Bab XIII. Dangerous Examination

1.9K 204 28
                                    

Salju mulai turun menandakan musim dingin sudah tiba. Di hari pertama salju turun bertepatan dengan hari Sabtu. Murid-murid kelas satu, dua, dan tiga bersiap untuk ujian akhir semester sementara murid-murid kelas empat bersiap untuk uji kelulusan.

"Hah, menyebalkan sekali di musim dingin ini kalau sakit. Belum lagi banyak tugas selama musim dingin. Bahasa, Sejarah, Biologi, Matematika, Kimia, Fisika, dan apalagi, ya? Pokoknya segunung!" keluh Arie di ruang pribadi.

Hari ini beberapa guru--termasuk di kelas mereka--sedang melakukan rapat jadi kelas dimulai setelah makan siang.

"Entahlah. Rasanya kalau begini ingin tidur saja!" tukas Vinnie. "Untunglah ruang pribadi hangat."

"Benar," kata Amanda. "Tapi kita belum selesai masalah itu, 'kan?"

"Masalah apa?" tanya Arie.

"Portalnya!" balas Amanda.

"Oh, kau benar." Arie menepuk jidatnya.

"Kira-kira, kapan ada waktu lagi, ya? Kai, bisa tolong bantu aku soal ini?" tanya Tony sambil menunjuk salah satu soal di bukunya.

Kai mendekat, membaca soal Matematika itu dengan cepat dan meraih pulpen yang dipegang Tony. Ia menuliskan jawabannya sambil menerangkan pada Tony.

"Ini memang sulit, tapi masih ada yang lebih sulit," ujar Kai, mengakhiri pengajarannya.

Tony mengangguk dan tersenyum. "Ini sudah lebih dari cukup. Terima kasih."

Kai membalas senyum Tony. "Sama-sama."

"Eh, Kai. Leona belum selesai latihan?" tanya Amanda, teringat bahwa Leona sebelumnya sedang latihan bela dirinya.

"Kalau belum datang, artinya belum. Tapi, ini sudah agak lama," kata Kai sambil berpikir.

Arie menyarankan, "Coba susul dia, selagi kita juga masih belajar."

Kai mengangguk dan beranjak. "Oke."

***

Bug! Bug! Bug!

Leona berulang kali memukul bantalan untuk tinju di ruang latihan. Ia berlatih kombinasi antara taekwondo dan karate dengan bantalan tinju karena ia lebih suka latihan dengan itu. Walau rasanya aneh ada bantalan tinju di ruang latihan untuk taekwondo dan karate.

"Hah! Hah! Lima puluh pukulan, empat puluh lima tendangan! Ayo!" ucapnya berulang saat memukul maupun menendang bantalan tinju itu.

"Khusus terakhir! Hah!" Leona menendang bantalan tinju hingga terlempar jauh. Ia mengatur napasnya dan duduk bersandar di tembok.

"Hah?! Sudah jam segini?! Aku belum belajar untuk ujian!" gumamnya kesal begitu melihat arloji.

Alih-alih pergi, ia meneguk sebotol air yang ia bawa dan meluruskan kedua kakinya. Ia memasang earphone yang dibawanya dan menyetel musik. Lagu Thinking Out Loud terdengar mengalun pelan sampai ia terlarut dalam lalu memejamkan matanya dan tak sadar ada orang yang masuk ke ruang latihan.

"Katanya mau latihan," kata orang itu keras tepat di depannya, membuatnya tersentak.

"Astaga!" Leona tersentak, melepas earphone-nya dan memukul lengan Kai. "Jangan mengejutkanku!"

Kai mengangguk pelan sambil mengelus lengannya. "Maaf. Lagu apa yang kamu setel?"

Leona mendengus dan memasang wajah cemberut. "Dasar, mau tahu, ya?"

1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang