[10] This Is Really War

1.8K 163 22
                                    

"Tak berapa lama lagi, perang akan dimulai. Sepertinya 3 hari lagi berlangsung"
_
_
_
_
Setelah mendengar ramalan dari Nayeon itu membuat mereka terkejut dan langsung bertindak. Tak ada waktu untuk beristirahat bagi mereka, waktu yang tersisa begitu sedikit untuk mencari pasukan saja. Jinyoung, Jaebum, Youngjae, Bambam, Yugyeom dan Mark bergegas mulai berpergian mencari-cari pure vampire lainnya yang selama ini bersembunyi. Mereka pergi ke kota-kota lain, berharap banyak pure vampire mereka temui.

Sampai saat mereka mengelilingi hutan liar yang begitu besar itu, tiba-tiba saja sebuah serangan berupa kunai datang dari belakang yang pas sekali menancap tepat di pohon besar yang ada di hadapan Jaebum -memang memimpin jalan- spontan hal itu mengejutkan ke-6 pria vampire itu.

Mereka berbalik, dan saat itu kedua vampire itu jatuh tepat di hadapan mereka. Kedua vampire itu memandangi mereka, lalu mata mereka berlaih pada Mark. Mulut mereka langsung mengeluarkan suara tawa.

"Astaga... ini pertama kalinya aku melihat Prince vampire mengunjungi tempat kita. Bagaimana pendapatmu Bobby?" suara itu berasal dari pria yang memiliki senjata kunai itu.

Pria yang bernama Bobby itu ikut tertawa. "Apa aku harus mengatakan 'woah..'? Hahaa..."

Tawa kedua vampire itu pecah, ntah karena apa. Bambam melihat itu mengernyit, tidak ada yang lucu tapi tertawa seperti orang gila.

Tiba-tiba saja tawa itu terhenti, wajah mereka berdua terganti dengan wajah serius. "Ada apa kalian datang mendatangi wilayah kami?" tanya pria yang memiliki senjata kunai tadi.

Mark berjalan mendekati kedua vampire itu. "Kami datang untuk meminta bantuan"

Bobby menatap Mark tak percaya. "Kau adalah Prince Vampire, untuk apa meminta bantuan pada pure vampire liar seperti kami ini?"

"Kami akan berperang melawan Jessi. Kami butuh pengawal yang lebih banyak lagi" jelas Mark

Jinyoung berjalan, berdiri tepat di sebelah Mark. "Kami harap, kalian ingin bergabung dengan kami"

Pria yang memiliki senjata kunai itu menggeram. "Jessi? Sepertinya menarik. Baik kami akan bergabung pada kalian untuk mengalahkan wanita vampire yang begitu jahat itu."

Bobby merangkul pundak pria yang memiliki senjata kunai itu, ia menoleh pada Mark dkk. "Kami juga memiliki dendam pada Jessi. Dia telah membunuh keluarga kami. Mengingat itu membuatku ingin sekali membunuh Jessi sekarang juga, tapi pasukannya begitu banyak"

Mark tersenyum senang mendengarnya. "Baiklah. Sekarang kalian berpihak pada kami"

Kedua pria vampire itu mengangguk tersenyum.

***
Sama halnya dengan Nayeon. Ia sendiri yang akan menemui kaum-kaumnya. Ia akan datang menemui kakak-kakaknya yang dulu sempat menjaganya saat kecil. Di sebuah sungai yang sering sekali ia dan kakak-kakaknya dulu mandi bersama. Awalnya kakak-kakaknya tak menyetujui hal itu, apalagi mereka akan berpihak pada kaum pure vampire. Mereka sedikit takut dengan wajah-wajah pure vampire itu. Namun, Nayeon berhasil menyakinkannya. Dan kakak-kakaknya setuju dengan hal itu. Nayeon begitu senang mendengarnya, walau dia sedikit kecewa hanya ke-4 kakaknya lah yang ingin membantunya, selain itu kaum Veela tak sudi mau berperang.

Di lain sisi, Sana, gadis Siren itu terlebih dahulu merubah dirinya menjadi Siren. Ia menyelam ke dasar lautan yang begitu gelap. Tujuannya sekarang menemui sahabat-sahabatnya dulu saat ia masih tinggal di dasar lautan ini. Ia mulai menceritakan dari awal bagaimana bisa mereka akan berperang dengan Jessi. Sahabat-sahabatnya begitu terkejut dan tak percaya. Ia mencoba menyakinkan untuk bergabung pada mereka. Dan senangnya dirinya, sahabatnya menyetujuinya. Sama halnya dengan Nayeon, ia sedikit kecewa kaumnya yang lain begitu enggan ikut perang melawan vampire. Itupun sahabatnya hanya 6 Siren. Apa akan berhasil? Tapi, tak apa, ia akan mencobanya.

Jackson, si pria hamadryad itu juga mencoba mencari bantuan dari siapapun. Walaupun sebenarnya hanya dialah hamadryad di hutan liar itu. Ia akan meminta bantuan pada Tzuyu, gadis Onocentaur itu.

"Maaf Jack"

Kata maaf yang lontarkan dari Tzuyu membuat Jackson sudah mengerti alurnya.

"Aku tak ingin mencari masalah dengan Jessi. Kau tahu bukan, kaum kami begitu lemah dari semuanya."

Tzuyu menunduk bersalah karena tak dapat membantu sedikitpun.

"Tidak. Kalian tidak lemah, aku mohon bantu kami Tzuyu"

Tzuyu menggeleng lemah. "Kami tidak bisa Jack, sekali lagi aku minta maaf"

Jackson akhirnya mengerti keadaan Tzuyu. Sejujurnya, Onocentaur memanglah begitu lemah dari semua makhluk. Namun, mereka begitu memiliki hati yang lembut. Makhluk apapun itu, Onocentaur akan membantu makhluk itu jika terluka parah.

Jackson pun pergi meninggalkan kediamannya kaum Onocentaur. Ia kembali berkeliling hutan liar itu mencari siapapun kenalannya yang dapat membantu mereka nanti disaat perang.

Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat seorang pria berdiri dihadapannya seraya melipat tangannya di dada.

"Kau butuh bantuan? Kami siap membantu kalian"

Jackson begitu terkejut. Dia bahkan tak tahu siapa pria itu, tapi pria itu tahu maksud dalam pikirannya.

"Aku adalah Minho, kaum Fairy. Aku adalah pengawal Ratu Fairy dulu. Sekarang aku siap berperang melawan Jessi demi melindungi putri Ratu Fairy" lanjutnya.

Seketika Jackson tersenyum mengangguk.

***
Semuanya sudah berkumpul di rumah besar milik Mark dan saudara-saudaranya itu lagi. Mereka sudah duduk di ruang rapat itu kembali.

"Kami sudah mengumpulkan beberapa, tapi itu belum di bilang banyak." Lapor Mark memulai pembicaraan.

Nayeon mengeluarkan suaranya. "Aku juga sudah mengumpulkan beberapa Veela, tapi hanya 4 Veela saja, mereka adalah kakak-kakak ku" wajahnya menunjukkan kesedihan.

"Gwenchana. Kita pasti bisa mendapatkan yang lebih banyak pengawal" ujar Jinyoung seraya tersenyum lembut.

Nayeon ikut menarik bibirnya melihat senyum pria itu.

Bambam memutar bola matanya malas melihat adegan itu.

"Aku hanya bisa mengumpulkan 6 Siren. Yang lain tak bersedia berperang pada Jessi, mereka takut" ujar Sana.

Mark mengangguk. "Tak apa, kita bisa mencari yang lain. Bagaimana denganmu Jack?" ia beralih menoleh pada Jackson.

Jackson tersenyum bahagia. "Kaum Fairy mau bergabung dengan kita. Mereka ingin melawan Jessi demi Dahyun"

Yugyeom bertepuk tangan dengan girang. "Woah... bagus sekali. Dengan begitu kita mudah melawannya."

Semuanya mengangguk senang. Setidaknya mereka dapat bantuan dari kaum Fairy.

"Oppa!"

Semua mengalihkan pandangan pada Jihyo, gadis vampire itu yang masih berdiri di ambang pintu rapat itu. Jihyo segera berlari mendekati Jinyoung.

"Aku berhasil merayu beberapa pure vampire dan mereka setuju berpihak pada kita"

Mendengar kabar bahagia itu membuat Jinyoung berdiri mengelus kepala adiknya itu dengan lembut. "Bagus Jihyo, kau adalah adik terpintarku"

"Tentu saja. Siapa yang tidak jatuh hati padaku" Jihyo mulai membanggakan dirinya.

Melihat itu Nayeon tersenyum dalam hati. Ia bahkan melihat itu tak merasa cemburu sama sekali seperti kemarin. Yang ada hatinya menghangat melihat kedekatan kedua kakak beradik itu.

"Tapi aku tak jatuh hati padamu sama sekali, bleekk" itu suara Yugyeom, pria itu menjulurkan lidahnya pada Jihyo.

"Aishh... tutup mulutmu" maki Jihyo menatap Yugyeom tajam.

Jaebum menoleh pada Sana. "Sana? Apa kau sudah merayu werewolf itu?"

Sana terdiam. Kepalanya bergerak menggeleng. "Aku takut dengannya" rengeknya.

"Ya! Dia juga bisa menjadi manusia, kenapa kau takut" tegur Nayeon.

"Kalau begitu Nayeon unnie saja yang merayunya"

"Kenapa malah dia?" tanggap Jinyoung yang sepertinya tidak terima.

Nayeon sengaja tak menoleh pada Jinyoung, jantungnya sudah berdetak kencang. Dalam hati ia begitu senang sekali.

Sana mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak mau. Sungguh!"

"Kalau begitu aku saja"

Mereka semua beralih pada Jihyo. Gadis vampire itu mengangguk pasti dengan wajah berbinar. "Aku bisa melakukannya."

"Jihyo-ah itu berbahaya... oppa tak setuju" tolak Jinyoung.

"Gwenchana oppa. Aku bisa!"

jinyoung menggeleng keras. "Sekali tidak, ya tidak!" suaranya mulai menegas membuat Jihyo terdiam.

Sana menghela nafas dengan kasar. "Baiklah. Aku saja"

Dia begitu ke-kakak-an, woah... Nayeon tersenyum kecil melihat itu.

"Nah sekarang bagaiamana selanjutnya hyung—?" ucapan Youngjae terputus saat kepalanya berputar menatap Mark, ternyata pria itu sudah pergi duluan ntah kemana.

***
Pria blonde itu telah menidurkan tubuhnya di sebelah tubuh Dahyun. Gadis berkulit pucat itu sama sekali tak berbeda, tetap enggan membuka matanya dan tubuhnya masih dingin seperti keadaan suhu tubuh Mark sekarang ini. Mark mengelus rambut Dahyun dengan lembut. Sesekali ia mengecup puncak kepala gadis itu. Dadanya begitu ngilu melihat keadaan Dahyun sekarang ini.

"Apa kau tidak lelah tidur terus? Apa kau tak lapar? Apa kau tak merindukanku? Apa kau tak ingin merasakan pelukanku lagi? Ayolah buka matamu, aku sungguh merindukanmu"

Ia benar-benar seperti berbicara dengan nyawa yang masih hidup, miris sekali. Bahkan rasanya ia tak rela menguburkan mayat cantik itu. Ia yakin seratus persen Dahyun masih bisa hidup lagi.

Tangannya bergerak menggenggam tangan Dahyun. Jari-jari Dahyun ia satukan ke dalam jari-jarinya. Lalu ia mengecup tangan itu dengan lembut. Cukup lama ia mengecup tangan itu seraya meresapinya.

"Aku sungguh mencintaimu"

Perlahan ia mulai mendekati wajahnya pada wajah gadis manis itu. Ia berhenti saat hidung mereka bersentuhan. Pria blonde itu mengamati wajah pucat Dahyun. Lalu ia memiringkan wajahnya. Mengecup bibir gadis itu beberapa saat. Bahkan air matanya sudah jatuh mengenai pipi Dahyun.

"Bangunlah, jangan biarkan aku bersedih"

Mark menghapus air matanya yang jatuh mengenai pipi Dahyun. Jarinya bergerak mengelus pipi mulus Dahyun.

"Aku harus pergi berperang melawan Jessi demi dirimu. Jika aku menang, aku berjanji akan menjadikanmu Ratu-ku"

Mark kembali mengecup bibir mungil Dahyun. Hanya sebentar, lalu dia beranjak dari tidurnya. Dengan perasaan yang sangat berat, ia meninggalkan kamarnya dengan arti meninggalkan Dahyun sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus pergi mencari pasukan-pasukan lagi agar dapat mengalahkan Jessi, si wanita vampire yang begitu jahat.

***
Jessi sudah mengetahui hal ini. Dia bahkan yang mulai mengibarkan bendera perang pada Mark, si Prince Vampire itu. Ia tak bodoh mengetahui bahwa Mark kekurangan pasukan. Berita itu sudah menyebar dan sampai ke kupingnya. Tentu saja ia begitu senang, dengan begitu ia dengan mudah mengalahkan si Prince Vampire itu. Pasukannya bahkan yang lebih banyak dari mereka, itu pasti. Dengan bantuan para penyihir, para Alkonost, dan vampire-vampire jahat dia pasti akan menang. Apalagi jumlah mereka tak lah sedikit, melainkan beribu-ribu.

Jessi tersenyum sinis melihat Mark dan saudara-saudaranya berjalan mengelilingi hutan liar itu dengan air sucinya.

"Peperangan akan dimulai Prince Vampire. Kita lihat siapa yang akan menang. HAHAHAAA..." tawa itu meledak dengan keras.

***
Sana menarik nafasnya dengan perlahan lalu menghembuskannya dengan kasar. Jantungnya sudah berdetak dengan kencang. Kakinya begitu ragu melangkah memasuki kawasan para kaum Werewolf. Ia berusaha menelan salivanya saat mendengar aungan dari beberapa werewolf. Ia begitu takut dengan kaum werewolf, selain karena mereka mengerikan, kaum werewolf juga bisa memakannya.

"Hai..!"

"AH!"

Sana terkejut mendengar sapaan itu. Jantungnya bahkan semakin berdetak dengan kencang.

Seorang pria tersenyum manis pada Sana. Ia memandang Sana tanpa berkedip sekalipun. Jujur ia begitu menganggumi kecantikan Sana yang luar biasa, dan mungkin ia sudah tergila-gila dengan gadis Siren ini.

"Ehem.." Sana mencoba berdehem menyadarkan pria itu dari lamunanya.

Pria itu akhirnya berkedip. Matanya menyipit, bibirnya tertarik. "Ada apa kau datang kesini?"

Sana mencoba membasahi bibirnya agar ia tak gugup. "Apa... aku bisa meminta bantuanmu"

Pria itu mengangguk cepat. "Tentu saja, kalau untukmu selalu siap"

"Sebentar lagi kami akan berperang. Apa kaum mu mau membantu kami?"

Pria itu mengernyit. "Dengan siapa kalian akan berperang?"

"Jessi"

Setelah menyebut nama itu, pria itu membulatkan matanya tak percaya. "Wanita vampire jahat itu?"

Sana mengangguk. "Iya, kami akan berperang melawan Jessi dengan pasukannya. Tapi kami kekurangan pasukan. Apa kaum mu mau bergabung dengan kami?"

"Siapa saja di pihakmu?"

Sana meneguk ludahnya, bibirnya begitu ragu menyebut kaum vampire. "Prince Vampire"

"Heol!"

Sana terdiam menunggu ucapan pria itu.

"Bagaimana aku bisa membantumu? Kau berpihak pada Prince Vampire itu padahal kami bermusuhan dengan kaum mereka"

Sana mendongak menatap mata pria itu. "Tapi mereka baik. Mereka berbeda dengan Jessi. Percayalah padaku, tolong bantu kami. Aku begitu memohon"

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Sepertinya kaum-ku tak bisa"

Sana menjatukan tubuhnya dihadapan pria itu. "Tolong bantu aku Mingyu. Aku akan melakukan apa saja jika kau membantuku"

Pria bernama Mingyu itu terkejut dengan apa yang dilakukan Sana. Ia menarik tubuh gadis Siren itu kembali berdiri. Tangannya masih setia memegang kedua pundak Sana.

"Apa kau yakin, kalau mereka tak akan mencelakai kami?"

Sana mengangguk antusias. "Aku begitu yakin. Mereka bahkan ingin berdamai"

Pria werewolf itu tersenyum. "Baiklah. Kami juga memiliki dendam pada Jessi. Aku akan mencoba mengatakannya pada saudara-saudaraku"

"Jinjjayo?"

Mingyu mengangguk beberapa kali. Melihat itu spontan Sana berteriak kegirangan memeluk Mingyu.

"Gomawo Mingyu"

***
Di ruangan bernuansa terang itu dengan bantuan sinar matahari. Terdapatlah seorang gadis pucat yang masih setia menutup matanya. Sebuah suara berasal dari kalung itu, kalung itu bersinar dan terkadang sinarnya hilang.

***
Sudah 2 hari berlalu. Mereka semua telah mengumpulkan pasukan. Perasaan mereka sedikit kecewa. Pasukan mereka tidak juga banyak. 15 Pure Vampire, 4 Veela, 6 Siren, 10 Fairy, dan 5 werewolf. Oh ayolah itu pasti akan kalah telak dibandingkan dengan pasukan Jessi.

"Kita akan kalah" desis Yugyeom.

"Tidak! Jika kita akan bersungguh-sungguh, kita pasti menang" sanggah Jaebum.

"Bagaimana kalau kita kalah hyung?" tanya Bambam sedikit ragu pada Mark.

"Tidak akan. Kita pasti bisa. Aku yakin kita bisa." Tegas Mark.

"Jack, apa kau yakin kaum Onocentaur tak ingin bergabung?" tanya Mark pada Jackson.

Jackson menggeleng lemah. "Mereka tak mau hyung"

"Kata siapa?"

Pandangan mereka langsung beralih pada suara itu. Disana telah berdiri Tzuyu dengan beberapa kaumnya yang lainnya dan jangan lupa tubuh mereka masih berupa keledai.

"Kami siap membantu kalian."

Mereka tersenyum mendengarnya.

"Kami akan memanah dari jarak jauh." Lanjut Tzuyu yang diangguki kaumnya dari belakang.

"Baiklah. Karena semua kita sudah berkumpul. Kita akan membicarakan semuanya"

Mereka semua memulai kembali rapatnya. Semua telah berada disana, dimulai dari pure vampire, kaum Siren, kaum Veela, kaum Onocentaur, kaum Fairy, dan werewolf. Mark begitu serius memberitahu bagaimana saat nanti berperang. Mengetahui gerak-gerik Jessi jika melakukan peperangan. Mencari kelemahan-kelemahan para vampire-vampire jahat, penyihir-penyihir dan para Alkonost. Dan jangan lupa ia juga membagi tugas masing-masing.

"Kami akan melawan para penyihir. Kami begitu kebal akan sihir" tanggap Mingyu.

Mark mengangguk tersenyum. "Bagus."

"Kami akan memanah para Alkonost yang mencoba terbang." Tanggap Tzuyu lagi.

"Kami, kaum Veela akan mencoba merubah diri menjadi serigala" tanggap Nayeon lagi.

"Sebagian dari kami mencoba menyanyi nyanyian merdu untuk menghipnotis pria-pria vampire itu" lanjut Sana.

"Kami akan menyihir sebagian para vampire jahat itu" tanggap Minho, si pria Fairy.

"Dan kami... akan mencoba melawan vampire-vampire itu dengan tangan kekar kami ini." Ujar Hanbin, si pria pure vampire itu. Lalu ia bertos ria pada Bobby, sahabatnya itu.

Mark begitu senang mendengarnya. Setidaknya timnya bekerja sama dan menyetujui pendapatnya. Sekarang ia hanya berdoa dan berharap mereka pasti memenangkan perang ini.

Aku akan menang sayang. Bersabarlah.

***
Hingga hari esok telah terjadi. Sebelum perang dimulai Mark membawa tubuh Dahyun ke kerajaan, menemui ayahnya.

"Ayah, aku minta kau menjaganya" tanpa menoleh Mark tetap menggenggam tangan dingin Dahyun.

Raja Jisoo menepuk pundak anaknya itu beberapa kali. "Tenang saja putraku. Aku akan menjaganya untukmu. Aku tak akan membiarkan siapapun menyentuhnya apalagi kaum Jessi."

"Ak—aku begitu mencintainya ayah"

Kata itu begitu tulus keluar dari mulut Mark. Bahkan air matanya sudah jatuh kembali. Sungguh dia memang pria yang cengeng jika sudah melihat wajah pucat Dahyun.

"Oh ayolah anakku. Jangan bersedih begitu. Kau harus menang melawan Jessi, baru kau bisa menangis" ujar Raja Jisoo mencoba menghibur Mark.

Mark bangkit berdiri. Ia menghadap Raja Jisoo. Raja Jisoo kembali menepuk pundak Mark seraya tersenyum menyakinkan.

"Ayah!" Mark berlari memeluk pria tua itu begitu erat.

Raja Jisoo awalnya begitu terkejut dengan perlakukan Mark. Sudah beratus tahun anaknya itu tak memeluknya seperti ini, bahkan ia lupa kapan terakhir kali Mark memeluk tubuhnya yang sudah mulai rapuh ini.

"Kau persis seperti Mark dulu" gumam Raja Jisoo membalas pelukan Mark.

'Hyung! Perang akan dimulai, segera kembalilah!' telepaty itu dari Jinyoung.

Mark melepaskan pelukannya. "Aku harus kembali ayah."

***
Nayeon tercengang melihat apa yang ada di depannya sekarang. Tak bisa di percaya bahwa begitu banyak pasukan Jessi. Bahkan mungkin mereka akan kalah telak. Para Alkonost begitu banyak. Para penyihir yang memang hanya beberapa tapi jangan remehkan kekuatan penyihir itu. Vampire-vampire jahat yang beratus-ratus. Dan jangan lupa Ceberus yang sudah berdiri di depan Jessi sebagai pengendaranya.

Bambam melihat air liur ceberus itu berjatuhan membuat ia bergidik ngeri dan ingin muntah. Inilah masalahnya jika ia berhubungan dengan para werewolf ataupun anjing yang berliur. Dia benci dengan kejorokan itu menjijikkan.

Jessi tersenyum sinis melihat pasukan Mark yang begitu sedikit. "Masih berani datang dengan pasukanmu yang sedikit itu Prince Vampire?"

Mark membalas senyuman itu. "Tentu. Kami tidak kalah denganmu" ujarnya yakin.

"Aku begitu bingung, kenapa kau begitu melindungi gadis itu? Serahkan saja dia padaku, urusan akan selesai" Jessi kembali bersuara dengan santai.

Mark sudah menggeram mendengarnya, ia mencoba menenangkan dirinya. "Apa aku begitu bodoh sepertimu. Itu tak akan"

Ceberus menggeram. "Rrggh..."

Jessi sukses marah dan kesal dikatakan 'bodoh'. "SERANG!"

Teriakan itu bersamaan memundurkan langkah Ceberus kebelakang membawa Jessi paling belakang untuk mengamati perang itu. Para pasukannya maju duluan dan langsung menyerbu pasukan Mark.

"SERANG!"

Pasukan Mark langsung ikut berlari saat Mark meneriaki aba-abanya, mereka menyerang para vampire-vampire jahat itu. Mark menganggukkan kepalanya pada saudara-saudaranya agar maju. Di belakang sana, kaum Onocentaur memanah kaum Alkonost yang muali berterbangan. Jangan salahkan keahlihan Onocentaur dalam masalah memanah, mereka begitu pintar memanah dan selalu mengenai sasaran. Lihatlah para Alkonost sebagian sudah mulai berjatuan dan mati. Kaum Werewolf langsung menyerang kaum penyihir, disaat kaum penyihir ingin menyihir pasukan mereka, mereka langsung menggigit penyihir itu hingga kepalanya putus. Kaum Fairy mencoba menyihir sebagian vampire-vampire jahat dengan kekuatan yang mereka punya. Veela yang merubah diri mereka menjadi serigala begitupun Nayeon, sasaran gadis itu sekarang vampire-vampire jahat itu. Siren, sebagian dari mereka bernyanyi dengan merdu meracuni otak-otak pria vampire-vampire jahat itu dan sebagian dari mereka mencoba menghajar dan menyihir, Sana termasuk dalam menghajar para kaum vampire itu, jangan salahkan kekuata Siren jika mereka sedang marah, ya Sana sekarang sedang marah, bahkan marah besar melihat tawa jelek Jessi itu.

Mark dan saudara-saudaranya mencoba melawan beratus vampire-vampire jahat itu. Jinyoung berlari cepat saat melihat salah satu vampire jahat itu mencekik Jackson.

Krek!

Jinyoung berhasil mematahkan leher vampire jahat itu yang mencekik leher Jackson. Jinyoung langsung membantu Jackson. Mereka kembali berperang saat vampire-vampire jahat itu mulai marah melihat teman mereka mati di bunuh Jinyoung.

"Disini bodoh" tepat saat mengucapkan itu, Youngjae langsung mematahkan salah satu kepala vampire yang baru saja ia mainkan.

Bambam menatap jijik salah satu vampire yang begitu jorok untuk Bambam. Bagaimana ia tak jijik, air liur vampire itu berkeluaran ditambah lagi vampire itu melap air liurnya ke tangannya.

"Rrgghhh..." pada saat vampire itu memegang tangan Bambam, spontan Bambam terkejut.

"AAAH!! Kau menjijikkan" ia langsung menaiki tubuh vampire itu lalu mematahkan lehernya begitu saja.

Bambam menggerakan tangannya mencoba menghilangkan air liur vampire itu yang menjijikkan.

Jaebum begitu gigih memukuli vampire-vampire itu, ia juga sudah 3 kali mematahkan leher vampire-vampire jahat itu. Sama halnya dengan Yugyeom, ia begitu lincah memainkan para vampire jahat itu, untung saja sifatnya jahil, jadi ia dapat sekalian menjahili para vampire jahat itu dengan cara mengerjai vampire-vampire itu yang enggak-enggak.

Mata Mark sudah berubah menjadi merah darah, taringnya yang begitu tajam pun sudah keluar. Larinya begitu cepat membunuh satu persatu vampire-vampire jahat itu. Ia begitu lincah dan cepat. Hingga membuat Jessi sedikit ketakutan, Mark hampir mendekati keberadaannya.

Nayeon yang mengubah dirinya menjadi serigala mencoba menggigit salah satu vampire itu, mencakar vampire itu dengan keras. Tapi tiba-tiba saja ada satu vampire lain mencampakkannya lalu memukulnya begitu keras. Jinyoung menangkap tubuh Nayeon terus di pukulin, ia begitu marah. Ia berlari cepat, mematahkan kepala vampire itu dari belakang.

"Nayeon-ah? Kau baik-baik saja?" Jinyoung membantu Nayeon berdiri. Gadis itu telah berubah menjadi manusia. Ia memegang perutnya yang begitu sakit.

"Aku tak apa" sanggahnya padahal perutnya begitu sakit.

Mereka kembali berperang. Walaupun Jinyoung khawatir melihat keadaan Nayeon, gadis Veela itu sudah mulai melemah.

Tak ada kata berhenti dalam peperangan itu. Semuanya berlanjut. Pasukan Jessi sudah mulai berkurang. Para Alkonost sudah mati semua karena panah dari kaum Onocentaur. Kaum penyihir tinggalah beberapa, para werewolf yang hanya sedikit begitu lincah membunuh penyihir-penyihir itu. Vampire-vampire jahat itupun mulai berkurang. Berbeda dengan pasukan Mark, tak ada yang mati tapi mereka semua mulai lemah dan kelelahan.

Sana, gadis Siren itu sudah terluka parah. Tubuhnya sudah di cakar habis para vampire itu. Ia tertidur lemas, tubuhnya sudah susah bangun. Tapi ia berusaha membangunkan dirinya. Saat ia berhasil menduduki dirinya, tiba-tiba sebuah sepatu berdiri dihadapannya. Kepalanya mendongak, matanya langsung membulat saat salah satu vampire jahat itu mencekiknya hingga kakinya tak menapak lagi di tanah. Ia sudah kebahisan nafas, vampire itu bahkan tak memberikannya sedikit bernafas. Kakinya berontak agar di turunkan, namun vampire itu semakin mencekiknya. Jackson, pria hamadryad itu melihat itu langsung marah. Dia berlari dengan kecepatan yang ia punya kearah vampire jahat itu.

"YAA!!"

Sedetik itupun seluruh akar pohon besar bergerak menarik vampire jahat itu, lalu mencampakkan tubuh vampire itu hingga mati tak berdaya.

Perang itu sebentar terhenti karena melihat akar pohon-pohon itu bergerak melawan beberapa pasukan Jessi. Semuanya terkejut, siapa yang tahu ternyata Jackson bisa mengendalikan semua pohon-pohon jika ia sudah marah, bahkan mata Jackson sudah berubah menjadi hijau.

Bambam berkesempatan memutuskan kepala vampire yang sedang saat ini dilawannya.

Krek!

Ia tersenyum senang dan menepuk-nepuk tangannya.

Sana tercengang melihat kekuatan Jackson yang sebenarnya. Ia berpikir Hamadryad taklah sehebat dirinya, namun ia salah besar. Bahkan akar-akar pohon itu begitu banyak membunuh vampire-vampire jahat itu. Ia kembali berdiri, saat ada vampire mendekatinya. Bibirnya tertarik menjadi senyuman. Ditariknya nafasnya dengan dalam.

"...penggalah kepalamu sendiri.. lalalaa..."

Seketika kemudian vampire itu terhipnotis dengan suara indah Sana. Ia mengikuti perintah Sana, memenggal kepalanya sendiri dengan kekuatannya.

Jaebum membulatkan matanya saat salah satu vampire mencekik Jinyoung. Dengan cepat ia berlari, memukuli vampire itu terus menerus. Jinyoung terduduk tidak berdaya lagi, ia begitu lemas. Saat Jaebum asik memukuli vampire itu, vampire jahat lainnya datang menendang Jaebum hingga terjatuh jauh. Vampire jahat itu berjalan mendekati Jaebum, tapi untung sekali Youngjae datang tepat waktu, memenggal kepala vampire itu dari belakang.

Tapi tiba-tiba saja ada vampire jahat lain menendang Youngjae hingga membuat pria itu ikut terjatuh begitu keras. Bambam datang membantu, dan lagi ada vampire jahat lain memukul Bambam hingga pria berwajah imut itu terlemas dan tak berdaya lagi. Yugyeom melihat Bambam sudah tertidur tak berdaya lagi begitu marah. Ia mengejar vampire itu, memukul vampire itu terus menerus karena telah berani melukai Bambam, saudaranya. Tapi vampire jahat lainnya datang memukuli Yugyeom, memukuli Yugyeom hingga tubuhnya melemas.

Jackson mengarahkan akar pohon itu memukuli vampire-vampire jahat itu. Namun tiba-tiba saja ada satu penyihir, menyihir pria itu menjadi terjatuh dan lemah seketika. Akar pohon itu seketika berhenti dan tak bekerja lagi.

Mark memandang saudara-saudaranya yang sudah terjatuh lemas. Matanya sudah memanas melihat keadaan saudara-saudaranya itu termasuk Jackson. Hanya tinggal dia dan beberapa Onocentaur. Para Fairy, Siren, Veela, dan Werewolf sudah tampak lemah dan lemas. Mendadak ia merasakan kekalahan pada timnya.

Ia menghadap kedepan. Melihat tawa jahat Jessi di depan sana membuat ia begitu marah. Kakinya berjalan dan mulai berlari dengan cepat menerobos dan membunuh satu persatu vampire-vampire jahat itu yang mencoba menghalanginya.

Dan berhasil ia telah berdiri tak jauh keberadaan Jessi. Bibirnya tertarik menjadi senyum sinis. Kakinya kembali berlari mendekati wanita vampire jahat itu. Namun tiba-tiba saja dua vampire memukulnya dari belakang, tak membiarkannya sedikitpun bergerak. Tubuhnya sudah terlemas di tanah itu. Tendangan demi tendangan di tujukan pada perut Mark. Mark sudah merasa tak tahan lagi, ia begitu kesakitan tapi ia mencoba menduduki dirinya, tapi vampire-vampire jahat itu menendang wajah Mark hingga membuat pria blonde itu kembali tertidur.

***
Disana, di sebuah kerajaan. Gadis pucat itu masih setia menutup matanya. Bahkan sekarang pria yang begitu ia cintai sedang bertaruh nyawa, ia masih enggan membuka matanya juga.

"Dahyun-ah? Kau tahu bukan ini adalah ulang tahunmu yang ke 20 tahun sebagai manusia!!"

Dahyun mengernyit mendengar seruan girang itu dari wanita cantik dihadapannya sekarang juga.

"Astaga... ibu terlalu girang" ujarnya tanpa sadar.

"IBU?" ia kembali menatap wanita itu.

Wanita itu tersenyum lembut. "Aku adalah ibumu Dahyun. Selamat atas ulang tahunmu yang ke-20 tahun sebagai manusia. Itu artinya kutukanmu telah hilang sayang"

Raut Wajah Dahyun terganti menjadi sedih. Ia langsung berlari ke hamburan pelukan wanita itu. "Ibu, aku begitu merindukanmu"

Wanita itu membalas pelukan Dahyun begitu erat. "Ibu juga. Sekarang bangunlah, kutukanmu sudah hilang. Kau bebas sekarang!! Pergilah, bantulah dia, pria yang kau cintai sedang bertaruh nyawa"

"IBU?!!"

Wanita itu langsung hilang dari pandangan Dahyun. Dahyun sama sekali tak mengerti arti maksud wanita itu mengenai kutukan itu.


Kalung berliontin kupu-kupu hitam itu tiba-tiba saja bersinar terang dan bergerak-gerak kecil dengan sendirinya.

Tubuh gadis itu mendadak bertambah putih menjadi begitu pucat. Bibir Dahyun yang tadinya berwarna pucat seperti orang mati dasarnya berubah menjadi merah cherry. Kulit gadis itu mulai menerang seperti pada dasarnya manusia yang telah hidup kembali. Rambutnya kembali berwarna lebih terang, dengan kecoklatan. Tapi dada Dahyun tak juga menaik turun menandakan hidupnya kembali gadis itu.

Sedetik kemudian. Mata gadis berkulit pucat itu terbuka lebar. Bukan berwarna hitam seperti biasa, melainkan merah darah seperti mata vampire.

***
TBC...

Alkonost : Makhluk yang berkepala manusia tapi berbadan burung yang begitu besar.

King & Queen Vampires ✔Where stories live. Discover now