[17] New Bride (Publish)

1.8K 117 0
                                    

Jaebum, Yugyeom, Bambam begitu nyenyak tidur.

_
_
_
_
Paginya. Jihyo datang menyiapkan sarapan. Padahal mereka sebenarnya tak perlu lagi sarapan. Tapi gadis vampire itu ada maksud lain selain menyiapkan sarapan. Ia tampak begitu sibuk menyiapkan piring-piring ke meja makan tapi matanya juga sibuk melirik pria vampire yang duduk di meja makan itu yang asik membaca sebuah majalah, seperti menunggu masakannya selesai.

"Jihyo-ah? Kapan kau datang?" Jinyoung yang baru datang langsung menduduki di kursi itu tepatnya di hadapan Jaebum yang asik membaca majalah.

"Baru saja oppa. Aku hanya ingin menyiapkan sarapan" jawab Jihyo berbalik mengambil masakannya.

Jinyoung mengangguk seraya mengusap kepalanya tak gatal. "Apa yang kau baca" liriknya pada Jaebum.

Jaebum menurunkan majalahnya. "Ntahlah. Buku ini milik Sana, aku penasaran jadi aku buka saja" ujarnya kembali membaca majalah itu.

Selesai menghidangkan masakannya. Gadis vampire itu duduk di salah satu kursi di sebelah Jaebum.

"Mari makan" seru Jihyo.

Jaebum menutup majalah itu, lalu meletakkan di pangkuannya. Ia mulai memakan masakan Jihyo, membuat gadis itu melirik Jaebum menanti-nanti pujian yang keluar dari mulutnya.

"Otte, oppa?" tanya Jihyo seraya menatap Jaebum.

Jaebum mengangguk beberapa kali. "Enak, seperti biasa" lalu ia kembali makan.

Jihyo sebenarnya kurang puas, tapi yasudalah lebih baik ia makan saja. Matanya beralih pada Jinyoung yang juga ikut makan.

"Oppa, kenapa kau memakai soflens?" tanyanya membuat Jaebum ikut memperhatikan mata Jinyoung.

Jinyoung berdehem. "Tak apa, aku hanya suka saja" ujarnya berbohong.

Jihyo akhirnya mengangguk mengerti. Jaebum tertawa kecil, membuat Jinyoung menarik alisnya satu.

***
Dahyun membuka matanya perlahan. Mulutnya terbuka, menguap. Tubuhnya sedikit sakit. Digerakkannya tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Baru saja ia ingin duduk, sebuah tangan menyampir di perut ratanya. Dan ia baru sadar, tubuhnya sama sekali tak memakai sehelai benangpun. Begitupun pria blonde yang tidur di sebelahnya, atasan pria itupun telanjang.

"Ya... lepaskan aku." Dahyun mengguncang tubuh Mark.

Mark hanya mengerang dan tetap tak melepaskan pelukannya, malah ia semakin mengeratkan tangannya.

"Aku tak pakai pakaian, bagaimana ada yang melihatnya" ujar Dahyun seraya memukul beberapa kali punggung Mark pelan.

Perlahan mata pria blonde itu terbuka. "Aniyo, tak ada yang bisa melihatnya"

Tapi sedetik kemudian matanya terbuka lebar. Ia terduduk. "Ya... cepat pakai pakaianmu. Aku tak mau Jinyoung melihatnya"

Dahyun mendengus. Ia menarik selimut itu menutupi seluruh tubuhnya. "Sudah ku katakan bukan"

Mark terkekeh. Dengan cekat ia mencium pipi putih gadisnya ralat wanitanya itu. "Gomawo buat tadi malam" bisiknya.

Blush

Sembrutan merah itu kembali muncul. Ia menatap Mark yang jarak wajahnya begitu dekat dengan wajah pria blonde itu. "Kau begitu kasar"

"Kalau begitu, siapa yang mencakar punggunggku tadi malam mmhh?"

Mendengar itu Dahyun sedikit terkejut. "Omo... apa masih sakit?" ia langsung melihat punggung Mark, tapi tak ada luka sama sekali.

Mark menggeleng. "Aniya. Itu begitu nikmat"

Dahyun hanya tersenyum kecil. Ia pun bergerak menapakkan kakinya. Tapi baru saja ia ingin berdiri sesuatu begitu nyeri di bagian selangkangannya, membuatnya kembali terduduk.

"Ada apa?" tanya Mark panik melihat ringisan itu.

"Ini begitu perih" ujar Dahyun seraya meringis.

Mark mengerti maksud Dahyun. Ia hanya tersenyum kecil. Langsung saja ia menggendong tubuh Dahyun dengan selimut yang masih menutupi tubuh Dahyun yang putih itu.

"Kau mau membawaku kemana?" tanya Dahyun sedikit terkejut, lantas memeluk leher suaminya itu.

"Kau ingin kemana? Biar aku gendong saja. Aku yakin kau tak bisa jalan honey"

Dahyun mengerucutkan bibirnya. "Ini begitu perih" suaranya mulai lirih.

"Gwenchana. Ini hanya sebentar saja" hibur Mark seraya terkekeh. Kelakuan istrinya itu tak akan berubah, tetap polos.

***
"Jihyo-ah... apa kau yakin tak mau tinggal bersama oppa?" tanya Jinyoung selesai ia makan. Mereka bertiga tak juga bangkit dari kursi itu.

Jihyo tampak sedikit berpikir. Kemudian ia menggeleng. "Sepertinya tidak oppa. Aku tak bisa meninggalkan rumahku itu"

Raut wajah Jinyoung berubah seketika. Ia sedikit kecewa. Rasanya aneh sekali tidak tinggal serumah dengan adik kandungnya sendiri. Sebenarnya ia dan Jihyo dulu tinggal di rumah mereka yang tak jauh dari rumahnya dan saudara-saudaranya ini sekarang, namun karena Mark meminta tinggal dirumahnya, dia menyetujuinya tapi adiknya menolak ikut.

"Sampai kapan kau akan tinggal disana?" kali ini pertanyaan ini dari Jaebum yang sedari hanya diam mendengarkan.

Jihyo mengedikkan bahunya. "Ntahlah. Mungkin sampai aku menikah, aku mengikuti suamiku kelak" jawab Jihyo asal.

Tiba-tiba Jinyoung tersenyum jahil. Matanya mengarah pada Jaebum. "Ajak adikku menikah, agar dia tinggal bersama kita" ujarnya seperti tak bersalah.

Mendengar itu Jaebum membulatkan matanya. "Kau gila?!"

Sebenarnya Jihyo sudah senang mendengar ucapan oppa-nya itu, tapi jawaban Jaebum membuat ia menjadi sedih.

"Lupakan saja oppa"

Jihyo bangkit dari duduknya, ia mulai berjalan membersihkan piring-piring kotor itu.

Tak berapa lama Mark datang seraya menggendong Dahyun. Ia mendudukkan Dahyun di kursi sebelah Jinyoung.

"Kenapa dia? Apa kakinya sakit?" tanya Jaebum.

"Jihyo-ah bisakah kau mengambilnya untuk Dahyun dan aku" ujar Mark pada Jihyo melupakan pertanyaan Jaebum.

"Geurae oppa"

"Kau tadi bertanya apa?" tanya Mark beralih pada Jaebum seraya menduduki dirinya di sebelah Jaebum.

Jaebum berdecak. "Ada apa dengan Dahyun? Apa kakinya sakit?"

"Mau tahu saja kau" jawab Mark cuek. Sedangkan Dahyun sudah tak peduli lagi ucapan mereka, selangkangannya begitu perih hingga membuatnya hanya bisa diam saja.

"Waeyo Dahyun-ah?" tanya Jinyoung melirik wanita berkulit pucat itu.

Dahyun hanya menggeleng seraya meringis. Hari ini ia begitu malas berbicara.

"Ini dia" Jihyo datang seraya menaruh hidangan baru pada Mark dan Dahyun.

Mark siap menyantap makanan itu. Tapi Dahyun hanya diam memandangi masakan itu.

Jihyo menyipitkan matanya memperhatikan bercak merah-merah di leher Dahyun.

"Dahyun-ah, ada apa dengan lehermu, kenapa merah-merah seperti itu?" tanyanya penasaran.

Semua beralih pada leher Dahyun. Mark melihat itu terbatuk, ia langsung minum. Dahyun melirik lehernya, dan ia juga begitu terkejut. Lehernya penuh dengan bercak merah yang ukuran kecil, saat ia mengintip ke dalam bajunya, ia semakin terkejut melihat bercak itu bukan hanya di lehernya saja, tapi di seluruh tubuhnya.

"Oohh... arraseo, apa itu kissmark?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Jihyo.

Dahyun mengernyit. "Kissmark itu apa? Kenapa tubuhku seperti ini?" ia mulai ketakutan.

Pandangan mereka berganti pada Mark. Mark mencoba berdehem.

'Jangan merusak otak Dahyun'. Mark mengirim telepaty itu pada Jaebum, Jinyoung, dan Jihyo.

Jaebum dan Jinyoung hanya tertawa kecil. Jihyo mengedikkan bahunya. "Tanyakan saja pada suami barumu itu" ujarnya.

Dahyun kini beralih pada Mark seperti meminta jawaban, namun pria itu hanya tersenyum kecil saja. "Makan sajalah, tak usah pikirkan hal itu."

Mark kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Dahyun hanya diam, Ia kemudian mendongak menatap Jihyo yang masih berdiri.

"Aku tak makan, rasanya begitu mual" ujarnya dengan hembusan nafas yang kasar.

Mark mendongak, dahinya mengernyit. "Ada apa? Kau tak selera?"

Dahyun menggeleng lemas. "Rasanya tubuhku begitu lemas. Aku ingin istirahat saja"

Mark menggangguk mengerti. "Baiklah. Tunggu aku makan dulu"

"Tak usah, aku bisa sendiri" baru saja Dahyun berdiri, ia kembali terduduk karena sakit di selangkangannya masih terasa.

Untung saja Jinyoung memegang lengan Dahyun, agar wanita vampire itu tak jatuh ke belakang.

"Sudah ku katakan, tunggu aku!" suara Mark tampak mengeras.

Ia lalu bangkit dari duduknya menghampiri Dahyun, lalu menggendongnya kemudian membawa istrinya itu kembali ke kamar mereka dan melupakan makanannya.

"Apa Dahyun sakit?" pertanyaan Jaebum hanya di jawab dengan kedikkan bahu saja.

***
Mark menidurkan Dahyun di ranjangnya. Dahyun langsung saja menarik selimut itu lalu segera menutup matanya. Rasanya tubuhnya begitu lemas dan tak bertenaga ditambah lagi selangkangannya yang masih terasa begitu perih membuatnya sulit untuk berjalan saja.

"Apa masih sakit?" Mark mengelus pelan puncak kepala Dahyun.

Dahyun hanya menggangguk dengan mata tertutup.

"Mianhae" suara itu melemah.

"Gwenchana." Ujar Dahyun.

"Apa kau ingin sesuatu?"

Dahyun menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin tidur saja"

Dapat dirasakannya ranjang yang di tidurinya bergerak menandakan Mark menaiki ranjang itu. Tangan kekar itu sudah berganti meregkuh pinggangnya masuk ke dalam dada bidang Mark.

Baru saja Mark ikutan menutup matanya, tiba-tiba sang ayah mengirim telepaty padanya.

'Kau dimana? Kita harus membicarakan tahtaku ini'

Mark menggeram, karena Raja Jisoo menganggunya di waktu seperti ini. 'Aku dirumah ayah. Aku tak bisa, Dahyun lagi sakit'

'Dia sakit apa? Bukankah kalian semalam baru menikah. Kenapa ia bisa sakit?'

'Dia sakit. Ayah tak perlu tahu, dia sakit apa'

'Aishh... baiklah. Kalau dia sudah sembuh, kau harus datang ke kerajaan untuk membicarakan tahtaku ini'

'Baiklah ayah'


Mark langsung memutuskan telepatynya. Ia kembali menutup matanya seraya mengusap kepala Dahyun dengan lembut.

***
"YA! Iroena!!" teriak Yugyeom membangunkan Bambam yang masih terlelap.

Bambam menggerang. Ia membuka matanya kecil-kecil. "Apa sudah pagi?"

Yugyeom mendengus. "Astaga. Ini bahkan hampir siang. Kenapa kau bisa telat bangun? Biasanya kau paling cepat bangun diantara kita semua"

Bambam menduduki dirinya seraya menguap lebar. "Ntahlah. Aku merasa lelah karena semalaman"

Yugyeom berdecak. "Dasar bodoh. Seharusnya Mark hyung dan Dahyun yang kelelahan dari pada kau. Tapi mereka lebih cepat bangun"

"Terserah!" Bambam bangun dari duduknya lalu berlari ke kamar mandi yang ada di kamarnya itu.

***
Dahyun terbangun. Ia memandang langit-langit kamar yang sudah menjadi kamar mereka, ia dan Mark. Baru saja ia menggerakkan kakinya, selangkangannya kembali terasa perih membuatnya mengeluarkan ringisan kecil.

Mark dapat mendengarnya, ia terbangun. "Wae?" tanyanya dengan suara serak khas baru bangun tidur.

Dahyun melirik Mark sebentar. "Ini masih perih" lirihnya.

"Tidak apa-apa. Ini hanya satu hari saja. Aku yakin besok tidak perih lagi, dan seterusnya"

Dahyun menaikkan alisnya satu. "Seterusnya?"

Mark menarik ujung bibirnya. "Iya, seterusnya. Jika kita melakukannya lagi, itu tak akan perih lagi"

"Byuntae"

"Wae? Aku juga mencintaimu honey"

Dahyun mendengus. "Aku rasa telingamu perlu di perbaiki"

Mark terkekeh. Ia langsung mencium pipi chubby milik Dahyun itu karena terlalu gemas.

"Mark?"

Mark hanya bergumam seraya mengusap kepala Dahyun. Dahyun memiringkan tubuhnya menghadap Mark.

"Kissmark itu apa?"

Mark kembali terkekeh. "Kau terlalu polos honey. Aku tak tega mengotori pikiranmu itu"

Dahyun mengerucut. "Ayolah beritahu aku. Aku penasaran"

"Baiklah baiklah. Jadi kissmark yang dimaksud Jihyo itu adalah bercak merah di lehermu itu"

Dahyun melirik lehernya. "Tapi di tubuhku juga ada, dan yang paling banyak di bagian dadaku"

"Benarkah? Haha... aku kelewatan. Mian" Mark malah tertawa kecil.

"Memangnya kau membuatnya seperti apa?"

Mark terdiam. Ia bingung menjelaskannya bagaimana. Istrinya ini terlalu polos untuk di beritahu.

"Sudahlah lupakan saja. Apa kau ingin jalan-jalan?"

Dahyun mengerucutkan bibirnya. "Apa kau lupa? Aku saja jalan begitu sulit, bagaimana kau bisa mengatakan seperti itu"

"Astaga aku lupa honey. Jadi kau ingin apa sekarang?"

"Aku ingin jalan, tapi selangkanganku begitu perih" suara itu mulai melemah.

"Yasudah, aku saja menggendongmu"

Dahyun kembali menggeleng kecil. Ia kembali menutup matanya. Membiarkan Mark memandanginya.

"Ditanya kenapa diam? Buat aku gemas saja" Mark lantas menggigit pipi putih Dahyun, membuat si empu meringis.

***
Youngjae bergerak dari sofa yang sedang ia duduki sekarang, ia mendekati pintu rumahnya yang sepertinya ada orang yang mengetuk.

Pintu itu terbuka, lalu menampilkan seorang gadis vampire sedang tersenyum ramah pada Youngjae.

"Ada apa kau datang kemari Mina?" tanya Youngjae bingung.

Mina, gadis itu tersenyum ramah. Ia menyelipkan anak rambutnya, "Aku hanya ingin menemui Mark"

Youngjae mendelik, untuk apa gadis vampire itu menemui Mark disaat, hyung-nya itu sekarang sedang bermesraan dengan istri barunya. "Sepertinya Mark hyung sekarang tidak bisa di ganggu"

Mina menarik alisnya satu. "Waeyo? Dia tak ada dirumah" ia mengedarkan pandangannya ke dalam rumah itu.

"Dia ada di dalam, hanya saat ini dia sedang bersama Dahyun."

Mina mendengus, ia melipat tangannya di dada. Mendengar itu ia merasa tak suka. "Tapi dia tetap ada kan, aku ingin menemuinya."

Sebelum Youngjae membalas, Mina sudah mendahuluinya, menerobos masuk ke rumah itu sesukanya.

"Mina!" teriak Youngjae mencoba menghentikan langkah gadis itu. Tapi Mina malah berpura-pura tak dengar, ia malah berlari dengan kekuatannya.

"Aish..."

***
Sedari tadi yang dilakukan Mark hanya menganggui istri barunya itu tidur. Terkadang, ia mencubit hidung Dahyun, menggigit pipi chubby itu, menciumnya, dan masih banyak lagi membuat Dahyun hanya meringis tapi tetap menutup matanya seperti tak terusik.

"Ya... iroena" Mark mencoba memegang kedua pipi putih itu lalu menggoyangkannya.

Dahyun menutup matanya dengan alis yang bertaut. Biarkan saja Mark menganggunya, ia tahu nanti pria blonde itu akan lelah dan ikut tertidur.

"MARK?!"

Dahyun spontan membuka matanya mendengar teriakan itu, dan bangkit menjadi duduk. Mark membulatkan matanya melihat Mina berani-beraninya membuka pintu kamarnya tanpa malu-malu.

"Noe!"

Dahyun menoleh pada Mark, wajah wanita itu sekarang sudah berubah menjadi sedih.

***
"Kenapa kau berani sekali masuk ke kamarku tanpa ijin?!"

Bukannya takut, Mina malah tersenyum menggoda. Ia mulai mendekati Mark, "Memangnya kenapa? Apa tak boleh?"

"Tidak boleh sama sekali!" tegas Mark, amarah pria blonde itu semakin memuncak. Apalagi tadi ia teringat wajah Dahyun menunjukkan begitu cemburu, dia menjadi bersalah.

Mina mengembungkan wajahnya, ia pikir Mark akan gemas dengan dirinya. Yang ada Mark malah membuang mukanya.

"Kenapa kau berubah" suara itu mulai melemah memandang Mark.

Mark kembali menatap Mina seraya mengangkat alisnya satu. "Maksudmu?"

"Kau lupa? Aku pernah mengatakan 'aku mencintaimu' tapi kenapa kau malah menikahinya?"

"Apa aku pernah mengatakan hal seperti itu juga?"

Mina terdiam sebentar. Ia mendongak menatap Mark lagi. "Kalau begitu, aku ingin kau menikahiku juga"

"Apa kau gila?!"

Mark menatap Mina tajam. Ucapan Mina tadi membuatnya semakin emosi melihat gadis vampire itu.

Dengan kekuatan yang Mina punya. Air mata palsu itu terjun ke pipinya. "Kumohon Mark. Aku tak masalah menjadi kedua"

Rahang Mark sudah mengeras, ia menatap Mina begitu tajam. Jika Mina seorang pria, mungkin sekarang gadis itu sudah tercampakkan dengan tangannya ini, namun beruntungnya Mina itu adalah seorang gadis, dia tak mungkin menyakiti seorang gadis.

"Kenapa kau mengatakan seperti itu?!"

Tiba-tiba Dahyun menunjukkan tubuhnya yang sedari tadi menghilang, untuk menguping pembicaraan mereka.

Tentu saja Mark dan Mina begitu terkejut.

Dahyun menatap Mina tajam. "Apa kau tahu, Mark sudah menikah dan aku adalah ISTRINYA!" tekannya di akhir kalimat.

Air mata palsu itu sudah menghilang terganti dengan tatapan tajam untuk Dahyun. "Lalu apa masalahnya jika Mark menikah lagi?"

Dahyun berdecih. "Apa kau tak laku? Sehingga suamiku kau goda?"

PLAK!

Tamparan itu begitu keras terdampar di pipi mulus Dahyun. Dahyun meringis memegang pipinya yang begitu perih.

"YA!" Mark menjadi marah.

Mina mengangkat alisnya satu. "Wae? Kau ingin memukulku?" ancaman itu berhasil membuat Mark hanya bisa diam menahan emosinya.

Mark mencoba meredakan emosinya, jika ia terusan emosi, mungkin Mina tak akan bisa lagi pulang. Karena gadis itu bisa saja ia cekik sekarang juga.

Ia langsung mengangkat Dahyun. Sebelum ia pergi, ia menatap Mina tajam. "Jangan pernah menganggu hubunganku dengan istriku lagi. Jika kau sekali lagi menyentuh istriku, kau mati sekarang juga!"

Lalu Mark pergi dari hadapan Mina. Mina mengepalkan tangannya. Matanya menjadi memerah.

"Ini tak akan ku biarkan!"

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora