Kepergok

2.4K 145 1
                                    

Beberapa hari berlalu dan aku telah melupakan kejadian itu.
Maksudku, aku lupa bahwa pernah ada tentara yang berbicara padaku dan berniat berkenalan denganku dengan cara yang begitu sopan.
Ya, sejujurnya ia memang meninggalkan kesan. Karena bagiku, sikapnya sungguh tak biasa.
Memang, di antara sekian banyak tentara yang mencoba berkenalan denganku dan meminta nomor HPku, sepertinya ia yang paling niat. Ia ramah dan tidak terkesan hanya iseng-iseng meminta nomor HP cewek secara random seperti kebanyakan laki-laki lain yang mendekatiku. Setidaknya begitu penilaianku pada saat itu.

Pagi itu sekitar pukul 6, Mama sibuk sekali. Jadi Mama meminta bantuanku untuk membuka toko. Kebetulan saat itu aku dan Mama tidur di Toko.

"Kakak, tolong bukain Mama toko yaa.. Nggak lama lagi Mama selesai nih. Abis ini Mama langsung ke depan deh. Trus kakak boleh mandi." Kata Mama, sambil menengok ke kamar tempatku tidur. Mama sudah sejak tadi rupanya terbangun.

Di Toko memang ada 1 kamar dan 1 kamar mandi yang. Terkadang aku lebih suka tidur dan mandi di Toko ketimbang di rumah. Soalnya Mama juga begitu. Kalo alasan Mama lebih sering berada di Toko karena males jalan kaki ke rumah yang notabene jaraknya hanya sekitar 300m dari Toko, sementara alasan aku lebih sering di Toko adalah karena ingin menemani Mama.. Hehehe

"Tapi Ma.. Dian kan belom mandi. Belom cuci muka juga.. Masa langsung buka toko" kataku

"Dian belum mandi juga udah cantik kok.. Lagian nggak lama lagi Mama selesai. Janji deh abis ini Mama langsung kedepan. Tolong ya.. Soalnya ada agen mau bawain barang pesanan pagi ini. Takutnya kalo mereka lewat trus ngeliat Toko belum buka, nanti barangnya ditunda sampe besok. Soalnya barang sudah banyak yang kosong, Nak.

"Hiiikzz... Iya deh Ma" Dengan langkah gontai, muka kusut dan rambut berantakan, akupun beranjak ke depan.

Toko sudah kubuka. Baru saja hendak melangkah ke meja kasir, seorang tentara masuk dan tersenyum ceria kepadaku.

"Selamat pagi" Katanya

"Pagi" Jawabku sambil menguap.

Aku sangat mengantuk.

"Neng, beli rokok donk" Katanya ramah. Sedikit membuatku yang masih mencoba mengumpulkan kesadaran sepenuhnya terkejut. Ia memperhatikanku dengan seksama. Mungkin itu yang ia lakukan sedari tadi. Senyum masih belum hilang dari wajahnya.

Aku spontan berbalik memunggunginya, menghadap ke rak rokok.
Terdiam sejenak dan kemudian menoleh sedetik kepadanya dan spontan menutup wajah dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang pintu rak rokok dibelakang kasir.

"Aduh, ini aku belum mandi" Kataku, lebih seperti bergumam.
Ya ampun.. Kenapa juga aku berkata seperti itu. Ntah apa yang sedang aku pikirkan.
Aku terlalu malu.

Aku berusaha untuk bersikap biasa. Jelas shock banget lah, bertemu orang baru dalam keadaan seratus persen pure baru bangun tidur. Bukankah seseorang dinilai dari kesan pertamanya saat bertemu? Pertama kali ketemu saja udah kayak gembel.. Gimana kalo udah kenal lama.. Hahahaha..
Sekarang istilah "Don't judge a book by it's cover" kurang bisa diterapkan. Sebab, kebanyakan orang selalu bisa bersikap bahwa "A book is judge by it's cover". Dan aku lebih percaya itu.. Itu sebabnya aku jadi terlampau maluuuu.. Huhuhu

"Rokok apa, Pak?" Tanyaku sambil masih memunggunginya.Tentara yang berbelanja itu sebenarnya masih muda. Mungkin sebayaku. Namun kuputuskan untuk memanggilnya "Pak", menghormati profesinya.

"Tunggu, aku liat catatan dulu Neng" Katanya sambil merogoh kantong celana berwarna loreng yang jelas sama dengan warna seragamnya. Sepagi ini tentara yang satu ini sudah rapi dengan pakaian dinasnya. Samar-samar tercium wangi parfumnya. Parfum yang menurutku sangat maskulin namun tetap lembut tercium. Dalam keadaan ngantuk, aku heran juga mengapa masih ngeh dengan wangi parfumnya saat itu.

"Oh, ini dia, aku catat soalnya aku suka lupa namanya. Aku nggak ngerokok, ini cuma disuruh" Katanya lagi, nadanya polos.

Kenapa ia harus menjelaskan seperti itu? Aku kan cuma bertanya ia mau beli rokok apa.

"Hmmm..." Aku cuma bergumam.

"Ah, ini Neng. Rokok S*mpoerna 2 sama cl*ss mild 1" Katanya

"Sloff atau bungkus, Pak?" Tanyaku

"Bungkusan aja atuh Neng. Emang mau dipakai jualan" Katanya spontan. Kata-katanya emang rada nyebelin sih. Tapi ia mengucapkannya dengan nada polos.

Aku menyerahkan pesanannya sambil menunduk. Malu juga melayani pembeli dalam keadaan belum mandi seperti ini.

"Makasih Neng, berapa semuanya?

"Sekian Pak" Kataku mengucapkan sejumlah harga.

"Ini Neng" Katanya sambil menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan. Aku menerima uang dari tangannya dan memberikan kembalian. Ia sopan. Tidak seperti kebanyakan tentara muda lain yang terkadang curi-curi menyentuh tanganku saat aku mengembalikan uang saat membantu Mama menjaga toko. Bukan apa-apa. Aku mengatakan ini agar kalian bisa menilai betapa sopannya ia. Bukan tipe cowok yang suka iseng-iseng menurutku, apalagi untuk ukuran tentara yang sedang mencari-cari perhatian, ia adalah seseorang yang sangat ramah serta friendly. Itulah yang membuatku respect padanya. Dan tidak semua tentara suka bertingkah iseng-iseng seperti yang kuceritakan itu kok.

"Makasih Neng. Neng, boleh atuh minta nomer HPnya" Katanya kemudian.

Untungnya Mama segera menemuiku dan langsung duduk di meja kasir. Jadi aku hanya tersenyum kecil kepadanya.

"Dian mandi dulu ya, Maa" Kataku cepat dengan langkah seribu menuju ke belakang.

Aku tak peduli apa yang dipikirkan tentara itu. Aku juga tak peduli apa yang nanti akan diobrolkannya dengan Mama. Yang jelas aku sudah selamat dari rasa malu akibat kepergok belum mandi.

*bersambung*

*mohon maaf updatenya telat yah teman-teman. Mohon kritik dan saran ya*

From Earth to Heaven ( Mencintai Prajurit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang