Bab XIV. Pelarian

1.7K 190 6
                                    

Ketika Amanda baru saja selesai dengan tugasnya, tiba-tiba hawa dingin menyapunya sehingga membuatnya merinding. Entah kenapa tiba-tiba hawa itu membuatnya tidak hanya merinding, melainkan firasat yang tidak enak. Seakan-akan sesuatu yang buruk telah terjadi.

"Amanda," panggil Vinnie. "Kau baik-baik saja? Kenapa kau seperti orang tegang saja?"

Amanda menoleh dan menggeleng. "Ah, hanya perasaanmu." Ia menunduk dan terdiam. Apa ini?! Perasaan apa ini?! Kenapa aku merasa tidak enak?!

Nada dering ponsel Vinnie membuyarkan lamunannya. Ia menoleh pada Vinnie yang mengangkat teleponnya entah dari siapa.

"Oh, ada apa, Tony?" tanya Vinnie.

Amanda kembali terdiam. Namun, ia terkejut begitu mendengar seruan Vinnie yang tiba-tiba.

"Apa?! Kai tidak ada?! Dia menghilang?!"

Deg!

Jantung Amanda serasa berhenti. Ia memandang ranjang Leona yang kosong. Pikirannya pun mulai kalut dan membuatnya semakin takut.

"Cari saja dulu. Pasti ia sed--"

"Kai menghilang sejak kapan?!" Tiba-tiba, Amanda merebut ponsel Vinnie dan berbicara dengan Tony.

"Sekitar setengah jam yang lalu. Hampir satu jam mungkin. Dia bilang harus mengurus sesuatu tapi karena dia belum kembali, aku jadi khawatir. Oh, ya, apa Leona ada di sana?"

Amanda gemetar. Ia berdesis, "Dia juga tidak ada."

"Apa?! Jadi, mereka pergi bersama, ya? Mungkinkah begitu? Leona memberitahumu ke mana dia pergi?"

Hening, Amanda tidak berani menjawab. Ia menunduk, mengusap wajahnya yang berkeringat. "Tidak. Sudah pasti mereka pergi bersama lagi."

"Eh? Serius?! Kalau begitu, kira-kira ke mana?" Terdengar Tony bertanya dengan nada penasaran.

"Mungkin saja mereka--" Amanda terbelalak, seolah ingat sesuatu. Tangannya perlahan terangkat dan menutup mulutnya. Ia berusaha menahan tangisnya tapi tidak bisa. "Tidak... tidak..."

"A-Amanda?! Kamu kenapa?!" Vinnie panik seketika melihat Amanda. Ia mengguncang tubuh gadis berambut pendek cokelat itu. "Amanda, kamu baik-baik saja?!"

Amanda menggeleng, mengumpulkan segala tenaga yang ada untuk menjawab, "Hiks... kita harus cari... mereka!"

"Amanda, kenapa kau? Apa kamu menangis?" Suara Tony terdengar setengah panik mendengar Amanda yang terisak dan Vinnie yang panik.

Amanda hanya terdiam dan mematikan ponsel Vinnie. Ia memberikan ponsel itu pada pemiliknya tanpa menoleh.

"Kau baik-baik saja, Amanda?" tanya Vinnie dengan nada setenang mungkin walau tidak bisa.

"Apa kau... tidak merasa aneh?" tanya Amanda dingin, melirik Vinnie sekilas sebelum kembali menunduk.

"Aneh?" ulang Vinnie.

Amanda mengusap wajahnya dan menatap Vinnie tajam. "Bukankah aneh mereka pergi secara tiba-tiba dan belum kembali saat ini?!"

"Ah, itu." Vinnie menggaruk tengkuknya, lalu menatap Amanda curiga. "Tunggu, kau tidak bermaksud..."

Tatapan Amanda mengeras. "Kau tidak merasa aneh ketika Leona meninggalkan kita?! Dia pergi begitu saja seolah menjadi rahasianya dan tidak ingin kita tahu. Apa kau tidak merasa aneh?!"

Tatapan Vinnie menjadi tercengang. "Jangan-jangan... kau tidak mungkin berpikir..."

Amanda mengangguk pelan. "Aku merasa mereka pergi untuk menyelidiki portal itu. Mungkin mereka ingin mencari informasi tentang portal itu lebih banyak, baru menjelaskannya pada kita."

1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]Where stories live. Discover now