Bab XXI. That Portal

1.7K 170 29
                                    

Beberapa hari kemudian...

"Tidak mungkin! Kau pasti bercanda!" seru Arie tidak percaya.

Awalnya, Leona tidak berniat ingin memberitahu kembaran Permata Biru Harapan pada kelima temannya. Namun, apa boleh buat jika mereka sudha terlibat dalam.

"Aku tidak bercanda. Apa mukaku terlihat begitu?" tanya Leona sinis. Ia mendengus dan mengusap wajahnya.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Amanda.

"Menurutku, ke sana dan kita ambil belati itu sebelum mereka datang dan mengambilnya," saran Tony. "Jika permata itu kembaran dari Permata Biru Harapan, mereka bisa saja membuka gerbang portal dan masuk mengambil belatinya. Zat dan inti kedua permatanya kembaran. Tidak memiliki Permata Biru Harapan bukan masalah."

"Benar juga..." Arie menggumam.

"Profesor Jeem bilang ada sesuatu yang lebih berbahaya di dalam sana. Aku tidak yakin apa kita harus ke sana," ucap Leona yang sepertinya ragu. Ia memang ragu dan terus kepikiran dengan ucapan Profesor Jeem.

Mereka terdiam, tidak tahu harus bilang apa. Suasana salju yang mulai mencair dan menandakan datangnya musim semi membuat mereka teringat pertandingan ketiga yang akan diadakan saat menjelang akhir musim semi. 

"Mereka selalu datang saat pertandingan, 'kan?" tanya Vinnie. Ia menatap Leona. "Maka kita hentikan mereka sebelum pertandingan. Itu akan lebih aman dibandingkan nanti. Soal kuncinya, kita bisa mendapatkannya."

"Profesor Al tidak akan semudah itu mengizinkan kit--"

"Siapa yang butuh izinnya? Kita yang hentikan mereka bukan dia. Lagipula, selama ini, kita yang selalu mengacaukan mereka, 'kan?" tanya Tony.

Leona terdiam. Ia menatap Kai yang membalas tatapannya dengan senyuman yang mantap. Keempat temannya yang lain juga terlihat yakin.

"Aku bisa membujuk Mr. Hamler agar menyerahkan kuncinya," ujar Amanda. "Lalu, bisa berposisi sebagai pemanah untuk apapun di dalam portal."

"Aku bisa menemani Amanda," kata Arie. Amanda melotot pada Arie sehingga Arie bergidik. "Maksudku, menemani sebagai pemanah."

Amanda mendengus dan menyilangkan kedua tangannya. "Rupanya."

"Aku bisa menjaga punggungmu dengan Tony. Benar, 'kan, Tony?" ujar Vinnie sambil menatap Tony berbinar-binar. "Kau bisa menggunakan kekuatan pedangmu denganku."

Tony menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan rona di pipinya. "Ah... iya."

Kai menangkap Tony yang merona. Ia tersenyum usil. Saatnya pembalasan!

"Tony, kenapa wajahmu memerah?" goda Kai.

Tony menyikut Kai. "Apa maksudmu, Kai?"

"Wah, muka Tony memang merah. Jangan-jangan dia dan Vinnie sud--Argh!" Arie mengerang begitu Tony merangkulnya dan hendak mencekiknya.

"Sudah, kamu diam saja!" balas Tony dengan senyuman yang di baliknya, terdapat tatapan membunuh.

Leona menghela napas dan menyikut Vinnie. "Diam saja kamu ini."

"Iya, nih. Vinnie diam saja!" tambah Amanda yang ikut menggoda Vinnie.

Vinnie menatap keduanya datar walau mukanya mulai memerah. "Apa, sih, kalian ini?!"

***

"Apa?! Be-berlian itu..."

Seluruh peserta--baik yang mengikuti pertandingan atau tidak--dikumpulkan oleh para kepala sekolah di aula. Mereka diberitahu bahwa permata yang diambil Yoo Ji dan Riko saat pertandingan pertama adalah salah satu kunci portal yang menyimpan Belati Kebenaran, begitu juga dengan enam berlian kembar yang para peserta ambil dari Danau Frooz.

1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]Where stories live. Discover now