#18

10.4K 732 304
                                    

Hati bukanlah hal yang mudah dimengerti. Terkadang, mengerti isi hati orang itu terlampau sulit, tapi kita bisa tau lewat tingkah laku atau perkataannya.

.

.

.

Sakura terdiam kala Uzumaki Naruto membawanya ke taman belakang Uchiha setelah acara makan selesai. Wajah datarnya kini ia buang, enggan menatap Naruto barang sedikit saja.

“Sakura~”

Gadis itu diam, manik emeraldnya melirik Naruto dengan ekor matanya, ia mendengus tertahan. Kedua tangannya mengepal, seakan meredam semua emosinya yang akan keluar sekarang juga.

Naruto mendekat ke arah Sakura. Dicengkramnya pelan kedua bahu milik gadis yang tengah memasang wajah angkuh itu. “Sakura~ aku, aku minta maaf atas semua kesalahanku,” diam sejenak, semua memori kesalahannya seakan berputar di kepala kuningnya. “Aku, aku menyesal menyia-nyiakanmu saat itu. A-aku aku tau aku kejam. Dan,” ia menunduk, menatap kakinya dan kaki Sakura. Ibarat air hujan yang turun, air matanya berawal turun perlahan dan turun semakin deras saat ia ingin melanjutkan ucapannya. “Maafkan aku.” Kau terlalu banyak mengeluarkan air mata Naruto.

“Aku tak akan menerima kata maaf dari siapapun. Uzumaki-san” perlahan, ia menepis kedua tangan Naruto dari bahunya. Perlakuannya membuat Naruto mendongkak menatapnya. Mata yang penuh dengan air mata itu menatapnya. Membuat hatinya yang kokoh seakan melemas kembali.

“Kenapa?” tangannya mengepal kuat. “Kenapa kau tidak mau memaafkanku?! Bukankah aku sahabatmu?! Kau bilang, kita harus mengerti seseorang. TAPI KENAPA KAU SENDIRI TAK BISA MENGERTI?!”

“Karena kau tak pantas untuk dimaafkan,” Sakura berujar santai. “Bukankah sudah ku katakan, orang yang tak pantas dihargai adalah orang yang tak bisa menghargai sebuah hubungan. Kau masih ingat?” Ia tersenyum meremehkan. “Hmph, ku rasa kau tak mau repot-repot mengingat hal itu. Tapi, perkataanku, mencerminkan sikapmu Uzumaki Naruto.”

Setelah mengucapkan hal itu. Sakura melangkahkan kakinya meninggalkan Naruto yang mematung di tempat.

‘Aku mengerti kau kecewa. Tapi, bisakah kau tidak merubah sikapmu?’ Bukankah harapanmu itu terlalu tinggi. Uzumaki Naruto?

Bukankah luka kecil yang kau berikan akan  terbalas lebih menyakitkan?

—oOo—

“Sasuke,” Uchiha bungsu itu menoleh kala panggilan sang kakak menginstrupsinya. “Apa tujuanmu mengundangku dan Saki makan bersama? Dan, kenapa kau mengajak Naruto ikut serta? Aku merasa ada hal yang mengganjal.”

Sasuke menghela napas dalam-dalam, ia tak menduga bahwa kakaknya akan curiga terhadap hal yang dilakukannya. “Aku merindukanmu, jadi aku mengundangmu dan~” ia terhenti sedetik untuk menggigit bibir bawahnya “~kakak ipar untuk makan bersama.” lanjutnya lirih. “Naruto sahabatku sejak lama, jadi aku mengundangnya.” bibirnya terkatup rapat setelah menyelesaikan ucapan itu.

PLUK

Ditepuknya pelan kepala berhelaian raven itu. “Katakan sejujurnya. Aku tau kau berbohong”

“A-aku. Aku tidak berbohong kak. Sungguh!”

Terlihat Itachi tersenyum menanggapi, ia menatap lurus ke depan, manik hitamnya memandang putihnya awan yang bergerak. “Sasuke,” bibirnya bergerak menyebut nama adiknya. “Aku ini kakakmu, meskipun kau dan aku tak tinggal bersama, tapi aku tau kapan kau jujur dan kapan kau berbohong,” Ia tersenyum menatap Sasuke. “Katakan sejujurnya Sasuke!” ia memerintah halus.

Last TearsWhere stories live. Discover now