Who is He?

2.5K 153 3
                                    

Poso sedang mengalami pemadaman bergilir pada saat itu. Sesuai dengan himbauan PLN yang tadi pagi aku baca di papan pengumuman kantor, ada pohon tumbang di salah satu instalasi listrik PLN yang perbaikannya memerlukan waktu selama kurang lebih sebulan. Itupun masih menunggu operator ahli dari pusat.


Seperti biasa, selepas dari kantor saat itu, setelah pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian, aku langsung ke Toko mama. Tak lupa aku bawa sebuah buku yang baru kubaca sebagian.

Toko Mama ramai sekali pada saat itu oleh para tentara yang berbelanja perlengkapan sehari-hari. Biasanya kalo sudah begitu, mereka pasti akan ditugaskan memburu para kelompok teroris di hutan atau bertugas jaga di pelosok perkampungan di Poso. Mama siaga di meja kasir. Sementara aku, Mak Ira dan kak Ani melayani pembeli. Mengepak atau membungkus belanjaan, dan sesekali mengambil serta mengangkatkan barang.

Sekitar sejam kemudian, Toko mulai sepi. Aku pindah ke depan toko, mengambil buku yang kubawa dari rumah dan mulai membaca.

Saat itu adalah hari pertama wilayah kami mendapatkan giliran pemadaman listrik.

Hari sudah mulai gelap. Kupaksakan membaca dengan cahaya yang remang-remang. Aku ingat, yang aku baca saat itu adalah bagian favoritku.
Hingga perhatianku teralihkan oleh suara seseorang.

"Lagi belajar apa tuh, dek?" Terdengar suara ramah seorang pria yang umurnya kira-kira seumuranku, atau bahkan mungkin lebih muda?

Tidak kujawab. Aku sedikit ragu kalau suara itu bertanya padaku. Lagian aku kan sedang membaca novel, bukannya belajar.

"Serius banget. Buku apa itu dek?"

Aku mendongakkan kepalaku sejenak, menoleh ke arah sumber suara lembut namun berwibawa itu sebelum akhirnya aku kembali menunduk menatap buku dalam genggamanku.

"Nggak belajar tuh" jawabku sekenanya sambil tetap menatap bukuku. Tidak dibaca, hanya ditatap. Entah kenapa saat itu aku sedikit salah tingkah. Tumben banget. Tidak biasanya aku seperti itu.

Pria yang dari seragamnya kulihat sepintas tadi ternyata adalah seorang tentara itu malah berdiri mendekat tepat disebelah kiri tempatku duduk.

"Kan lagi baca buku. Buku apa donk?" Tanyanya lagi. Entahlah itu kepo atau terlalu ramah. Tapi nada suaranya sopan sekali. Baru kali ini aku bertemu tentara yang seramah ini. Biasanya agak sombong, atau mungkin ingin terkesan tegas tapi malah terkesan angkuh ya? Hehe

"Baca novel kok" Jawabku singkat

"Ooh. Novel ya? Ngomong-ngomong sekolah dimana dek? Jarang sekali aku liat" Katanya.

Ini basa-basi doank atau apaan sih..

"Udah nggak sekolah" jawabku

"Oooh, kuliah ya? Dimana? Diluar kota?" Tebakannya nggak ada yang bener.

"Udah kerja" Kujawab singkat sekali. Aku bingung mau menambahkan sapaan apa padanya. Kak? Pak? Mas? Dek? Bang?

"Seriusan udah kerja? Kerja dimana?"

"Di Kejaksaan" Kataku menyebutkan tempatku bekerja.

Daaaaaaaan.... Ujung-ujungnya ia meminta nomor HPku.. Ending basa-basi yang bisa ditebak. Sama seperti yang lainnya. Bedanya, pria satu ini cukup ramah dan sopan. Namun, sama pula dengan yang lainnya, aku tidak memberikan nomor HPku dengan alasan klasik yang sama.

"Aku nggak hafal nomor HPku. Lagian aku lagi nggak pegang HP" Kataku berbohong. Sebenarnya aku hafal banget dengan nomor HPku. Lha wong aku pakenya sejak SMA sampai sekarang kok.

"Hmmm... Tapi boleh ya minta nomor HP adek. Boleh donk diambil dulu HPnya sebentar buat liat nomornya" Katanya

"Pliiiiiiisss" Katanya lagi dengan nada memelas

"HPku batterainya low"

"Nggak dicharger?" Tanyanya

"Nggak" Jawabku singkat lagi

"Seriusan? Coba liat dulu, boleh?"

"Seriusan kok mati total. Kan tau sendiri lampu seharian padam terus" Kataku beralasan meyakinkannya.

Setelah mengatakan itu, HPnya berdering. Ia pamit dan tersenyum padaku. Sepertinya ia sedang menerima panggilan penting. Dengan langkah terburu-buru segera beranjak ke arah Batalyon.


From Earth to Heaven ( Mencintai Prajurit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang