[15] The Truth

1.7K 158 9
                                    

"Aku sangat sangat sangat mencintaimu Mark. Kau harus tahu itu."
_
_
_
_
"Ya! Kenapa sedari tadi kau tertawa!"

Dahyun sudah tak tahan lagi. Ia begitu kesal dengan Mark yang duduk di hadapannya. Sedari tadi pria blonde itu tak kunjung selesai tertawa, ntah karena apa. Padahal makanannya sudah mau habis tetapi Mark tak juga selesai tertawa dan asik dengan dunianya itu. Raja Jisoo hanya diam melanjutkan makanannya dan pura-pura tak peduli.

Mark tetap saja tertawa, tak peduli ucapan Dahyun itu.

BRAK!

Itu berasal dari gebrakan meja dari Dahyun. Gadis putih pucat itu sudah berdiri menatap Mark tajam.

"YA! Berhentilah tertawa dan makan makananmu itu. Aku tak tahan melihatnya lagi"

Akhirnya Mark berhenti tertawa. Ia berdehem. "Mian." Lalu ia kembali makan seperti tak terjadi apa-apa.

Heol. Dia begitu penurut dengan Dahyun.

Raja Jisoo hanya menggelengkan kepalanya.

Dahyun mendengus, ia kembali duduk. Seketika raut wajahnya berubah. Bibirnya tertarik menjadi senyuman. Ia menoleh pada Raja Jisoo.

"Appa, maukah kau mencarikanku calon suami?"

Uhukk...

"YA!"

Dahyun tak peduli dengan tatapan tajam itu. Ia hanya memandang Raja Jisoo tanpa beralih pada pria byuntae yang ada di hadapannya ini.

Raja Jisoo tak tahu harus menjawab apa. Ia melirik Mark, wajah anaknya itu benar-benar seperti monster yang mengerikan jika marah. Ia kembali menatap Dahyun, berbeda jauh, wajah Dahyun bahkan begitu manis memohon padanya.

"Baiklah"

"Ayah!" Mark beralih menatap Raja Jisoo tak suka.

Dahyun bertepuk gembira. "Apa appa sudah menemukannya?"

Raja Jisoo mengangguk seraya tersenyum misterius.

"Ayah, jangan pernah lakukan itu!"

"Nugu? Dimana dia sekarang?" tanya Dahyun begitu antusias.

Raja Jisoo tetap tersenyum. Ia beralih menoleh pada Mark. "Ini dia. Maukah kau menikah dengan anakku ini, Dahyun-ah?"

Dahyun mengikuti arah pandang Raja Jisoo. Mulutnya ternganga. "Shireo. Dia sudah punya kekasih."

Mark yang tadi bahagia karena pilihan ayahnya itu mendadak seperti terhempas begitu jauh.

"Dahyun-ah, kau masih marah padaku?" suara Mark begitu halus terdengar jelas di telinga Dahyun.

Dahyun menatap Mark nanar. "Aku tak marah, aku hanya kesal saja."

Mark menghembuskan nafasnya. Ia mengambil tangan Dahyun, menggenggam tangan putih pucat itu. "Aku akan menjelaskan semuanya"

Dahyun menarik tangannya. Ia berdiri lalu beralih pada Raja Jisoo. "Terimakasih hidangannya appa. Aku pergi dulu" setelah itu Dahyun pergi berlari.

***
Mark menghela nafas dengan kasar. Ia mencoba menyakinkah dirinya bahwa ia bisa menjelaskan semuanya pada gadisnya itu. Di hadapannya sekarang Dahyun sedang menatapnya seperti menunggu penjelasan darinya.

"Darimana aku memulainya?" pria blonde itu malah mengusap tengkuknya.

Dahyun berdecak memutar bola matanya malas. "Terserah"

"Baiklah. Sebenarnya Mina adalah temanku sedari kecil. Ayah dan Ibu senang sekali dengannya. Aku tahu dia memiliki perasaan denganku dari dulu, tapi aku sama sekali tidak. Kemarin itu seperti yang kau lihat dia datang berbicara tentang pernikahan, itu memang benar, tapi pelaku ini semua adalah ayah. Aku tak tahu dia mengirim Mina dan menjodohkanku dengan Mina. Sungguh, aku tak tahu semua ini. Aku sama sekali tak mencintai Mina."

Mark menarik nafas lalu menghembuskannya. Jeda sebentar. "Aku hanya mencintaimu, Dahyun"

Hening. Tak ada suara. Mark menatap Dahyun begitu dalam. Sebaliknya, Dahyun membuang pandangannya, menghilangkan rasa gugupnya yang tiba-tiba datang karena tatapan mata indah itu. Hatinya sekarang bahkan sudah kegirangan melompat kesana kesini.

Mark menarik alisnya satu. Ujung bibirnya tertarik. "Kau mencari alasan menolakku? Mmhh..." ia menarik dagu Dahyun sehingga menatapnya.

"Apa maksudmu?"

"Apa maksudmu? Jadi siapa yang mengatakan, 'aku sangat sangat sangat mencintaimu Mark'"

Dahyun langsung menunduk malu.

Paboya.

Ia merutuki dirinya sendiri.

Senyuman itu semakin mengembang, merasa menang. "Geurae. Aku juga sangat sangat sangat mencintaimu Dahyun-ah"

Dahyun mendongak menatap mata itu lekat. "Kau sungguh mencintaiku?"

Mark mengangguk beberapa kali. "Kalau begitu nikahi aku sekarang juga"

Spontan mata Mark membulat mendengar ucapan yang seperti pintahan itu. Mulutnya terbuka, tak tahu harus mengucapkan apa lagi.

Tiba-tiba Dahyun tertawa. "Aku hanya bercanda. Kenapa wajahmu terkejut sekali. Hahahaa..."

"Aniyo. Aku tak suka bercanda. Mari kita menikah sekarang" Mark langsung menggendong tubuh Dahyun lalu membawa gadis itu berlari dengan cepat.

Dahyun? Dia hanya bisa diam dengan wajah terkejutnya.

***
"Mwo? Pendeta?!"

"Ne. Aku dan Dahyun akan segera menikah. Kenapa ayah hanya diam saja. Panggilkan aku pendeta."

Raja Jisoo tak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang. Berani-beraninya anaknya itu meminta dirinya pendeta.

"YA! Apa yang kau katakan. Apa kau sudah gila!" teriak Dahyun mencoba melepaskan genggaman tangan Mark.

"Aku tidak gila. Aku serius."

"Mark"

Mark kembali menoleh pada Raja Jisoo.

"Kau tahu kan, dalam pernikahan itu tidak ada kata 'main-main'?"

Mark mengangguk mengerti. "Aku tidak sedang main-main ayah. Aku serius"

"Kalau begitu kenapa kau ingin sekali cepat-cepat menikahi Dahyun. Apa alasannya? Beritahu ayah"

Mark terdiam memikirkan alasan yang tepat.

Dahyun memperhatikan wajah Mark. Ia juga penasaran apa yang ada dalam pikiran pria blonde itu. Sebenarnya, bisa saja ia membaca pikiran itu, tapi ia tak ingin mengetahuinya duluan, ia ingin mengetahuinya dari mulut Mark.

"Kau tak tahu, kan Mark?" Raja Jisoo tertawa kecil. Bisa-bisanya anaknya itu meminta langsung menikah tanpa alasan yang tepat.

"Aku tak tahan ayah!" seru Mark.

Raja Jisoo mengernyit. "Tak tahan apa?"

"Selama apa lagi aku menunggu untuk memilikinya. Aku tak bisa hanya diam sementara nafsuku begitu naik jika melihatnya tidur"

"Aish... anak ini. Jinjja!"

Raja Jisoo hampir memukul Mark, tangannya sudah terangkat siap memukul kepala anaknya itu yang seperti pria byuntae.

Dahyun merengut merasa malu apa yang telah di katakan Mark barusan.

"Aku juga mencintainya ayah. Kenapa harus menunggu lagi? Apa yang di tunggu lagi? Kami juga saling mencintai" sambung Mark dengan begitu yakin.

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Semua yang dikatakan Mark benar. Ia dan Mark saling mencintai, tapi apa secepat itukah mereka akan menikah?

"Mark... kau tahu bukan. Kita belum sepenuhnya menyelesaikan teka-teki masa lalu Dahyun. Kau harus bersabar. Jika semuanya sudah terungkap. Ayah janji akan menikahkan kalian segera"

Mark menghembuskan nafasnya dengan kasar. Tubuhnya berputar menghadap Dahyun. Ia memegang kedua pundak Dahyun.

"Belum saatnya kita menikah sekarang. Jadi jangan terlalu cemburu melihatku bersama gadis lain"

Dahyun menghempas kedua tangan itu. "YA! Kau juga begitu cemburuan. Padahal aku hanya bermain dengan saudara-saudaramu tapi kau begitu marah"

Mark menjadi terpancing. "Bagaimana aku tidak marah, kalian saling menggenggam. Sedangkan aku, kau begitu jarang memegang tanganku"

Dahyun mendengus, ia melipat tangannya menghadang kearah lain.

Tto? Astaga mereka membuatku pusing.

"Sebaiknya kau kembali saja Mark."

Mark mengalihkan pandangannya pada Raja Jisoo. "Kembali? Tidak mungkin ayah jika tanpa dia."

***
"Bisakah kita baikan?"

Dahyun hanya berdehem. Matanya tak lepas dari pemandangan di hadapannya sekarang. Balkon kamarnya itu begitu mengaggumkan, matanya langsung di persembahkan pada matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

Mark mendekati Dahyun, merapatkan tubuhnya pada gadis putih pucat itu. Ia tersenyum, betapa manisnya Dahyun terlihat dari samping ini. Senyum gadis itupun tak lekas melurus membuat nilai plus dalam kemanisan wajahnya.

"Aku begitu merindukanmu"

Dahyun menatap Mark. "Aku juga merindukanmu" balasnya.

"Kumohon, kita jangan bertengkar lagi"

Dahyun mengangguk seraya tersenyum manis. Mark memutar tubuhnya menghadap Dahyun. Ia menarik Dahyun kedalam pelukannya. Sekali-sekali menciumi puncak kepala itu dengan lembut. Dahyun begitu menikmatinya, ia membalas pelukan itu. Senyumnya semakin lebar, rasa rindunya begitu kuat, kini meluap.

Perlahan Mark melepaskan pelukan itu. Ia mulai memajukan wajahnya lalu memiringkannya, matanya perlahan terpejam. Sementara Dahyun mulai memejamkan matanya. Sampai ia merasakan sensasi dalam perutnya yang begitu geli.

Bibir itu sudah tersentuh sempurna di bibirnya. Ia tersenyum saat Mark mulai melumat bibirnya dengan manis. Perlahan ia membuka mulutnya membiarkan bibirnya dimainkan pria blonde itu. Perlahan kedua tangannya terangkat mengalung di leher pria itu.

Mark semakin mendalami ciumannya. Namun tiba-tiba saja sebuah bayang-bayang muncul di pikirannya.

Ini masa lalu Dahyun!

Mark kembali mencoba mendalami bayang-bayang itu. Semakin ia memperdalam ciumannya, semakin jelas masa lalu itu terlintas di otaknya.

***
Raja Jisoo berjalan mengamati beberapa buku-buku dari rak-rak perpustakaan itu. Kakinya terhenti saat sesuatu menarik perhatiannya.

The Book Of Fairy?

Keningnya berkerut. Sejak kapan ia mengoleksi buku tentang makhluk Fairy di perpustakaannya? Bukankah ia dan Fairy tidaklah bersahabat di jaman dahulu. Rasa penasarannya begitu besar terhadap buku itu. Ia pun mengambil buku itu, lalu duduk di salah satu kursi di perpustakaan.

Halaman demi halaman ia buka. Setiap kalimat tak ada yang ia lupakan untuk dibaca.

Butterfly Pendant?

Matanya melebar membaca sejarah tentang butterfly pendant itu.

TAP!

Buku itu tertutup. Matanya mengadah kedepan. Kepalanya menggeleng beberapa kali.

Ini tak mungkin!

***
Dahyun mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia mengucek matanya memperjelas pandangannya. Mulutnya terbuka lebar, menguap. Perlahan ia mencoba membangunkan tubuhnya. Tapi tiba-tiba saja selimut yang sedang ia pakai merosot ke bawah menunjukkan tubuhnya yang hanya memakai bra merah muda polkadot saja.

Lantas matanya membulat. Ia menoleh kesamping. Mark, pria itu masih tidur terlungkup dengan satu tangan memeluk pinggangnya. Oh jangan lupakan, Mark sama sekali tak memakai baju atasan.

"YA!" Dahyun mengguncangkan tubuh Mark dengan kuat.

Dahyun langsung menarik selimut itu kembali menutupi tubuhnya saat ia mendengar erangan dari Mark. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Mark mengerjapkan matanya mencoba mensadarkan dirinya. Ia langsung terduduk melihat tangis Dahyun yang keluar tiba-tiba saja.

"Ada apa? Kenapa kau menangis?"

Dahyun membuka tangannya, pipinya sudah di penuhi air mata. "Noe paboya? Apa yang kau lakukan tadi malam"

Tiba-tiba Mark terkekeh membuat Dahyun semakin mengencangkan tangisnya.

"Ya... hajima. Kita tak melakukan apa-apa"

Seketika tangis Dahyun terhenti. "Jinjjayo?"

Mark mengangguk pasti. "Ne. Tadi malam aku begitu kepanasan, jadi aku melepaskan pakaianku. Sedangkan kau, malah ikut-ikutan membuka bajumu. Aku sudah melarangnya, tapi kau tetap membukanya dan tak peduli."

Dahyun mengadah kedepan. Ia terdiam mencoba mengingat kejadian tadi malam.

Mark mendekat, ia berbisik dengan halus. "Sebenarnya, jika aku tak ingat status kita ini. Sudah ku terkam kau"

Dahyun langsung menoleh. "Byuntae!" Mark hanya terkekeh.

Dahyun langsung berdiri, berjalan seraya menyeret selimut besar itu ke dalam kamar mandi untuk menutupi tubuhnya. Tapi sebelum itu langkahnya terhenti saat Mark membuka suaranya kembali.

"Untuk apa kau membawa selimut itu, tapi belakangmu terlihat begitu jelas"

"YA!"

***
BRAK!

Mark mengernyit melihat sebuah buku yang di lempar ayahnya tepat di hadapannya.

"Ini apa?"

Raja Jisoo menduduki dirinya. Mereka berdua sekarang ada di ruangan rapat di kerajaan itu. Ya, hanya mereka berdua tanpa Dahyun.

"Ini adalah buku tentang Fairy"

Mark membuka halaman buku itu perlahan.

"Ayah sudah membaca isinya. Sekarang ayah sudah mengerti tentang kalung berliontin kupu-kupu hitam itu, kenapa Dahyun bisa di kutuk dan yang paling penting ayah sudah tahu siapa yang telah mengutuk Dahyun selama ini."

Mark mendongak. "Jadi kesimpulan yang ayah ambil?"

Raja Jisoo menghela nafas. "Kau tahu bukan kalung liontin kupu-kupu hitam yang selalu di pakai Dahyun di lehernya?"

Mark mengangguk beberapa kali. "Konon kalung itu adalah milik bibinya alias kakak kandung Ratu Fairy. Ratu Fairy mengambil kalung itu diam-diam dalam arti mencuri. Ia begitu menyukai kalung itu, kakaknya tak memberikan kalung itu dengannya jadi ia memilih cara lain dengan mencuri. Setelah aku membaca lebih dalam, ternyata kalung itu selalu bersinar karena mencari pemilik aslinya. Dan itu memanglah pemiliknya adalah Dahyun." jelas Raja Jisoo.

Mark terdiam memikirkan sesuatu. "Tapi ayah, Jaebum pernah bilang kalung itu juga bersinar saat Ratu Fairy memakainya, dia tahu dari Tzuyu"

"Jelas saja kalung itu terus bersinar. Karena ia belum menemukan pemilik sesungguhnya. Dan sekarang kau lihat, kalung itu tak pernah bersinar bukan? Itu artinya kalung itu sudah menemukan pemiliknya. Yaitu Dahyun" lanjut Raja Jisoo.

Mark hanya diam mengerti penjelasan sang ayah.

"Mark... apa kau tahu artinya?"

Mark kembali menatap Raja Jisoo sambil menggeleng. "Keturunannya akan menjadi Ratu Fairy"

"Mwo? Anakku akan menjadi Ratu Fairy? "

Raja Jisoo berdesis. Kenapa anaknya ini terlalu percaya diri, ia akan di takdirkan bersama Dahyun.

"Jika keturunannya yang terlahir pertama kali adalah seorang perempuan, dia akan menjadi Ratu Fairy. Tapi jika seorang laki-laki, itu tidak berlaku sama sekali"

Mark tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Aku menerima jika anakku terlahir sebagai seorang perempuan atau laki-laki."

"Aish..."

"Tapi ayah..."

"Mwo?"

"Kau bilang, kau sudah mengetahui siapa yang mengutuknya dan kenapa Dahyun di kutuk?" tanya Mark menatap Raja Jisoo begitu penasaran.

"Seperti yang sudah ku duga, pelakunya adalah Jessi. Wanita itu mengutuk Dahyun saat dalam kandungan tanpa di ketahui Hyungsik maupun Ratu Fairy. Kutukannya akan hilang saat Dahyun berusia 20 tahun sebagai manusia. Tapi jika di hitung sebagai vampire, usianya sekarang sudah 350 tahun."

"Tapi ayah, Nayeon, gadis Veela itu pernah mengatakan Dahyun dulu terlahir sebagai makhluk Fairy lalu kenapa ia bisa tiba-tiba menjadi vampire?"

Raja Jisoo menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. "Setelah ku baca buku tentang Fairy itu. Dahyun dulu memang terlahir sebagai Fairy tapi perlahan waktu tubuhnya tak juga berkembang, dia selalu menjadi seorang bayi. Melihat kondisi itu, Ratu Fairy menangis, air matanya jatuh tepat di wajah mungil Dahyun dan ia berharap anaknya berubah menjadi makhluk vampire. Harapan itu terkabul. Kutukan Jessi berjalan, Dahyun berubah menjadi seorang manusia biasa yang dirawat Nayeon dan Sana. Setelah usianya mencapai 20 tahun, kutukannya menghilang. Ia telah berubah menjadi vampire seutuhnya. Dan kau ingat bukan, Dahyun pernah bilang bahwa ibunya pernah mampir dalam mimpinya setelah gadis itu tersadar dari kematiannya selama 4 hari?"

Mark mengangguk. "Itu artinya pertanda bahwa Dahyun telah menjadi vampire seutuhnya" lanjut Raja Jisoo.

"Woah... semua yang ayah katakan benar. Tadi malam aku tak sengaja membaca masa lalunya" seru Mark.

Raja Jisoo mendelik, "Kau menciumnya lagi?"

Mark hanya menyengir tidak jelas.

Di sebuah ventilasi kecil. Seorang makhluk peri yang begitu kecil mengintip, ia tersenyum.

Permintaanmu sudah ku kabulkan Ratu.

Setelah itu peri kecil itu terbang menjauh dari kerajaan itu.

***
"Dahyun-ah?"

Dahyun membalikkan tubuhnya mendengar panggilan Mark dari belakang. "Wae?"

Mark langsung menarik tangan Dahyun. "Kajja, mari kita pulang"

"Ada apa denganmu kau tampak bahagia." Bukannya menjawab Dahyun malah mempertanyakan wajah bahagia Mark.

"Nanti kau akan tahu. Sekarang mari kita pulang"

Dahyun melepas tangannya. "Aku sudah pulang. Ini rumahku"

"Kita hanya pulang sebentar, hanya meminta restu"

"Restu?"

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Where stories live. Discover now