gio sigap memberinya minum. "Lah, napa dah, Gra? Omongan gue bener nih?"

"Ye, ngaco lo, Nik. Agra deket sama Rachel mana mungkin, kenal aja kagak," sanggah Flavian membantu Agra. Paddahal dia tahu ada urusan apa mereka berdua.

"Nah, makanya ceritain dah gue penasaran kok bisa dia begitu ke lo padahal yang di tau anak-anak dia mana pernah deket sama cowok lain kecuali Gara. Gue pikir dia bakal nembak Gara, kok malah lo," jelas Niko keheranan.

Flavian menyeruput minumnya sejenak. "Kepentok kali kepalanya, dari Gara pindah haluan ke Agra," kemudian Flavian melirik Niko. "Lagi lo penasaran amat dah."

Niko berlagak sok keren. "Ya, gue kan sebagai cowok paling up to date di sekolah harus tau sebenernya ada apa,"

Agra mengelap bibirnya pakai tissue. "Gue juga nggak tau tiba-tiba dia bilang gitu." sesingkat itu keterangan Agra, memang berbeda sama ujarannya tiga hari lalu yang cenderung lebih singkat tapi bukan ini yang diinginkan Niko.

Niko menganggukkan kepala, menyerah pada kecuekan Agra yang percuma dipaksa pun jawabannya tetap sama. Lantas dia beranjak, pergi ke koperasi hendak membeli sebotol air putih. Keadaan kembali damai, Flavian sibuk menghabiskan bakso, Gio yang membaca buku sejarahnya dan Agra yang makan sambil melamun. Gio sadar perubahan Agra, dia juga sama penasarannya seperti Niko tapi Gio tidak senyablak Niko yang terang-terangan berkata. Gio juga menilai jika Flavian mengetahui ada apa antara Rachel-Agra tapi memilih bungkam. Jadi, Gio tidak mempermasalahkan lagi. Toh, mereka juga nyaman kalau tidak membeberkan.

Hingga tiga orang perempuan menghampiri meja mereka, membuat keberadaan Agra seketika jadi pusat perhatian. Salah satu di antara mereka duduk di tempat Niko, dia mengenakan bandana pink cerah yang senada dengan warna kukunya, begitu pula dua temannya yang lain. Dia menopang dagu, memerhatikan Agra yang menyadari tapi tidak bereaksi apa-apa selain menghabiskan nasi gorengnya.

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang