#2

14.6K 1K 211
                                    

Pada akhirnya hidup akan menyediakan dua jawaban. Kesedihan dan kebahagiaan akan selalu menjadi bagian dari kehidupan

.

.

.

Bel masuk telah dibunyikan sekitar lima menit yang lalu. Tapi hal itu tak membuat anak ke-dua dari pasangan Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki itu beranjak dari duduknya di atas rerumputan yang menjadi alasnya, pohon yang berdiri kokoh di belakang gadis itu berhasil menciptakan angin sejuk. Taman belakang sekolah adalah tempatnya berada saat ini.

Kedua kelopak matanya terpejam menyembunyikan emerald yang selalu terlihat rapuh, bibirnya yang selalu membuat senyuman kini terkatup rapat membentuk garis lurus.

Angin membelai lembut wajah cantik gadis itu, air mata gadis merah muda itu menetes meskipun kedua kelopak matanya tertutup. Bibir merah muda alami itu masih terkatup rapat, tak ada isakkan yang lolos seperti tadi malam. Untuk saat ini, gadis itu menangis dalam diam. Biarkan ketenangan menemaninya saat ini.

Helaian merah muda pendek itu berhenti bergerak, angin tak lagi membelai wajahnya, tapi air matanya tak berhenti sampai disitu. Entah untuk beberapa kalinya air mata gadis itu menetes, ia tahu hidupnya selalu dipenuhi air mata kesedihan, entah sampai kapan dia tak pernah tahu. Tapi dia selalu berharap jika air mata terakhirnya adalah air mata kebahagiaan.

“Sedang apa kau di sini?”

Mendengar nada datar yang amat familiar baginya, membuat kedua kelopak mata gadis itu terbuka secara refleks, dengan gerakkan kilat gadis pemilik nama yang sama dengan bunga kebanggaan Jepang itu menghapus air matanya.

“Kau membolos? Kenapa kau tidak ke kelas?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir indahnya. Kedua maniknya memandang lurus onyx datar itu.

“Hah, kenapa kau selalu memutar balikkan pertanyaan?” pemuda pemilik iris kelam itu mendudukkan diri di samping gadis yang selama ini dikenalnya dengan baik. “Sekarang jawab pertanyaanku. Sedang apa kau di sini?”

Haruno Sakura, gadis itu menghela nafas panjang. Ia memang tak bisa mengalihkan pembicaraan pada sosok laki-laki yang selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. “Itu bukan urusanmu, Sasuke. Sekarang aku yang ingin bertanya padamu. Kenapa kau di sini?”

Pemuda bernama Sasuke itu menunjukkan sebuah senyuman lembut kepada sahabat merah mudanya, sebuah senyuman yang tak pernah dilihat oleh siapapun kecuali Sakura dan sahabat laki-lakinya. “Malas. Guru Kurenai memberi banyak tugas” setelah menatap wajah cantik sahabatnya, Sasuke kini mengalihkan pandangannya kedepan sebelum menutup kedua kelopak mata dan menyandarkan punggung pada pohon besar.

“Tumben kau malas di kelas? Kemana Hinatamu itu, eh?” godaan yang dilakukan Sakura berhasil membuat kedua pipi putih Sasuke berubah warna. Namun, dia tak tau jika godaan yang diberikan sahabat pinknya berhasil menorehkan luka pada hati gadis merah muda itu.

“Huh!”

“Hei kenapa kau?” kedua emerald hijau milik Sakura memandang lekat wajah Sasuke yang terlihat tenang, meskipun semburat merah di pipi Sasuke masih terlihat. Tapi pemuda tampan itu begitu tenang.

Kedua kelopak mata Sasuke terbuka. Onyx sekelam malamnya melirik Sakura melalui ekor matanya. “Setelah bersahabatan lama denganmu, kau tidak pernah menceritakan kehidupanmu padaku. Keluargamu, orang yang kau suka, atau bahkan tentang kesukaanmu. Kau tak pernah mengatakan semua itu”

Last TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang