[2] Maybe I fell in love with him

2.4K 232 4
                                    

Detik berikutnya itu membelakakkan matanya melihat dua gadis cantik. Bukan, ia bukan terpana melainkan terkejut kedatangan dua gadis cantik itu. Gadis cantik itu bukanlah manusia biasa. Salah satu gadis yang memiliki rambut hitam sebahu itu adalah Veela dan satu gadis yang memiliki rambut panjang berwarna blonde itu adalah Siren!

Siren! Yang selalu ia hindari. Berani sekali ia memasuki hutan liar ini.


***
'Hyung.. Veela dan Siren menuju rumahmu sekarang!'

Mark dapat mendengar telepaty dari Jackson. 'Terimakasih infonya Jack' balas Mark lalu ia memutuskan telepaty-nya.

"Jinyoung cepat lihat, siapa yang akan datang" pintah Mark yang masih menggendong Dahyun.

Jinyoung mengangguk. Kemudian ia menatap kearah hutan liar. Dengan kekuatan yang ia punya. Ia menajamkan penglihatannya. Lalu ia mengedarkan pandangannya keseluruh hutan itu, hingga ia mendapatkan dua sosok gadis cantik mulai berjalan kearah rumah mereka.

"Hyung, ada dua gadis menuju rumah kita" lapor Jinyoung menoleh pada Mark.

Ternyata info Jackson benar. Mark beralih menatap Youngjae. "Youngjae tolong cepat tutup gerbang dan pintu sebelum dua gadis itu tau rumah ini" pinta Mark pada jaebum.

Youngjae mengangguk mengerti. Dengan cepat ia berlari menggunakan kekuataanya.

"Jaebum, cepat hilangkan rumah ini dari pandangan mereka" pintah Mark lagi.

Jaebum mengangguk, ia ikut berlari menghampiri Youngjae.

"Dan kalian berdua.." Mark bergantian memandangi kedua maknae nakal itu.

"Kalian alihkan pandangan kedua gadis itu"

Bambam dan Yugyeom serentak mengangguk pasti. Lalu keduanya berlari keluar rumah, melakukan yang telah di pintahkan Mark.

Tinggalah Mark yang masih setia menggendong Dahyun dengan Jinyoung. "Hyung, siapa mereka berdua? Kenapa hyung tampak panik?" tanya Jinyoung.

"ini bukan saatnya menjelaskan. Aku harus membawa gadis ini ke kamar ku dulu" jawab Mark.

Lalu pria blonde itu berlari membawa Dahyun ke kamarnya meninggalkan Jinyoung.

"Kau akan aman disini. Aku akan kembali jika kedua gadis itu telah pergi" ujar Mark setelah meletakkan tubuh Dahyun ke tempat tidurnya.

Saat Mark berbalik lagi, tangannya di tahan Dahyun.

"Kau mau kemana? Temani aku disini"

Tiba-tiba saja ada daya tarik mengiyakan ucapan Dahyun. Ia akhirnya membaringkan tubuhnya di sebelah gadis itu. Padahal tadi ia berniat membantu saudara-saudaranya tapi entah kenapa hanya keinginan gadis ini, ia malah menurut seperti anjing manis.

"Aku menyukai wangimu ini" gumam Dahyun sambil memeluk Mark.

Mark hanya pasrah, tangannya bergerak mengelus punggung gadis itu agar tidur dengan cepat.

***
"Nayeon unnie kau yakin Dahyun ada disini?"

Gadis berambut hitam sebahu itu mengangguk yakin. "Aku yakin Sana. Dahyun berlari meninggalkan rumah, kau tahu kan, jika kita keluar rumah, kita akan menapak di hutan liar ini"

Gadis berambut blonde itu mengangguk. "Ya, tapi aku begitu takut unnie. Kita sudah memasuki wilayah vampire. Bagaimana mereka tau keberadaan kita" cicit Sana semakin mendekatkan tubuhnya pada Nayeon.

"Aku juga takut Sana. Tapi ini juga demi mencari Dahyun. Kita harus menemukannya sebelum tejadi sesuatu dengannya" ujar Nayeon.

Sana mengangguk mengerti. Walaupun ia masih takut. Firasatnya mengatakan ada yang memperhatikan mereka sedari tadi. Hal itu membuat langkah Sana mendadak berhenti, membuat Nayeon ikut berhenti lalu menatap Sana bingung.

"Ada apa?"

"Unnie, aku merasa seseorang sedang memperhatikan kita" cicit Sana mulai semakin takut.

"Ya, jangan menakutiku juga. Tidak ada itu, pasti hanya perasaanmu saja" elak Nayeon mencoba mengumpulkan keberaniannya walaupun ia juga takut.

Firasaat Sana memang benar. Jackson si pria Hamadryad itu sedang mengikuti mereka sedari tadi dengan cara bersembunyi diantara pohon-pohonnya. Ia terus mengikuti gadis itu lalu memberikan infonya pada Mark.

Tuk..

Kedua gadis itu sontak menoleh kearah suara batu yang baru saja di lemparkan mengenai kaki mereka.

"I—ini siapa yang melakukan?" tanya Sana terbata-bata.

Nayeon menarik nafasnya dalam. "Berhenti ketakutan Sana. Ingat kau Siren, kau kuat. Bukankah kau biasanya tinggal di dalam laut yang gelap gulita, lalu kenapa sekarang kau takut"

"Ini berbeda Unnie, aku memang sudah biasa dengan kegelapan, tapi ini hutan liar. Aku takut vampire-vampire itu mengetahui kita" balas Sana.

"Itu tak ada. Hilangkan pikiran burukmu itu. Mereka tak akan tau itu"

Sana mengangguk menyakinkan perasaannya. Mereka berdua pun kembali berjalan sambil mengedarkan pandangan mencari keberadaan Dahyun. Sebenarnya mereka bisa saja berteriak memanggil nama Dahyun, namun mereka masih tahu tempat. Jika mereka teriak bisa saja mereka mati karena vampire-vampire mendengarnya.

Tanpa mereka tahu diatas pohon yang menjulang tinggi, Bambam berdiri layaknya kapten bajak laut yang setia memperhatikan mereka.

'Yugyeom, lempar lagi batu itu'

Yugyeom yang juga berdiri di atas pohon tinggi di seberang sana mengangguk mendengar pintah Bambam lewat telepaty yang pria itu kirim. Dengan kekuatan yang ia miliki, hanya menjulurkan tangannya ke tanah lalu terbanglah batu-batu itu dan langsung ia tangkap di genggamannya.

Tuk..

"AAH Unnie!!" jerit Sana saat batu krikil kembali mengenai kakinya.

"Sana-ya jangan menjerit, kita bisa ketahuan vampire-vampire itu"

"Mianhe unnie, aku sungguh terkejut. Siapa yang melempar batu ini" ujar Sana kemudian ia mengedarkan pandangannya tapi tak ada seorangpun yang ia lihat.

"Sudahlah mari kita lanjutkan" tarik Nayeon memimpin jalan.

Bambam melihat itu tertawa kecil. "Kenapa aku merasa Veela dan Siren itu lemah. Ck ck ck" decaknya.

Yugyeom kembali melompat ke pohon lain mendekati tempat gadis itu. Bambam yang akan melompat juga terhenti begitu saja saat melihat Jackson mulai bergerak dengan tubuhnya yang mirip dengan pohon.

Untuk apa si pria pohon ini ikutan

Tiba-tiba saja sebuah ide jahil merasuki otaknya. Ia tersenyum penuh arti. Perlahan ia turun dari pohon itu. Lalu ia mulai melangkah mengikuti Jackson dari belakang.

"Apa kau penguntit?"

"Kamjagiya!"

Bambam hanya menatap Jackson tak suka sambil melipat tangannya ke dada.

"Ya! Bocah nakal kenapa kau membuatku terkejut!" marah Jackson, dengan cekat ia menjawir telinga Bambam.

Bambam meringis. "Ya! Pria pohon lepaskan!" ringis Bambam seraya melepaskan tangan Jackson.

Jackson akhirnya melepaskannya. "Ya! Bocah nakal, sudah ku beritahu jangan mengatakanku pria pohon"

Bambam malah meniru mulut Jackson yang bergerak lebih tepatnya mengejek. "Oh begitu pria pohon"

Jackson terpancing. Ia menatap Bambam tajam. "Noe!"

Bambam yang tau selanjutnya, langsung saja ia berlari lalu melompat ke pohon-pohon lainnya sebelum pria pohon itu mengeluarkan kekuatannya.

***
Nayeon dan Sana membelakakkan matanya. Lalu sedetik kemudian mereka saling berpandangan.

"Ini tak salahkan? Bukankah seharusnya disini tadi ada rumah besar dan mewah? Tapi kenapa yang ada tanah kosong begitu besar" ujar Nayeon dengan kekagetannya.

Sama halnya dengan Sana, ia juga tak tahu. "Kemana rumah itu? Kita benarkan unnie. Bukankah tadi kita melihat rumah besar disini? Tapi kenapa bisa menghilang begitu saja"

Nayeon tampak berpikir. Tiba-tiba saja ia menggeram marah. "Sepertinya kita di permainkan vampire-vampire itu."

Sana menoleh, menatap Nayeon bingung. "Maksud unnie?"

"Tunggu sebentar, aku akan menajamkan mataku. Bisa saja mereka sengaja menghilangkan rumah itu karena tau kedatangan kita" jelas Nayeon.

Sana mengangguk beberapa kali. Ia pun memundurkan langkahnya membiarkan Nayeon memfokuskan dirinya sendiri.

Nayeon mulai menajamkan matanya. Dan dapat, gadis itu langsung tersenyum senang. Ternyata benar dugaannya rumah itu di sengajain terlihat transparan. Ia kembali menoleh kearah Sana.

"Ternyata benar, mereka menghilangkan rumah itu. Sekarang giliranmu Sana, tunjukkan wujud rumah itu kembali" pintah Nayeon.

Sana mengangguk mengerti. Ia memandang tanah kosong itu. Dengan kekuatan yang ia punya, ia mulai membuat rumah itu kembali terwujud. Melihat itu Nayeon tersenyum senang.

"Woah daebak.. besar sekali rumahnya" kagum Sana setelah melihat wujud rumah itu kembali.

Nayeon juga terpana dengan rumah besar dan mewah itu. "Sepertinya rumah ini milik vampire-vampire itu"

Sana mengangguk membenarkan ucapan Nayeon. "Mari kita masuk" tarik Nayeon.

Disisi lain Yugyeom yang melihatnya terkejut. Segera ia mengirim telepaty-nya pada saudara-saudaranya.

'Hyung mereka berhasil masuk. Ini gawat'

***
"Sepertinya kalian pintar juga masuk ke dalam rumah ini"

Tubuh Sana langsung bergetar melihat 3 vampire telah berdiri di depan mereka. Nayeon menelan air liurnya, ia menarik nafasnya dalam-dalam.

"Ya! Kembalikan Dahyun!" pinta Nayeon.

Jaebum menarik alisnya satu. "Siapa Dahyun?" tanyanya memandang Youngjae dan Jinyoung bergantian. Mereka berdua hanya mengedikkan bahunya tak tahu.

"Dia gadis cantik yang kalian bawa tadi" jawab Sana.

"Cih.. dasar Siren yang selalu sok tau" senggah Youngjae.

Mendengar itu Sana marah. "Kau tak tahu kekuatanku? Aku bisa merasakannya"

Jinyoung tertawa renyah. "Lalu kami bisa mempercayainya?"

Sana menjadi emosi seketika karena tawaan mengejek itu. Tiba-tiba saja ia menyanyi dengan suara indahnya.

"Lalala... berhentilah kau tertawa pria vampire... lalala..."

Seperti sihir, seketika Jinyoung berhenti tertawa terpana dengan suara indah Sana.

'Sial, Siren itu mengeluarkan suaranya dan telah mempengaruhi Jinyoung'

Mark yang sedari tadi menjaga Dahyun mendengar telepaty yang di kirimkan Jaebum terbangun dari tidurnya.

'Kedua gadis itu dimana sekarang?' tanya Mark.

'Mereka telah berhasil memasuki gerbang. Kami berlima disini sedang mencegah mereka' balas Bambam.

'Dasar bocah nakal, aku juga disini!!' ketus Jackson.

'ya ya ya... tambah si pria pohon ini ikutan' lanjut Bambam malas.

'Aku akan turun' setelah itu Mark memutuskan telepaty-nya.

Sebelum ia berlari, ia melirik Dahyun. Gadis itu masih terlelap dengan alam mimpinya. Ia bernafas lega, akhirnya gadis itu tertidur juga. Segera ia berlari turun ke bawah.

***
"Ayolah kalian semua. Kalian laki-laki kenapa harus seperti ini, kalian ingin menyakiti perempuan?" ujar Nayeon kesal.

Pasalnya pria-pria vampire itu bertambah dua dan lagi ada hamadryad yang ikut-ikutan menghalangi mereka memasuki rumah mewah itu.

"Untuk apa kalian masuk ke dalam. Kalian tahukan ini rumah vampire, apa kalian ingin cari mati?" balas Jaebum menatap mereka satu persatu tajam.

"Kami sungguh tahu. Maka dari itu kami ingin masuk mencari Dahyun" ujar Sana.

"Dahyun tak ada disini. Jadi tolong kalian pergi secepatnya sebelum kami kelaparan" tukas Youngjae.

"Dan kau juga Siren, jangan pernah kembali sebelum aku mengikat kaki palsumu dengan akar pohonku" peringat Jackson menatap Sana tajam.

Sana menggeram marah. Ia menatap satu persatu pria-pria itu. Kemudian menarik nafasnya dalam.

"Lal—"

"Tutup mulutmu"

Sedetik kemudian mulut Sana terkunci, ia bahkan tak bisa membuka mulutnya setelah Mark mengeluarkan mantranya.

Melihat itu Jinyoung tertawa puas dan senang.

"Rasakan itu. Untung saja Mark hyung cepat datang. Kalau tidak kami semua bisa terpana dengan suaranya, kami tidak mau bodoh seperti Jinyoung hyung"

Jinyoung terdiam. Ia melirik Bambam tajam. Bambam hanya menunjukkan sederet giginya.

"Ya! Apa yang kau lakukan dengan Sana!" teriak Nayeon marah.

"Aku hanya mengunci mulutnya sementara" jawab Mark santai.

Nayeon mendengar itu semakin marah. Ia menatap Mark lama.

Mark yang tau tatapan itu kembali menatap Nayeon tajam. "Kau ingin ku buat tidur?" tanya Mark dengan seringainya.

Mendengar itu Nayeon cepat memalingkan wajahnya, sebelum Mark benar-benar melakukan hal itu.

"Sekarang jelaskan, untuk apa kalian masuk ke wilayah vampire?"

Nayeon kembali menatap Mark. "Aku akan menjawabnya jika kau menghilangkan mantramu pada Sana"

"Baiklah aku akan menghilangkannya. Tapi dengan satu syarat, ia tak boleh bernyanyi untuk mengelabui kami"

Sana langsung mengangguk antusias.

Mark menatap Sana. "Terbukalah"

Setelah aba-aba itu terucap mulut Sana bisa kembali terbuka semula.

"Kami kesini hanya untuk mencari adik kami yang menghilang" ujar Sana seperti ingin menangis.

"Sudah seharian kami mencarinya tapi tak ketemu, jadi jalan satu-satunya kami terpaksa memasuki wilayah kalian" sambung Nayeon yang ikut seperti ingin menangis.

"Ck perempuan memang lemah" gumam Yugyeom.

"Maafkan kami. Tapi kami hanya memastikan keberadaan Dahyun" ujar Nayeon.

Mark mengerutkan keningnya. "Dahyun? Siapa dia?"

"Kau tak tahu? Dia gadis yang bermata bulat dengan kulit pucat." Jelas Sana.

Mark tampak berpikir.

***
Dahyun membuka matanya perlahan. Tangannya bergerak meraba ranjang di sebelahnya.

Kosong?

Ia langsung terbangun. Dan benar tempat itu telah kosong.

"Bukankah tadi pria itu tidur di sampingku. Lalu kemana dia?" gumam Dahyun berpikir.

Ia pun berpikir mencari sendiri. Saat ia keluar kamar, matanya langsung di hadiahi lukisan-lukisan indah yang begitu menakjubkan dan begitu indah. Dan lagi rumah itu begitu besar seperti istana. Ia mulai menuruni anak tangga satu persatu sambil memperhatikan sekelilingnya.

Sampai ia turun, ia mendengar ada keributan. Perlahan kakinya mulai mendekati suara-suara itu. Pintu rumah yang besar itu terbuka lebar. Perlahan ia mendekati pintu itu.

Kakinya berhenti melangkah. Hidungnya mendengus kesal melihat 6 tubuh pria yang menutupi asal suara itu. Tapi ia tetap melanjutkan langkahnya.

"Hoamm.. ada apa ini?" tanyanya sambil menguap lalu ia merobos tubuh-tubuh pria itu.

"DAHYUN-SSI!!"

Nayeon dan Sana berteriak saat melihat gadis itu nyata berdiri di tengah-tengah pria vampire itu.

"UNNIE!!"

Sama halnya Dahyun ia juga berteriak girang. Tanpa berpikir panjang ia langsung menghambur ke pelukan kakak-kakaknya yang begitu ia rindukan.

"Hikss.. Unnie kenapa kalian lama sekali" ujarnya di sela-sela tangisnya.

Nayeon megelus kepala Dahyun. "Mianhe Dahyun-ssi"

"Dahyun-ssi kami sungguh merindukanmu" ujar Sana mengeratkan pelukannya.

Ketujuh pria tampan itu terkejut melihat kejadian itu.

"Mereka saudara?" tanya Jaebum.

"Ba—bagaimana bisa manusia bersaudara dengan Veela dan Siren" tanya Bambam tak percaya.

Untung saja jarak Dahyun dengan Bambam jauh, jadi gadis itu tak terlalu memperdulikan ucapan pria itu.

'Youngjae hyung! Kenapa kau tak bilang kalau ia akan datang kesini' Yugyeom mengirim telepaty itu pada Youngjae seraya melirik pria itu sinis.

Youngjae meringis bersalah. 'Mian.. aku terlalu serius dengan ini, jadi aku tak terlalu peka dengan suara kakinya'

Yugyeom hanya mendengus memutuskan telepaty-nya.

"Dahyun-ssi kajja mari kita pulang" genggam Nayeon pada tangan Dahyun.

Bukannya bergerak ia malah diam. Hal itu membuat Nayeon dan Sana bingung, ada apa dengan adiknya itu.

Dahyun berbalik, pandangannya hanya tertuju Mark. "Apa kita tak akan bertemu lagi?" tanyanya.

Mark terdiam dengan pertanyaan itu. Ia bingung ingin menjawab apa.

Nayeon dan Sana tercengang. Kenapa Dahyun malah bertanya seperti itu pada Mark, pria vampire yang suka menghisap darah manusia.

"Ya! Dahyun-ssi, mari kita pulang kenapa kau menanyakan itu padanya" Sana langsung menarik tangan Dahyun, namun Dahyun menahannya.

"Tunggu unnie.." Dahyun menarik tangannya kembali, ia berbalik menatap pria blonde itu kembali.

"Sepertinya aku jatuh cinta padanya"

Spontan semua yang mendengar itu terkejut bukan main, termasuk Mark. Pernyataan polos itu bahkan mampu membuat pipi Dahyun bersemu merah malu.

***
"Gomawo Sana" ujar Nayeon mengambil piring dari tangan Sana.

Sana mengangguk. "Ne unnie."

Nayeon sibuk memindahkan kue-kue beras yang baru saja ia buat ke dalam piring itu. Sana hanya diam memperhatikan Nayeon sambil memikirkan sesuatu.

"Mmh.. unnie.." panggil Sana.

"Wae?" tanya Nayeon masih sibuk dengan kue berasnya.

"Menurutmu yang Dahyun katakan kemarin benar?"

Nayeon menghela nafas. "Dahyun itu masih anak-anak. Dan ini juga pertama kalinya ia keluar rumah, jadi maklum saja ia terpesona melihat lawan jenisnya" jelas Nayeon selesai memasukkan kue beras itu.

Sana mengangguk membenarkan namun tetap saja hatinya ada yang mengganjal. "Tapi, bagaimana jika itu benar unnie?"

Nayeon menghentikan aktivitasnya lalu menatap Sana. "Jika itu benar, kita akan menghentikannya"

***
Bambam membuka mesin cuci lalu mengeluarkan satu persatu pakaian-pakaian. Namun matanya menangkap gaun putih, lantas ia mengambil gaun itu. Dahinya mengerut.

Bukankah ini gaun gadis itu.

Ia segera berlari sambil memegang gaun putih itu. Tujuannya sekarang adalah melaporkan gaun itu pada Mark, saudara tertuanya.

Ia berhenti berlari saat melihat Mark yang asik menerbangkan air-air dalam kamarnya. Seperti memainkan air-air itu.

"Hyung" panggil Bambam.

Mark menoleh, ia menaruh kembali air-air itu dalam kamar mandinya.

"Ada apa?"

Bambam mendekat. "Ini.. bukankah gaun gadis itu?" ia menyerahkan gaun putih itu pada Mark.

Mark menerimanya, ia memperhatikan gaun itu. "Dia melupakannya"

Baru saja Bambam kembali membuka mulut, Mark sudah berlari duluan meninggalkan dirinya sendirian.

Bambam berdecih. "Di tinggal"

***
Dahyun menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba saja ujung bibirnya tertarik menjadi seulas senyuman manis. Pikirannya kini melayang-layang mengingat kejadian-kejadian kemarin saat bersama pria tampan yang masih sekarang ia tak tahu namanya sama sekali. Tapi, entah kenapa ia begitu menyukai pria itu. Ini kali pertamanya jantungnya berbeda, berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Mendadak pipinya memanas saat terbayang ciuman pria itu di bibirnya. Perutnya kini terasa geli seperti ada kupu-kupu yang berterbangan.

Tapi tak lama senyumnya langsung lenyap begitu saja. Ia bangkit dari tidurnya.

"Aku pasti tak bisa bertemu dengannya lagi"

Ia memandang sekitarnya. Hatinya tiba-tiba merasa sedih. Rasanya ia benar-benar seperti kisah Rapunzel yang sering di ceritakan Sana. Tak bisa kemana-mana, yang selalu di kurung di atas istana yang begitu tinggi. Hanya saja bedanya, ia tidak memiliki rambut yang begitu panjang, tapi di kurung di rumah.

Kepalanya berputar mengadah kearah jendela kamarnya. Di tariknya nafasnya dalam lalu beranjak dari duduknya mendekati jendela kamarnya yang terbuka lebar.

Matanya langsung menangkap pohon-pohon tinggi yang menjulang. Dahinya berkerut.

Ini hutan?

Sesuatu terlintas di kepalanya. Ia melirik ke belakang, memastikan kakak-kakaknya tak melihatnya. Setelah itu ia kembali melihat ke bawah. Dengan perasaan yang yakin ia mulai menurunkan kakinya. Kemudian berlari dengan kaki yang tak punya alas sama sekali.

Entah apa yang dilakukannya. Ia malah pergi meninggalkan kakak-kakaknya lagi hanya karena keinginan hatinya.

Senyumnya semakin mengembang melihat sekitarnya, ia sudah sampai. Di hutan liar yang pertama kalinya ia bertemu pria tampan itu.

Kepalanya mengangguk pasti. Ia kembali berlari dengan kecepatan manusia memasuki hutan liar itu lebih dalam.

Bugh..

Sampai sesuatu menabraknya dengan keras hingga membuat tubuhnya terjungkal begitu keras mengenai pohon besar.

"Ah.. apha" ringisnya memegang kepalanya yang paling sakit saat terhantuk pohon itu.

"Kau.. kenapa kau..."

Ucapan pria itu terhenti saat Dahyun mendongakkan kepalanya. Dan rasa sakitnya hilang begitu saja terganti dengan senyumnya.

"Aku ingin bertemu denganmu"

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang