48. Kenyataan pahit

39.2K 3.9K 333
                                    

Keadaan rumah Angel tampak sepi dan sunyi seperti tidak ada orang, Agra mematikan mesin motornya di halaman rumah kemudian mengetuk pintu. Tidak ada satu pun yang menjawab, dia mencoba mendorong pintunya dan terbuka. Kening Agra bertaut bingung lantas dia berjalan masuk, matanya meninjau seluruh tempat mencari keberadaan Angel. Mendadak seluruh penghuni Angel termasuk pembantunya tidak ada. Dia menelepon Angel namun tidak terangkat.

"Angel?" panggil Agra agak panik.

Tidak ada yang menyahut. Sekilas dia melihat ada bayangan muncul di lantai dua, perasaannya makin tidak enak takut terjadi apa-apa sama Angel. Sebelum Agra berlari menyusul sosok itu dia membalas pesan Gara yang menyuruhnya ke penjara, Agra mengatakan bahwa dia berada di rumah Angel karena perempuan itu meminta bantuan.

Agra berderap pelan, dia mengamati ruangan yang terbuka dekat tangga. Dia tidak tahu itu ruangan apa tetapi ada banyak rak-rak berisi buku berjejeran kemudian dia memberanikan diri untuk masuk. Bau buku lama langsung menyapanya ketika dia menghirup napas di dalam sana, tenang dan rapi. Agra tidak melihat adanya tanda-tanda orang masuk.

Setidaknya begitu, sesaat dia memutar tubuh sebuah benda keras menghantam kepalanya kuat. Agra kehilangan kesadarannya dengan darah mengucur deras di kening. Tubuhnya terjatuh tepat di lantai, matanya berkunang-kunang. Ketika dia terbuka karena napasnya mendadak sesak orang itu menunduk, mengelus pipi Agra dan mengatakan hal yang membuatnya merinding.

"Sayang sekali padahal saya senang kalau mempunyai menantu sepertimu," suaranya yang rendah tapi berbahaya itu mampu membangkitkan ketakutan di dasar hati Agra. "Tapi bukan berarti saya merestui kamu dengan Rachel, anak kandung saya."

Kemudian sosok itu menyeret Agra yang sepenuhnya telah pingsan, mengikatnya di bangku cokelat di tengah-tengah ruangan yang sudah dia persiapkan.

***

Dalam perjalanan ke rumah Dikta, Fredd berusaha menghubungi Diana dan Rachel untuk berdiam diri di rumah. Kalau nanti ada orang tidak dikenal menelepon atau mendatanginya sekalipun itu Dikta dia meminta agar tidak dibukakan. Hanya Diana yang mau mendengarkannya tetapi Rachel, perempuan itu bahkan tidak mengangkat telepon dan membaca pesannya.

Fredd sungguh khawatir, sudah semingguan ini mencoba mencari bukti akurat tentang kasus pembunuhan Raga. Sebab dia tahu semuanya ada yang tidak beres, Fredd membaca data yang diberikan orang suruhannya dan dia menemukan fakta bahwa kedua orang tua Niko dan Martha di penjara tahun lalu atas tuduhan korupsi uang perusahaan. Ayah mereka seorang ketua tim yang menangani projek pembuatan hotel sementara Ibu mereka seorang akuntan yang bekerja di kantor cabang.

Bukan itu yang membuatnya terkejut melainkan fakta bahwa keduanya bekerja di bawah naungan perusahaan Dikta. Dari hasil data, diketahui bahwa mereka tidak pernah melakukan kejahatan itu. Mereka dipaksa mengaku oleh Dikta kalau tidak taruhannya nyawa kedua anak mereka, sewaktu Fredd mengunjungi orang tua Martha dan Niko dia berjanji akan membantu membebaskannya asal berkata dengan jujur dan benar, Dikta sudah berubah jadi pria yang jahat penuh ambisi.

Firasat buruk yang Fredd rasakan benar adanya, Dikta orang dibalik terbunuhnya Raga. Dia kini mengerti susunan rencana Dikta. Karena sejak dulu Dikta orang yang serakah dan menginginkan semua hal menjadi miliknya.

***

Perlahan kelopak mata Agra terbuka, dia memandang sekelilingnya bingung dengan meringis mencium bau anyir darah dia baru menyadari kalau dirinya terikat. Agra mengerut, keningnya sangat sakit. Pelan-pelan ingatan Agra kembali, dia tersadar bahwa tadi ada seseorang yang melukainya. Ketika dia hendak melepaskan diri orang itu muncul di depannya sambil menenteng kopi.

"O-om Dikta?" kaget Agra tak percaya.

Dikta mengambil bangku besi dan duduk, dia menyesap kopinya perlahan. "Hallo, Agra. Sudah lama kita tidak bertemu,"

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang