#7

12.9K 1K 326
                                    

Orang bilang, tempat pulangmu adalah tempat dimana orang memikirkanmu. Tapi, tempatmu pulang yang sebenarnya adalah tempat yang selalu membuatmu nyaman.

.

.

.

“Haruno Karin, aku menyukaimu! Maukah kau menjadi kekasihku?” Naruto mengecup punggung tangan yang ia genggam, posisinya masih tetap berlutut di depan orang yang dia sukai. Tanpa dia sadari, sepasang hazel memandangnya tajam.

Karin tersenyum licik kala rubynya menangkap air mata dari sudut emerald gadis yang berstatus sebagai kakaknya. Kepala berhelaian merah itu mengangguk mewakili jawaban dari pertanyaan Naruto. “Aku menerimamu menjadi kekasihmu”

Naruto bangkit setelah mendengar jawaban langsung dari gadis yang baru saja menerima perasaannya. Tanpa diperintah, Naruto memeluk Karin dan mengucapkan kata terimakasih.

Pemuda pemilik helaian kuning itu mengendurkan pelukkannya saat ia merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya. Ia berbalik guna menatap orang pemilik tangan itu.

BUGH

Haruno Sasori memukul kuat pipi Naruto, tagapan tajam ia berikan pada sosok pemuda yang telah tersungkur itu. “Brengsek! Kau ini sebenarnya menyukai siapa?! Kedua adikku kau embat semua! Aku tahu kau memang playboy, tapi kenapa kau menyakiti perasaan sahabatmu sialan?! Jika kau tidak menyukai Sakura, untuk apa kau menembaknya?!”

Naruto tersenyum kecil mendengar deretan pertanyaan itu. Ia mengubah posisinya menjadi berdiri. “Aku menyukai Karin. Sahabat heuh? Persetan dengan semua itu. Bagiku, perasaanku lebih penting dari persahabatan. Aku menembaknya? Ha.. Hahaha jangan bercanda, demi mendapatkan adik cantikmu ini, aku harus memenuhi syaratnya untuk menyakiti Sakura”

Bibir Sasori terbuka karena terkejut, rahangnya mengeras, tangannya mengepal tinju. Kenapa orang senang sekali menyakiti Sakura? Bahkan dirinya juga termasuk. “Kau lakukan semua itu? Sekejam itukah dirimu Naruto?”

“Kak, kenapa kau membela Sakura kak? Bukankah kau membencinya? Tapi, tapi kenapa kau membelanya? Tak ingatkah dia pernah membuatku dibully oleh kak Konan?”

“Kau dibully karena kau yang memulai semua itu Karin. Aku membelanya karena dia adikku. Aku dulu memang membencinya, tapi aku sadar sekarang aku menyayanginya. Hanya orang-orang bodoh yang membenci orang sebaik dia”

“Sasori!” hazel itu melirik ketika panggilan sang ayah mengintrupsi pendengarannya. Hazelnya melembut kala sosok merah muda yang dibelanya berada di samping sang ayah. “Kau membelanya?! Apa kau sadar ha?!” alis Sasori bertaut saat tangan Kizashi Haruno mencengkram kuat lengan telanjang milik gadis Haruno yang tengah menunduk itu.

“Lepaskan cengkramanmu ayah—”

Ucapan Sasori terpotong kala tubuh mungil berlapis baju merah itu didorong oleh sang ayah, membuat gadis yang sudah Sasori bela di depan banyak orang tersungkur, kening lebar Sakura kini menjadi korban, liquid merah kental mulai keluar dari keningnya.

“Kau membela perempuan sialan itu?! Kau bela orang yang telah sering menyakiti adikmu?! Apa kau sadar Sasori?! Kau salah!” Tanpa rasa bersalah, Kizashi menarik helaian merah muda Sakura, membuat sang empu merintih kesakitan. “Apa bagusnya dia?! Kenapa kau membelanya?! Kau sudah digoda olehnya Sasori!”

“Dia adikku, ayah. Dia anakmu! Kau yang menanamkan benih itu di rahim ibu. Tapi kau membencinya? Apa semua ini karena Karin? Hanya karena Sakura hampir membuat Karin masuk rumah sakit kau membencinya? Seperti itukah sosok ayah?” Kizashi bungkam. Namun, tatapan tajamnya masih melayang pada Sasori. “Kau bukan seorang ayah~ karena seorang ayah yang sesungguhnya adalah orang yang tak membiarkan sang anak memasang topeng kebohongan”

Last TearsUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum