[18] New Bride (2)

1.8K 137 8
                                    

Lalu Mark pergi dari hadapan Mina. Mina mengepalkan tangannya. Matanya menjadi memerah.

"Ini tak akan ku biarkan!"

_
_
_
_
Luka di sudut bibir Dahyun bekas tamparan Mina itu perlahan mengecil hingga tak terlihat lagi.

Dahyun memandang wajahnya di depan pantulan kaca kecil yang sedang ia pegang sekarang. "Woah... daebak, luka ini langsung mengecil" kagumnya seraya menekan letak lukanya tadi. Rasa sakit pun tak terasa lagi.

Dahyun menurunkan kaca itu dari pandangannya, ia menatap Jihyo yang duduk di sofa yang ada di hadapannya. "Apa kalian seperti ini? Ini keren sekali"

Jihyo tersenyum kecil seraya mengangguk. "Ne. Kami keren, kan?"

Dahyun menangguk antusias. "Geurae!" serunya kembali mengaca diri.

Jihyo memandang Dahyun kasihan. Dia sudah mendengar berita tadi yang kedatangan Mina, dari Youngjae, si pemilik telinga peka. Jika ia menjadi Dahyun, ia pasti sekarang sudah mencekik Mina lalu membunuhnya. Beruntung sekali Mina berhadapan dengan Dahyun, wanita yang polos yang tak terlalu mengungkit permasalahan. Lihatlah, Dahyun sekarang tampak tak memikirkan hal itu.

"Dahyun-ah?"

"Wae?" Dahyun masih sibuk berkaca.

"Kau mau tidak berbelanja ke kota?"

Dahyun kembali menurunkan kacanya, memandang Jihyo. Alisnya bertaut. "Ke kota?"

Jihyo mengangguk antusias, "Ne. Aku ingin sekali mengajakmu berbelanja ke kota"

"Apa kau memiliki uang?" tanya Dahyun ragu.

Jihyo malah tersenyum. Ia mengeluarkan 5 atm dari dompetnya lalu menunjukkannya kehadapan Dahyun. "Ini semua milik oppa-oppa. Aku mengambilnya diam-diam. Sstt..." ujarnya seraya melekatkan jari telunjuknya di bibirnya.

Dahyun menatap tak percaya. "Apa mereka tak marah?"

Jihyo tetawa renyah. "Untuk apa mereka marah? Mereka bahkan punya lebih banyak. Jadi aku mengambilnya saja. Terkecuali punya Mark oppa, aku tak berani mengambilnya"

Dahyun mengangkat alisnya satu. "Kenapa tak berani?"

"Aku takut saja mengambilnya" ujar Jihyo seraya menunjukkan gigi-giginya.

Tiba-tiba Mark datang kecepatan berlarinya dan langsung duduk di sebelah Dahyun.

"Apa wajahmu baik-baik saja?" tanyanya penuh khawatir.

Dahyun tersenyum lebar. "Tentu saja. Kau tak lihat, lukanya sudah hilang. Keren sekali"

Mark mengelus kepala Dahyun lembut. "Bagus..."

Dahyun teringat sesuatu. Ia menatap Mark dalam. "Mark?"

Mark hanya bergumam seraya menyelipkan anak rambut Dahyun ke belakang daun telinga istrinya itu.

"Apa aku boleh ke kota bersama Jihyo?" tanya Dahyun ragu.

Mark langsung beralih pada Jihyo, membuat gadis vampire itu menyengir tidak jelas.

"Kenapa kau mengajaknya?"

Jihyo kembali menyengir. "Aku hanya bosan saja. Setiap aku berbelanja ke kota, aku selalu tak punya teman."

"Mark..." Dahyun mengambil tangan Mark, seraya memasang wajah memohon. "Aku tak pernah ke kota sekalipun..."

"Apa itu tidak perih lagi?" tanya Mark seraya melirik sekitaran paha istrinya itu.

Dahyun langsung mengerti, ia menggeleng. "Tidak lagi. Bisakan kami pergi?" pasangnya lagi wajah memohon membuat suaminya itu terlena.

Mark tak tahan, ia menghela nafasnya. "Baiklah. Tapi ada syaratnya"

Dahyun dan Jihyo langsung saling memandang seraya tersenyum lebar.

"Aku harus ikut"

Dahyun mengangguk antusias. "Iya tak apa-apa"

"Geurae" Jihyo menyetujuinya.

"Hyung! Kalian mau kemana?!" seru Bambam dan Yugyeom bersamaan datang.

"Kami akan ke kota" jawab Mark.

"Kami ikut!"

Jihyo mendengus memutar bola matanya malas.

Bukan hanya Bambam dan Yugyeom saja, tapi melainkan Jinyoung, Youngjae, dan Jaebum pun. Mereka serentak meminta ikut. Dahyun hanya mengangguk antusias, menurutnya banyak yang ikut semakin seru, tapi tidak untuk Jihyo. Ia malah memasang wajah kesalnya. Jika berbelanja bersama seorang pria, pasti akan susah, karena pria di kenal mudah bosan jika sudah menunggu gadisnya berbelanja.

"Baiklah baiklah. Kalian semua harus berganti pakaian." Ujar Jihyo akhirnya.

Jinyoung, Youngjae, Jaebum dan kedua maknae itu langsung berlari keatas berganti pakaian.

Dahyun kembali memandang Jihyo. "Tapi apa vampire tak masalah jika terkena matahari?"

Jihyo terkekeh. "Jika untuk pure vampire tak masalah sama sekali. Tapi aku ragu kau akan terbakar atau tidak" diakhir kalimat ia tampak ragu.

Mark mendengar itu tak setuju. "Kalau begitu tak usah pergi"

Dahyun langsung melemas. "Gwenchana, kau bisa memakai pakaian yang bisa menutupi seluruh tubuhmu dan topi" ujar Jihyo memberi usul.

Senyum Dahyun langsung mengembang, ia mengangguk antusias. "Jakkaman" Jihyo bangkit dari duduknya lalu berlari ke kamar Jinyoung mengambil pakaian yang pantas untuk Dahyun.

Sementara Mark masih betah duduk di sebelah Dahyun, tak juga bergerak mengganti pakaiannya.

Dahyun menoleh pada Mark. "Kenapa kau tak ganti pakaian juga?"

"Aku sudah tampan seperti ini saja"

"Walaupun begitu, kau juga harus berganti pakaian."

Akhirnya Mark menuruti Dahyun. Ia pergi berlari menuju kamar mereka. Tak lama Jihyo datang membawa pakaian dan selendang.

"Kau harus memakai ini. Dan ini untuk lehermu" ujar Jihyo menyerahkan pakaian itu dan selendang leher.

Dahyun mengernyit. "Untuk apa selendang itu?"

Jihyo memutar bola matanya. "Untuk lehermu. Lehermu begitu putih sehingga kissmark itu terlalu kelihatan, manusia akan berpikir aneh nantinya"

Dan Dahyun langsung menyengir mengambil pakaian dan selendang itu.

***
Sedari tadi Dahyun tak selesai juga mendumel dalam hatinya. Ia begitu sangat menyesal menyuruh Mark berganti pakaian. Sesampai di kota, mereka memilih berjalan kaki melihat-lihat toko-toko di pinggir jalanan. Dan yang membuatnya begitu kesal dan mendumel terus karena para gadis maupun wanita selalu mencuri pandang pada suami barunya itu.

Lihatlah pakaian suaminya itu, yang hanya memakai kaus lengan panjang dan celana panjang yang polos tapi dapat menarik perhatian manusia-manusia.

Dahyun tersentak saat Jihyo menarik tangannya memasuki salah satu toko pakaian, membuat pengawal-pengawal mereka yang ada di belakang ikut masuk.

"Lihat ini Dahyun, ini begitu cantik"

Dahyun terpana melihat gaun selutut tanpa lengan berwarna merah mudah yang terlihat elegant tergantung di hadapannya dan Jihyo. Kepalanya bahkan sampai memiring.

"Yeppu" gumamnya masih terpana.

Mark mengernyit. Ia menundukkan sedikit tubuhnya lalu mendekatkan wajahnya pada Dahyun. "Apa kau ingin?"

Seperti terhipnotis Dahyun mengangguk.

"Kami ingin yang ini satu" ujar Mark pada pelayan yang berdiri di samping gaun itu.

Dahyun tersadar saat melihat pelayan itu mengangguk dan tersenyum malu pada suaminya itu. Wajah terpananya pun terganti dengan wajah cemburu. Ia lantas langsung menarik kembali Jihyo mencari pakaian lain.

"Waeyo?" tanya Jihyo bingung karena Dahyun menariknya tiba-tiba.

Dahyun memajukan bibirnya. "Apa Mark terlalu tampan? Sehingga semua manusia begitu menyukainya?"

Jihyo tertawa kecil, ternyata Dahyun cemburu. "Hahaa... sudahlah tak usah pikirkan hal itu. Kau lihat? Itu bukan Mark oppa saja, tetapi mereka juga" ia mengalihkan pandangannya pada pria-pria vampire itu yang sedang melihat pakaian-pakaian lainnya. Banyak juga para wanita mencuri pandang pada pria-pria vampire itu.

Dahyun menghela nafas. "Tetap saja, aku tak tahan"

Jihyo hanya mengelus punggung Dahyun, agar bersabar.

"Apa anda ingin mencoba gaunnya?" tanya pelayan tadi mendatangi Dahyun dan Jihyo.

Dahyun awalnya menggeleng, menolak. Tapi tiba-tiba saja Mark sudah berdiri di sebelahnya. "Ani. Kau harus mencobanya"

Dengan terpaksa Dahyun mengambil gaun itu dengan malas, karena melihat pelayan itu kembali tersenyum malu melirik Mark.

"Kamar pas-nya ada di sebelah sana" lanjut pelayan itu menunjuk kamar pas yang berada di pojok tokoh itu.

Dahyun berjalan kearah kamar pas itu. Baru saja ia ingin menutup pintunya, Mark datang menahannya.

"Ada apa?"

Bukannya menjawab, Mark malah masuk lalu menutup pintu itu.

Jihyo dan pelayan itu yang berada di luar tercengang.

Apa Mark oppa bodoh? Ini sedang di dunia manusia, kenapa ia malah mesum disini.

Jihyo meringis. Ia melirik pelayan itu dengan wajah yang masih terkejut.

"Eeh... apa disini ada pakaian khusus pantai?" ujar Jihyo menarik perhatian pelayan itu.

Pelayan itu tersadar. "Ne, ada. Mari ikut saya" pelayan itu berjalan mendahului Jihyo. Jihyo pun mengikuti pelayan itu, walaupun sebenarnya ia tak berniat membeli pakaian pantai.

Di dalam kamar pas itu Dahyun menatap Mark kesal. "Kenapa kau masuk? Aku ingin berganti pakaian?"

Mark menarik alisnya satu. "Waeyo? Ganti saja."

Dahyun berdecak. "Tapi kenapa kau masih disini?"

Mark berkacak pinggang di hadapan Dahyun. "Apa yang kau malukan? Aku juga sudah melihat semuanya"

Dahyun malah bersemu merah. Ia langsung mengalihkan pandangannya. Dan dengan terpaksa dan sedikit malu ia membuka bajunya dengan keberadaan Mark, yang keras kepala. Buru-buru dia memasang gaun merah muda itu sebelum Mark menjadi liar. Apalagi ia tadi menangkap wajah pria blonde itu sudah terlihat menegang.

Dahyun langsung membuka pintu itu, rasanya udaranya begitu panas.

"Omo... yeppeuda!" seru Jihyo saat melihat kearah Dahyun, ia langsung menghampiri Dahyun, meninggalkan pelayan itu yang sedang mengenalkan pakaian pantai terbaru.

Dahyun tersenyum kecil. "Cheongmal?"

