Misterius

1.7K 114 5
                                    

Siang ini, aku menjalankan rutinitasku di kantor seperti biasa. Kebetulan sudah waktunya untuk menyusun dan membereskan laporan bulanan. Saking seriusnya, aku hampir melewatkan makan siang.

Tiba-tiba HPku bordering. Tumben banget, nggak seperti biasanya. Jarang banget ada yang meneleponku siang-siang begini. Kalopun ada, mungkin teman yang sedang urgent, senior yang membutuhkan bantuan atau Mama yang nitip dibeliin sesuatu saat aku pulang kantor.

Nomor baru. Kuabaikan.

Kedua kalinya, nomor baru yang sama.

Kuangkat.

"Halo, selamat siang." Kataku hati-hati. Kutajamkan pendengaranku, mungkin saja suara yang ku kenal namun nomornya tak sempat ku simpan.

"Halo, Swastyastu" Suara pria yang tidak kukenal

"Iya.. Swastyastu.. Maaf, ini siapa ya?" Tanyaku

"Ini aku, yang minta nomor kamu kemaren" Katanya

"Kiki" Katanya lagi.

"Kiki yang tentara itu?" Tanyaku meyakinkan

"Iya, Neng lagi apa? Sibuk?" Tanyanya

"Oooh, nggak juga kok. Cuma lagi beresin laporan bulanan" Kataku

"Ada apa ya?" Tanyaku

"Nggak. Nggak boleh ya aku nelepon Eneng?"

"Eh, boleh kok" Jawabku cepat. Mama selalu wanti-wanti supaya aku nggak buat laki-laki tersinggung. Bahaya, kata Mama.

"Belom istirahat makan siang?" Tanyanya ramah

Aku menengok jam di pergelangan tangan kiriku. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.05. Sudah lewat lima menit waktu istirahat.

"Bentar, dikit lagi" Kataku sekedarnya

"Kenapa, kok belum makan?" tanyanya

"Males aja. Badanku naik lagi ini. Ntar malah gendut"

"Emang kenapa kalo gendut?"

"Ya nggak apa-apa. Aku kalo gendut ntar tambah jelek" Kataku. Sengaja membuatnya ilfeel. Aku memang kagum padanya. Ia tampan, lebih dari itu, ia sopan dan ramah. Namun entah kenapa saat itu aku merasa bahwa Ia bukan seseorang yang aku butuhkan. Atau bahkan mungkin saat menatapnya aku merasa Ia hanya seperti laki-laki lain yang "numpang lewat" dihidupku. Ia memang baik, tidak dapat kusangsikan itu. Namun entah kenapa, hatiku seolah berkata 'Come On, Dian, He is not for you'. Selain itu, mungkin aku juga belum siap untuk terlalu dekat dengan pria manapun.

"Jangan takut gendut" Katanya singkat, membuyarkan lamunanku.

"Iya. Eh aku lagi sibuk ini. Maaf ya.. Bisa telepon lain kali aja?" Tanyaku.

"Oh, Iya.. Maaf mengganggu ya Neng. Assalamualaikum" Katanya.

Belum sempat aku membalas salamnya, Ia sudah menutup sambungan telepon. Aku sempat keheranan. Sebenarnya Ia beragama apa? Ia membuka pembicaraan dengan 'Om Swastyastu' dan menutupnya dengan 'Assalamualaikum'. Aku jadi penasaran dengan pria ini. Jika saat ini aku harus mendeskripsikan seperti apa sosoknya, aku akan bilang bahwa Ia ceria, ramah, lucu, polos, sopan, tampan, sporty, gesit, gigih, dan tentunya misterius.

From Earth to Heaven ( Mencintai Prajurit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang