[23] Boy or Girl?

1.6K 114 23
                                    

Mark terkejut. "YA! Panggilkan Tzuyu!" teriaknya pada sekumpulan pria-pria itu yang masih di tengah lapangan itu.


"Dahyun-ah!!"

_
_
_
_
Semuanya tampak tegang. Pria-pria vampire itu dan Jackson hanya bisa berdiri di kamar Mark. Mark tampak gusar dari yang lainnya. Kakinya tak henti-henti melangkah ke sana ke sini karena kekhawatirannya pada Dahyun yang sekarang sedang melakukan proses persalinan dengan bantuan Tzuyu dan perempuan lainnya.

Di dalam sana, Dahyun tampak merasakan kesakitan yang lebih sakit dari biasanya ia rasakan.

"Ahkk Apha!" jeritnya.

Nayeon, Sana dan Jihyo tak tahu harus apa, mereka hanya bisa diam memandang Dahyun kesakitan. Tapi Tzuyu tak diam, dia mulai memegang perut Dahyun terlebih dahulu.

"Mark!!"

Jeritan Dahyun mengalihkan pandangan gadis-gadis itu. "Wae? Kau butuh Mark?" tanya Nayeon.

Dahyun langsung mengangguk cepat. Nayeon segera keluar dari kamar itu.

"Mark, sepertinya kau bisa masuk. Dahyun membutuhkanmu" ujar Nayeon pada pria blonde itu.

Mark langsung masuk ke dalam kamar itu.

Dahyun semakin kesakitan saat Tzuyu hanya memegang perut buncitnya itu.

"Dahyun-ah!"

Mark menggenggam tangan Dahyun, mencoba agar kuat. Dahyun meringis seraya menangis. Ia seperti tak kuat lagi, ini benar-benar sakit.

"Ini lebih cepat seperti ku perkirakan" ujar Tzuyu.

"Ppali lakukan sesuatu!" gusar Mark pada Tzuyu.

Mark meringis saat Dahyun menggenggam tangannya terlalu erat di tambah lagi kuku Dahyun yang berhasil menancap di kulitnya, benar-benar perih. Tapi itu tak sebanding dengan perih yang di alami Dahyun sekarang.

Tzuyu beralih pada Jihyo. "Jihyo-ah bisakah kau mengambil gunting?"

Jihyo langsung mengangguk lalu berlari keluar kamar. Sana mendekati Dahyun mengurut perut Dahyun ke bawah.

"Lakukan seperti itu Sana, aku akan menangkap anaknya dari bawah"

Sana mengangguk perintah Tzuyu. Tzuyu melebarkan kedua kaki Dahyun, untung saja Dahyun hari ini memakai gaun besar sehingga tak perlu capek mengganti pakaian Dahyun terlebih dahulu.

"AHK... INI SAKIT SEKALI!!!" teriak Dahyun keras sampai terdengar ke luar kamar itu.

Tangannya semakin mencengkram tangan Mark dengan erat. Tak peduli lagi ia dengan ringisan yang berasal dari Mark. Kesakitannya lebih sakit dari cengkaraman itu.

"Ini Tzuyu"

Jihyo datang membawa gunting lalu memberikannya Tzuyu. Mark melihat itu membulatkan matanya.

"YA! Apa yang akan kau lakukan!"

"Aku harus memotong ini terlebih dahulu, agar bayinya menjadi leluasa keluar nanti" jelas Tzuyu.

Mark kembali diam membiarkan hal itu walaupun rasanya ia menjadi takut. Dahyun menggeleng keras.

Tzuyu mulai memotong bagian arena untuk keluarnya bayi itu sedikit. Dan itu berhasil membuat Dahyun menangis dengan keras dan semakin gencar tangannya memukuli Mark, bahkan ia sudah berhasil membuat cakaran tajam di tangan pria blonde itu.

"Dahyun-ssi... sabar" ujar Tzuyu kembali fokus dengan kerjanya.

Persalinan itu diiringi teriakan histeris dan tangisan kuat dari Dahyun. Sana dan Nayeon hampir menangis melihat perjuangan Dahyun mengeluarkan anaknya itu. Begitupun dengan Mark, pria blonde itu sudah mulai berantakan. Rambutnya yang sudah rusak dan berdiri akibat jambakan kuat dari Dahyun, tangannya yang sekarang penuh cakaran dimana-mana, tapi ia tak memperdulikan tubuhnya, ia lebih memperdulikan melihat Dahyun yang mulai lemah. Ia juga khawatir melihat wajah Dahyun yang mulai lemas.

Di luar sana, Jinyoung dan lainnya tampak takut juga. Kali ini Jinyoung tak ingin menggunakan kekuatannya melihat hal itu. Mereka pun hanya bisa berdoa, bahwa Dahyun dan anaknya akan baik-baik saja.

2 jam berlalu. Teriakan dari kamar itu tak terdengar lagi.

Dahyun sudah mulai lemas. Matanya sudah memejam. Genggaman tangannya mulai berkurang pada Mark.

Tzuyu tersenyum, tangannya terangkat. Dan disitulah ada bayi laki-laki mungil sedang meraung menangis.

Mark tak tahan dengan ini, dia bahkan sudah menangis melihat anaknya telah lahir.

"Berikan padaku" minta Mark seraya mengulurkan kedua tangannya.

Tzuyu memberikan bayi mungil itu pelan-pelan pada Mark. Mark begitu terharu, ia mengecup kepala anaknya itu dengan sayang.

"Dia laki-laki" ujar Tzuyu.

Tak jauh beda, Jihyo, Nayeon, dan Sana juga ikut terharu melihat tangis bayi mungil itu.

Sana beralih pada Dahyun yang memejamkan matanya. Dahinya mengenyit, tak ada reaksi dari Dahyun.

"Dahyun-ah?"

Dahyun tetap diam dan tak membuka matanya. Hal ini menarik perhatian Mark.

"Dahyun-ah... iroena bayi kita sudah lahir"

Mark mendekati bayi mungil itu kehadapan Dahyun. Tapi reaksi Dahyun tetap saja. Wanita pucat itu tak juga membuka matanya.

"Dahyun-ah?!" teriak Mark mencoba membangunkan Dahyun.

Mark langsung memberikan bayinya pada Jihyo terlebih dahulu.

"Honey... bangunlah, kau tak ingin melihat bayi kita?" bisik Mark pelan ke telinga Dahyun.

Dahyun tetap diam dan tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Dia kenapa?" tanya Nayeon mulai ketakutan.

Tzuyu hanya tersenyum kecil. "Dia hanya kelelahan. Aku rasa sore nanti ia akan sadar kembali. Kalian tenang saja"

Mendengar itu mereka semua bernafas lega. Tzuyu beralih pada Jihyo yang menggendong bayi mungil itu.

"Jihyo-ah kau harus memandikannya terlebih dahulu." Ujarnya.

Jihyo mengangguk. "Aku ikut" seru Sana.

Mereka berdua pun keluar dari kamar itu dengan jalan seperti biasa, karena Sana yang tak bisa berlari cepat seperti vampire lainnya.

Krekk...

Pintu kamar itu terbuka mengalihkan pandangan pria-pria itu yang sedari tadi menuggu di luar.

"Woah..." gumam Bambam melihat bayi mungil di tangan Jihyo.

"Dia bayi laki-laki" jelas Sana tersenyum kecil.

Mereka semua mendekat. "Gwiyomi" gumam Jinyoung saat melihat bayi mungil itu berhenti menangis terganti dengan tertawa kecil.

"Sudahlah, kami harus memandikannya terlebih dahulu. Selesai itu kalian bisa menyentuhnya" ujar Jihyo kemudian melanjutkan jalannya bersama Sana.

***
Selesai persalinan itu. Nayeon dan Tzuyu membersihkan tubuh Dahyun, mengganti pakaian wanita pucat itu. Mark tetap disitu memandangi wajah lelah Dahyun.

"Tenang saja, dia akan bangun" ujar Tzuyu mengalihkan pandangan Mark.

Mark menggenggam tangan Dahyun. "Tapi aku seperti merasa dia tidak akan membuka matanya lagi"

"Ya! Hentikan omong kosongmu itu" ujar Nayeon tak suka.

"Baiklah urusan ku disini telah selesai. Aku harus kembali" ujar Tzuyu.

Mark mengangguk. "Kau bisa pergi. Terimakasih sebelumnya"

Tzuyu menangguk seraya tersenyum, ia pun mulai melangkah pergi dengan Nayeon di belakangnya mengantar Tzuyu sampai di depan rumah itu.

***
"Woah..."

Bambam terkejut melihat bayi laki-laki dengan balutan kain khusus bayi yang ada di pangkuannya mulai membuka mata melihatnya.

"Dia bisa membuka matanya" ujar Bambam mendongak memandang saudara-saudaranya.

Yugyeom penasaran mendekatkan dirinya. "Aigoo... dia imut sekali" ujarnya seraya mencoel pipi kecil itu.

"Annyeong... bayi kecil. Aku adalah samchon Bambam" ujar Bambam kembali menunduk menatap bayi mungil itu.

Bayi itu malah tertawa kecil dengan kedua tangan kecilnya yang bergerak-gerak membuat yang melihatnya gemas melihat bayi itu.

"Tapi kenapa Dahyun tak bangun juga?" tanya Youngjae mengalihkan perhatian mereka semua.

Jihyo menghela nafas. "Dia kelelahan oppa. Aku begitu takut saat melihatnya berteriak tadi"

Sana menangguk setuju. "Apalagi dia menangis histeris begitu kuat, membuatku tak tahan tak ikut menangis"

"Tapi dia tetap baik-baik saja, kan?" tanya Jinyoung.

Sana dan Jihyo mengangguk serentak.

***
Mark tetap setia menunggu di kamar itu. Menunggu sang istri kembali membuka matanya. Dia bahkan sekarang ikut menidurkan tubuhnya di sebelah Dahyun dan rela meninggalkan bayinya itu.

Senyumnya terukir saat mendengar dengkuran halus dari Dahyun. Setidaknya ia sedikit lega mendengar perubahan dari Dahyun, tidak seperti tadi, seperti orang mati.

Mark mengecup lembut puncak kepala Dahyun. Tapi itu malah berhasil membangunkan Dahyun. Istrinya itu mulai membuka matanya kecil-kecil. Dahinya langsung mengenyit melihat wajah Mark yang dekat dengannya seraya tersenyum manis.

"Wae? Kenapa kau bisa disini?" tanyanya bingung.

Mark tetap tersenyum senang melihat Dahyun sudah sadar. Dahyun kembali memejamkan matanya, kemudian memiringkan tubuhnya memeluk Mark.

Namun sesuatu mengganjal di bagain tubuhnya. Dan itu langsung membuat matanya terbuka lebar. Ia terduduk melihat perutnya sudah rata seperti dulu. Matanya membelakak kemudian ia menoleh pada Mark yang sudah duduk di sebelahnya.

"Kenapa perutku kecil? Apa aku hanya mimpi hamil saja?"

Mark terkekeh. Ia mengecup bibir Dahyun sebentar. "Kau sudah melahirkan honey"

Mendengar itu Dahyun hampir pingsan. "Ha? Dimana anak kita sekarang?"

"Di ruang Living room bersama mereka"

Dahyun yang tahu maksud itu. Langsung beranjak dari duduknya lalu berlari meninggalkan Mark sendiri.

***
"Dahyun-ah?"

Dahyun kembali berlari duduk di sebelah Bambam yang memangku anaknya itu. Wajahnya tampak berbinar pada bayi kecil itu. Ia hanya diam memandang bayinya itu, yang juga menatap dirinya. Tawa yang keluar dari mulut bayi itu tadi terhenti saat melihat Dahyun menangis. Kedua tangan mungil itu sudah terulur kehadapan Dahyun.

"Hiks... anakku"

Bambam langsung memberikan bayi mungil itu ke pangkuan Dahyun.

Dahyun menangis terharu seraya menciumi anaknya itu. Mulai dari kening, hidung, kedua pipinya, dan terakhir bibir mungil bayi itu.

Nayeon melihat itu terharu. "Dia benar-benar seperti seorang ibu" gumamnya.

"Hiks... kenapa kau nakal sekali. Selalu menendangku saat di perutku, hiks..." curhat Dahyun seraya menangis.

Bayi itu malah tertawa kecil. Dahyun menjadi tersenyum melihat tawa kecil itu. Ini benar-benar seperti mimpi untuknya. Tak pernah sekalipun ia pikirkan akan memiliki anak semungil dan selucu ini.

Mark datang menggeser Bambam agar memberikannya tempat duduk. Ia mengecup pelan kening bayi itu. Bayi mungil itu kembali tertawa kecil, membuat Dahyun kembali gemas tak henti-hentin mencium wajah bayi mungil itu.

"Apa kalian sudah memberikannya nama?"

Pertanyaan itu mengalihkan pandangan mereka semua pada Jackson.

Mark dan Dahyun saling berpandangan. "Aku tak tahu masalah nama" ujar Dahyun seraya menggeleng kecil.

Mark tersenyum kecil, dia seperti mendapatkan sebuah ide. "Bagaimana Samuel? Aku ingin dia menjadi anak yang bisa memimpin kerajaan pure vampire suatu saat nanti. Nama itu begitu cocok dengannya"

Mereka semua beralih pada bayi mugil itu saat medengar tawa itu keluar lagi.

"Sepertinya dia menyukai nama itu" ujar Sana.

Dahyun kembali menunduk memandang bayi mungil itu. "Benarkah, kau menyukai nama itu?"

Bayi mungil itu kembali tertawa seraya menggerakkan kedua tangannya kecil-kecil.

"Omo... berhenti keluarkan tawamu itu, kau begitu imut" ujar Dahyun seraya menciumi bayi yang bernama Samuel itu.

"Aku juga ingin menggendongnya" ujar Mark.

Dahyun perlahan memberikan Samuel ke pangkuan Mark. Samuel terdiam memandang wajah Mark. Mata kecil itu begitu lekat menatap dalam mata Mark.

"Aku adalah ayahmu"

Suara yang keluar dari Mark berhasil membuat Samuel kembali tertawa kecil.

"Aku rasa dia sedang mencoba mengenalimu hyung" ujar Yugyeom tanpa beralih pada bayi mungil itu.

"Baiklah Samuel Tuan, hari ini selamat datang di kehidupan barumu"

***
Raja Jisoo sudah mendengar berita bahagia itu. Ia bahkan langsung mengunjungi keluarga itu, hari dimana bayi Dahyun telah lahir ke dunia. Ia begitu terharu melihat Dahyun yang menggendong bayi mungil itu, air matanya sudah menetes satu. Segera ia menghapusnya sebelum orang lain melihatnya, jika iya, dimana ia menaruh wibawanya?

"Appa... kau ingin menggendongnya?"

Raja Jisoo langsung mengangguk antusias. Perlahan bayi mungil itu sudah berada di gendongannya.

Seperti hal yang sama, Samuel kembali diam memandang wajah Raja Jisoo.

"Appa kau harus mengenalkan dirimu padanya" ujar Dahyun.

Raja Jisoo mengangguk mengerti. "Annyeong... aku adalah harabeoji-mu"

Bayi mungil itu kembali tertawa kecil. Oh sungguh imutnya, sampai-sampai Raja Jisoo tak bisa menahan tangisnya lagi.

Dahyun dan Mark ikut tersenyum terharu melihat kedekatan anaknya bersama Raja Jisoo.

"Siapa namanya?" tanya Raja Jisoo mendongak kembali.

"Samuel Tuan" ujar Mark mantap.

"Nama yang indah" Raja Jisoo mencium puncak kepala Samuel dengan lembut.

Mark dan Dahyun saling pandang melempar senyum.

Raja Jisoo kembali mendongak memandang pasangan suami istri itu.

"Dia punya kekuatan"

Kedua pasangan itu menoleh pada Raja Jisoo.

"Aku yakin dia punya kekuatan. Kekuatannya akan terlihat jika dia sudah balita"

***
Kehadiran bayi mungil itu menambah hiasan di rumah itu. Tawa kecil itu sering sekali keluar hingga membuat hati mereka semua damai dan ikut bahagia. Tak jarang juga Samuel menangis karena ulah Bambam dan Yugyeom yang sering berebutan menggendong bayi mungil itu. Untung saja Samuel langsung diam saat Mark atau Dahyun menggendong bayi mungil itu.

Jinyoung, Youngjae, Jaebum, Bambam, Yugyeom dan bantuan Jackson sibuk membuat kamar yang berada di depan kamar Mark dan Dahyun. Ruangan yang dulunya gudang itu telah di sulap menjadi sebuah kamar yang lumayan besar untuk Samuel nanti disaat balita. Nayeon, Sana, dan Jihyo sibuk mendekorasi ruangan itu dengan tema blue soft. Mereka terlihat asik menghiasi dinding itu dengan burung-burung mainan kecil. Begitupun Jinyoung dan lainnya sedang mengangkat tempat tidur kecil.

Sedangkan Mark dan Dahyun malah asik bercanda tawa dengan anak laki-laki mereka yang baru lahir itu.

***
Seminggu telah berlalu. Mereka semua tentu terkejut melihat perkembangan Samuel. Ini diluar kenyataan. Bayi mungil itu telah berubah menjadi balita. Tapi balita yang belum bisa berjalan seutuhnya. Mark segera memanggil Raja Jisoo, karena keanehan ini pada anaknya.

Raja Jisoo pun langsung berangkat menuju rumah anaknya itu. Dan yang di ucapkan Mark benar. Cucunya itu sudah menjadi balita. Matanya saja sampai tak kedip melihat Samuel memainkan mobil kecil di pangkuan Dahyun.

"Dia sudah menjadi balita, padahal masih seminggu" ujar Mark menatap Raja Jisoo.

Raja Jisoo berkedip beberapa kali. Ia mencoba berpikir.

"Tapi ayah, dia belum bisa berjalan dan berbicara" lanjut Mark.

Raja Jisoo tiba-tiba tersenyum. "Tak masalah. Kalian bisa mengajarinya soal itu. Kalau masalah pertumbuhannya itu, itu juga tak masalah. Karena dia berbeda. Aku sudah mengatakan padamu Mark, bukan, bahwa Dahyun adalah campuran darah Vampire dan Fairy, semua yang ada dalam dirinya akan berbeda sendiri termasuk anaknya kelak. Dan lihatlah pertumbuhannya akan cepat, tapi aku yakin disaat balita ini pertumbuhannya kembali seperti biasa." Jelas Raja Jisoo.

Kedua pasangan itu mengangguk mengerti.

"Apa kalian sudah mencari tahu kekuatannya?"

Keduanya kembali menggeleng.

***
Setelah Raja Jisoo pergi. Samuel beranjak dari pangkuan Dahyun, meminta duduk di lantai.

"Ani, tak boleh!" tegas Dahyun kembali menggendong Samuel.

Samuel malah semakin gusar meminta menurunkannya. Mulutnya mulai terbuka merengek meminta turun. Mark datang mengambil ahli gendongan Samuel.

"Kau mau kemana boy?"

Samuel langsung diam tak berani melawan sang ayah. Tubuhnya tak gusar lagi, ia malah menunduk tak berani menatap mata Mark.

"Good boy" Mark mengelus pelan puncak kepala Samuel, membuat anak laki-laki itu hanya bisa menggembulkan pipinya.

Mark beralih pada Dahyun yang mulai berjalan meninggalkan mereka. "Kau mau kemana?"

Dahyun berbalik sebentar. "Dapur."

Mark mengernyit. "Untuk apa?"

"Memasak. Aku rasa Samuel mulai kelaparan".

Mark mengangguk. "Baiklah kami akan ikut melihat saja"

***
Dahyun tampak sibuk mengaduk bubur untuk Samuel di periuk itu. Sedangkan Mark asik bermain dengan Samuel dengan mendudukkan Samuel di meja makan itu.

"Mwo? Kau ingin ku makan?" ancam Mark seraya menggigit pelan tangan mungil itu.

Samuel malah tertawa kecil seraya mencoba mengambil tangannya kembali dari mulut sang ayah.

"Kau tak ingin berbicara dengan ayah mmhh..."

Balita imut itu kembali tertawa kecil seperti mengerti apa yang diucapkan Mark.

Selesai memasak bubur itu, Dahyun segera berbalik menghampiri ayah dan anak itu yang sedari tadi asik bermain.

Asap bubur itu langsung menguap saat Dahyun mencoba mengaduknya menggunakan sendok. Ia pun menduduki kursi di sebelah Mark.

Perlahan ia menghembus segumpal bubur yang ada di sendok itu lalu mengarahkannya pada mulut Samuel.

"Aaa..." mulut Dahyun ikut terbuka agar Samuel mau membuka mulutnya.

Tapi Samuel malah menggeleng keras menolak bubur itu.

"Wae? Kau tak mau makan?" tanya Dahyun.

Samuel kembali menggeleng mencoba menjauhkan tangan sang ibu yang memegang sendok itu.

"Kenapa kau tak mau makan? Ini pertama kalinya kau makan bubur, ayo buka mulutmu" Mark mencoba membantu.

Samuel kembali menggeleng keras. Mark mengernyit, bukankah seorang balitan sudah pantas makan bubur. "Lalu kau ingin apa?" tanyanya.

Samuel mulai mendekati Dahyun, lantas Dahyun langsung memangku Samuel. Mata kedua orangtuanya spontan membulat apa yang telah anak mereka inginkan. Ternyata Samuel menunjuk kearah dada Dahyun, meminta susu yang dulunya sering ia minum semasa bayi.

"Ya... kenapa kau menginginkan itu lagi. Kau sudah besar" ujar Mark yang tampak tak terima.

Samuel kembali menggeleng keras. Ia mulai merengek menunjuk kearah dada Dahyun.

"Samuel-ah... kau sudah besar sayang" ujar Dahyun mencoba menenangkan anaknya itu.

"Oh ayolah Samuel. Dulu kau bisa sekarang tidak, kau sudah besar"

Dahyun menatap Mark bingung, kenapa Mark jadi yang tidak terima.

"Baiklah Samuel. Untuk kali ini ibu memberikannya"

Dahyun beranjak dari duduknya. "YA... kau mau kemana?" tanya Mark.

"Memberikan apa yang di inginkannya" jawab Dahyun singkat, lalu ia berlari ke kamar mereka seraya menggedong Samuel.

"YA!"

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Where stories live. Discover now