Bab V. Involved

3K 267 45
                                    

Leona merasa kepalanya amat pening saat ini. Ia ingat jelas bahwa ramuan yang diberikan tempo hari membuat kepalanya semakin lama seperti dihantam oleh puluhan tangan. Bahkan, ia tidak fokus saat mencatat jadwal pelajaran dan saat pengukuran seragam. Ia merasa ia butuh istirahat namun ia ada urusan dengan Tasya, perihal gadis itu yang merupakan teman lamanya.

Seulas senyum ia berikan saat matanya menangkap sosok Tasya di depan asrama 1-E. Tasya membalas senyum Leona saat mata mereka bertemu dan tak sungkan pula memeluknya bahagia.

"Aku enggak percaya bakalan ketemu kamu lagi, Na! Aku kangen berat sama kamu!" kata Tasya sambil menpererat pelukannya, hingga nyaris membuat Leona tercekik.

"Tasy-Tasya... akh-aku... tidak bisa... " Leona berusaha mengatakan sesuatu namun lehernya terasa tercekik.

Untung saja Tasya menyadarinya. Ia melepaskan Leona dan memberikan cengirannya. "Maaf, maaf. Aku senang banget bisa ketemu lagi!"

Leona tersenyum kecil. "Yeah, aku juga." Perlahan, tatapannya mengeras saat ingat tujuannya kemari. "Ikut aku! Ada sesuatu yang harus kamu tahu." Ia berjalan mendahului Tasya yang sedikit termenung.

Di ruang Profesor Al, keduanya saling bungkam memperhatikan jemari Profesor Al menuangkan teh. "Teh?"

Leona mengangkat tangannya pelan, memberi isyarat tidak. "Maaf, aku tak bisa bersantai sekarang. Temanku ini namanya Natasya Vianda. Ia tahu sesuatu tentang kita."

"Tentang apa?" Alis sang kepala sekolah terangkat pelan.

Leona membungkukkan badan, mendekat dan berbisik, "Blasteran. Dia tahu aku blasteran."

Profesor Al mengangkat kepalanya, menatap Tasya dalam dan mengangguk pelan. "Begitu, ya. Jadi, penjelasan?"

"Yeah, aku harap Anda bisa menjelaskannya pada temanku." Leona beralih menatap Tasya yang tersenyum tipis.

Profesor Al menganggukkan kepala pelan dan mendesah. "Baiklah kalau begitu. Aku jelaskan namun kau harus janji untuk menutup mulut rapat-rapat."

"Apapun itu, Profesor. Aku bersedia demi temanku," balas Tasya dengan sungguh-sungguh. Ia melirik Leona sejenak dan menghembuskan napas. "Dia teman baikku."

Sang kepala sekolah menyunggingkan senyumnya dan mulai menjelaskan panjang lebar. Leona hanya menyimak untuk kedua kalinya. Setelah penjelasan lama, Tasya menatap Leona dengan pandangan serius.

"Jadi, aku harus menjaga jati dirimu?" tanya Tasya terdengar tak senang.

Leona mengangguk. "Kumohon, Tasya. Kau tidak mau aku celaka, 'kan?"

Tasya tersenyum manyun. "Tentu saja tidak."

Kedua tangan Leona meraih tangan Tasya dan menggenggamnya kuat. Ia menatap Tasya penuh harap diikuti senyumnya. "Terima kasih."

***

"Kamu bertemu teman lamamu dari SD? Siapa?" tanya Amanda yang kelihatan terkejut saat menanyakan Leona dari mana saja dirinya.

Ketika kelas Memanah dimulai, Leona agak terlambat karena ada urusan lebih dulu dengan Tasya. Ia meminta maaf pada guru Memanah-nya, Mr. Henry dan untungnya, beliau memaafkan.

"Tasya, dia dari Jogjakarta. Aku kaget bisa bertemu dengannya," balas Leona, masih dengan kebahagiaan di raut wajahnya.

Amanda tersenyum tipis. "Enak, ya. Aku ingin bertemu dengan temanku dari London. Namanya Eva Johnson, aku ingin bertemu dengannya lagi."

Leona mengangguk pelan, mengambil salah satu panah dan membidiknya ke target. "Begitu." Bersamaan ia mengucapkannya, ia melepas panahnya.

Helaan napas keluar dari mulut Amanda. "Jadi, Profesor Al menjelaskan semuanya pada Tasya?"

1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]Onde histórias criam vida. Descubra agora