Jihyo mengangguk beberapa kali. Matanya tak sengaja melirik Mark yang masih di dalam kamar pas itu, ia mendekati tubuhnya pada Dahyun lalu berbisik pada wanita vampire itu. "Apa yang telah dilakukannya?"

Dahyun menggeleng kecil. "Tidak ada"

"Apa anda jadi membelinya?" pelayan itu datang lagi.

"Geurae kami membelinya." Itu suara Mark yang sudah berdiri disebelah Dahyun.

Pelayan itu lagi lagi tersenyum malu. Hal itu membuat Dahyun mendengus lalu melipat tangannya.

"Tapi sepertinya anda harus melepaskan salendang itu, agar kelihatan cantik" lanjut pelayan itu yang sudah mendekat pada Dahyun.

Jihyo langsung cekat. "Andwae!" serunya menghalangi pelayan itu.

Pelayan itu mengernyit. "Wae? Jika salendang itu di lepas, saya yakin nona ini akan kelihatan cantik"

Nona?. Dahyun mengerucut saat dirinya dipanggil nona, dia juga sudah menikah sudah pantas di panggil nyonya. Tepatnya Nyonya Tuan.

Jihyo menggeleng keras. "Tidak. Dia tidak bisa" jangan sampai pelayan itu melihat kissmark di leher Dahyun.

"Oh baiklah"

Mark kembali menoleh pada Dahyun, "Kau harus mengganti pakaianmu lagi"

Dahyun menoleh. "Geurae. Tapi kau jangan masuk" ujarnya lalu berbalik menutup pintu itu kembali.

Mark berdecak. Jihyo memutar bola matanya malas.

"Apa anda... kekasihnya?" pertanyaan itu terlontar dari pelayan itu.

Belum sempat Mark menjawab, Jihyo sudah mendahuluinya. "Ani. Dia adalah suaminya." Jawab gadis vampire itu seraya tersenyum menang, apalagi melihat ekspresi pelayan itu langsung terkejut.

"Hyung... apa sudah selesai? Lama sekali" Bambam datang bersamaan dengan saudara-saudaranya lain.

Dahyun sudah membuka pintu itu, pakaiannya sudah terganti. Ia langsung menyerahkan gaun merah muda itu kembali pada pelayan itu agar di bungkus rapi.

***
"Woah... itu apa?"

Mata Dahyun begitu berbinar melihat badut sedang berjoget bersama anak-anak. Maklum saja ia tak pernah sekalipun keluar, jadi ia tak tahu apa nama makhluk yang memakai make-up tebal, rambut kriting merah, dan baju besar itu.

"Itu namanya badut. Masa kau tak tahu?" sahut Yugyeom.

Dahyun menggeleng, tapi matanya tetap fokus pada badut itu.

"Kau ingin kesana?" ajak Mark.

Dahyun mengangguk antusias, seperti anak kecil saja. Dahyun langsung menarik tangan Mark berlari seperti manusia biasa kearah badut itu. Bambam dan Yugyeom mendecak karena kelelahan berjalan karena biasanya mereka berlari cepat, tapi ini rasanya begitu lelah karena berjalan seperti biasa saja. Youngjae, Jinyoung dan Jaebum ikut berjalan menghampiri badut itu begitupun Jinyoung yang menggandeng Jihyo.

Tapi tiba-tiba saja saat Dahyun berlari, topi yang ia kenakan terbang dihempas angin.

"Cepat tangkap topinya!" seru Mark berbalik pada saudara-saudaranya. Langsung saja Jinyoung dan lainnya bergegas menangkap topi itu.

Dahyun terdiam. Ia menatap keatas, sinar matahari yang begitu terang. Lalu ia beralih pada tubuhnya. Keningnya berkerut.

"Dahyun-ah, pakai lagi" Mark langsung memakaikan topi itu ke kepala Dahyun dengan wajah ketakutan. Ia begitu takut jika Dahyun terkena matahari sedikit saja.

Dahyun menoleh. Ia lantas membuka topi itu membuat Mark membulatkan matanya.

"Ini tak apa-apa. Aku merasa tidak terbakar sama sekali" ujarnya menyerahkan topi itu kembali pada Mark.

Jihyo langsung menghampiri Dahyun. Wajahnya tampak begitu khawatir. "Kau tak apa-apa?"

Dahyun menggeleng. "Kalian lihatkan, tubuhku sama sekali tak terbakar" ujarnya seraya mengangkat kedua lengannya.

"Heol... kenapa bisa?" gumam Youngjae terpana.

"Apa kau juga pure vampire?" tanya Jaebum.

Dahyun mengedikkan bahunya. "Ntahlah. Tapi sekarang aku ingin bermain dulu" ia langsung berbalik menghampiri badut tadi.

"Hyung... istrimu kekanakan sekali" ujar Bambam memandangi Dahyun yang bermain dengan badut itu.

Mark tersenyum kecil memandang kearah Dahyun. "Aku tak peduli" lalu ia langsung menghampiri Dahyun.

"Apa kita juga akan bermain badut itu?" tanya Yugyeom menatap saudara-saudaranya satu persatu.

Jihyo menggeleng. "Ani. Kita duduk disana saja, aku dan Jinyoung oppa akan membeli ice cream" ujarnya seraya menunjuk letak kursi yang ada di taman itu tepatnya dekat badut itu.

"ICE CREAM!!" seru Bambam girang.

Jinyoung berdecak. "Kau lebih kekanakan"

Bambam tak peduli, ia begitu senang mendengar kata Ice Cream daripada Badut.

***
Dahyun sedari tadi tak berhenti tersenyum, lidahnya asik menjilati ice cream vanilla yang ada di genggamannya tapi matanya selalu memandang keseruan manusia-manusia di taman itu. Ini kali pertamanya dia melihat keramaian seperti ini, maklum saja selama bertahun-tahun ia hanya di kurung di rumah oleh kakak-kakaknya.

"Kau senang?"

Pertanyaan Mark itu membuatnya otomatis menganggukkan kepalanya begitu gembira.

"Kau ingin kemana lagi?"

Dahyun menoleh. "Terserah"

Mark mendongak, ia memandang langit yang mulai berwarna keabu-abuan. "Sepertinya akan hujan. Kita pulang saja"

Mendengar itu Dahyun mengerucutkan bibirnya. "Kenapa cepat sekali."

Mark menoleh, ia tersenyum. "Ini sudah mau hujan honey. Lain waktu kita akan kesini lagi" ujarnya seraya mengelus pipi Dahyun yang putih.

Akhirnya Dahyun mengangguk pasrah. Mark mengelus kepala Dahyun dengan lembut, ia lalu menoleh pada Jinyoung dan saudara-saudaranya berada.

"Sepertinya kita harus pulang. Hujan akan tiba"

Mereka mengangguk. Akhirnya mereka pergi dari taman itu berjalan kaki menuju parkiran dimana mereka memarkirkan mobil mereka tadi.

***
Sesampai di rumah kembali. Mereka masuk ke dalam, tapi betapa terkejutnya mereka melihat kehadiran Mina yang sudah duduk di living room mereka dengan vampire yang seperti lebih tua dari mereka.

"Mina?"

Mina berdiri lalu tersenyum lembut pada Mark. "Hai Mark..."

Dahyun menatap tak suka pada Mina.

"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau bisa masuk?" tanya Mark mencoba meredakan emosinya karena tiba-tiba teringat tamparan keras di pipi istrinya tadi.

Mina tetap tersenyum. Ia menoleh ke belakang tepatnya pada kedua vampire itu. "Ini orangtua ku, mereka ingin bertemu denganmu"

***
"Apa yang mereka bicarakan, aku ingin dengar"

Jihyo mengelus pundak Dahyun. "Itu pasti tidak penting. Tenang saja."

Dahyun bangkit dari duduknya yang di ranjang kamarnya tadi. "Aku ingin melihatnya"

Jihyo langsung menarik tangan Dahyun. "Tak usah, disini saja"

Dahyun terpaksa kembali duduk dengan wajah merengut. Rencana Jihyo sekarang adalah menahan Dahyun agar tidak keluar kamarnya. Kenapa? Karena di bawah sana Mina beserta orangtuanya sedang berbicara serius. Sebenarnya ia tahu apa yang mereka bicarakan, karena ia memiliki kekuatan membaca perasaan, terkecuali kekuatannya tidak berguna untuk Mark karena Prince Vampire. Dari awal ia bisa membaca perasaan Mina dan orangtuannya yang bertujuan ke rumah ini. Dan ia dapat kesimpulannya, bahwa Mina menginginkan Mark menjadi suaminya pada orangtuanya. Dasar vampire gila, itulah yang ada di otak Jihyo.

***
"Saya tidak bisa!" tegas Mark.

Mina menoleh pada ayah dan ibunya meminta bujukan lagi.

"Mark, ayolah apa kurangnya Mina? Dia cantik, pintar, dan dia punya banyak kekuatan yang bisa menolongmu kapanpun kau mau" ujar Ayah Mina kembali membujuk Mark.

Mark mencoba tersenyum ramah, walaupun di hatinya begitu panas. "Apa kalian tadi lihat wanita berkulit putih dengan selendang di lehernya tadi?"

Kedua vampire tua itu mengangguk serentak.

"Dia adalah istri saya"

Ujaran itu membuat kedua vampire tua itu tersentak. Mereka beralih pada Mina.

"Ya, saya sudah menikah. Jadi sekali lagi saya peringatkan, bahwa saya tidak mau menikah dengan anak anda, karena saya sudah menikah. Dan saya sangat mencintai istri saya"

***
"Ya, saya sudah menikah. Jadi sekali lagi saya peringatkan, bahwa saya tidak mau menikah dengan anak anda, karena saya sudah menikah. Dan saya sangat mencintai istri saya"

"Ow... Mark hyung so sweet..." gumam Bambam yang mengintip dari arah dapur bersama Yugyeom.

Yugyeom mengangguk menyetujui. "Jika aku seorang gadis, aku akan jatuh cinta dengannya"

***
"Mina... apa ini?!"

Ayah Mina langsung berdiri menatap tajam anaknya.

Mina terpaksa ikut berdiri. "Tapi ayah, aku begitu mencintainya"

"Apa yang kau katakan? Dia sudah mempunyai istri tapi kenapa kau malah menyukainya" kali ini Ibunya bersuara menatap Mina tajam.

"Ayah, Ibu harus tahu, aku dan dialah seharusnya yang menikah. Kita sudah di jodohkan Raja Jisoo, tapi gadis itu tiba-tiba datang merusaknya."

"Jangan menyebutnya perusak. Karena kaulah sekarang perusak!" tegas Mark.

"Sekarang kita harus pulang. Kau membuat ayah malu!" Ayah Mina langsung menarik putirnya itu keluar dari rumah mewah itu.

Mina memberontak mencoba melepas cengkraman ayahnya itu. "Ayah, kau harus menikahkanku dengannya"

"DIAM MINA! Jangan berkata seperti itu lagi, Ibu tidak mengajarimu seperti ini. Sekarang kita harus pulang" wanita tua itu ikut menarik tangan Mina paksa.

Ketiga vampire itu sudah pergi keluar rumahnya. Mark berdecak, mengumpati Mina dalam hatinya. Ia pun berbalik, namun terkejutnya ia melihat Dahyun sudah berdiri di hadapannya.

Wajah istrinya itu sudah di penuhi air mata membuat ia begitu bersalah. "Dahyun-ah..."

"Hiks... kau memang suami yang romantis. Aku begitu mencintaimu" Dahyun langsung menghambur ke pelukan Mark, memeluk tubuh dingin suaminya itu dengan erat.

Mark menghembuskan nafasnya, ia pikir Dahyun akan marah dan cemburu lagi karena melihat tadi. Tapi ia salah besar, istrinya itu memang pintar sekali membuatnya bodoh.

"Aku juga mencintaimu honey"

***
"Aku juga mencintaimu honey"

Yugyeom ikut tersenyum melihat hal itu.

"Aku mencintaimu Bambam"

"Shut up"

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang