[12] Jealous (Publish)

1.5K 141 8
                                    

Dan ia dapat melihat jelas siapa kedua vampire itu. Dia adalah Mark dengan gadis lain.


"MARK!"

_
_
_
_
BRAK!

Mark terkejut, ia langsung melepaskan pelukan Mina.

Dahyun membanting pintu perpustakaan itu dengan kuat. Matanya kini telah berubah menjadi merah darah. Ia menatap tajam gadis yang berpelukan mesra dengan Mark. Tak banyak bicara, ia berlari mendekati gadis itu.

Ia mengangkat gadis itu dengan mencekik gadis itu. Rahangnya sudah mengeras, nafasnya memburu, ia begitu marah dan sangat sangat marah.

Gadis itu memberontak, memukuli tangan Dahyun. Tapi Dahyun semakin kuat mencekik leher gadis itu.

"Dahyun hentikan! Turunkan dia!" teriak Mark. Sebenarnya ia bisa saja melakukannya sendiri, namun itu sama saja melukai Dahyun.

Dahyun tak mendengar itu. Ia malah semakin gencar mencekik leher Mina.

Mina terbatuk-batuk memukuli tangan Dahyun lebih keras, tapi Dahyun tetap tak peduli. Emosinya sudah memenuhi seluruh pikirannya.

BRAK!

Mark sudah tak tahan lagi. Melihat Mina sudah hampir mati terbunuh, ia langsung saja mendorong tubuh Dahyun dengan keras hingga gadis itu tercampak jauh dengan punggung yang terhantuk begitu keras mengenai dinding perpustakaan itu.

Sana yang baru masuk ke perpustakaan itu karena mendengar keributan, ia membulatkan matanya setelah apa yang ia lihat. Matanya memanas melihat tubuh Dahyun sudah tak berdaya lagi.

"Dahyun-ah!"

Sana langsung berlari kearah Dahyun.

Mark tercengang dengan apa yang telah ia lakukan. Ia menatap kedua tangannya tak percaya.

"Uhukk... Mark? Terimakasih banyak"

Mark tak peduli ucapan tulus dari Mina itu. Ia berlari mendekati Dahyun.

"Dahyun-ah! Ireona..." Sana mengguncang tubuh Dahyun.

"Dahyun... maafkan aku" Mark menjongkokkan tubuhnya di hadapan Dahyun.

Sana menatap Mark tajam. Ia mendorong tubuh pria itu. "Jangan mendekatinya!"

"Ada apa ini?!" Jaebum beserta lainnya terkejut melihat suasana perpustakaan itu sudah berantakan.

"Dahyun-ah!" teriak Nayeon histeris melihat Dahyun tak sadarkan diri.

"Jinyoung cepat bantu dia!" panggil Nayeon.

Jinyoung mengangguk dan berlari menggendong Dahyun keluar dari perpustakaan itu.

Sana dan Nayeon berlari mengikuti Jinyoung. Sedangkan Jaebum menatap tak percaya dinding tadi yang sempat di tutupi tubuh Dahyun. Dinding perpustakaan itu terlihat retak.

Bambam, Yugyeom dan Youngjae juga terkejut melihat dinding itu.

"Hyung! Dinding itu retak" seru Yugyeom.

Jaebum beralih pada Mark. "Hyung, kenapa kau melakukan ini padanya?" wajah pria itu menunjukkan wajahnya tak percaya.

Mark bangkit dari duduknya, "Aku tak sengaja"

"Bagaimana hyung tak sengaja, dinding itu sampai retak. Apa hyung berusaha membunuhnya?" kali ini Youngjae bersuara.

Mark mengepalkan tangannya. "Tentu saja tidak!"

Jaebum dan Youngjae bersamaan pergi meninggalkan perpustakaan itu dengan perasaan kecewa. Bambam dan Yugyeom menatap Mark dan Mina bergantian.

"Sebenarnya apa yang hyung lakukan dengannya? Kenapa hyung mencampakkannya begitu keras." Tanya Bambam dengan raut wajah yang juga kecewa.

"Dan kenapa ada Mina disini? Apa yang telah kalian lakukan?" tanya Yugyeom menatap Mina tak suka.

Mark mengacak rambutnya frustasi. "Aku sungguh tak sengaja melakukannya!!"

***
"Dia sudah tak apa-apa. Aku sudah mengobati punggungnya yang memar. Dan aku menyarankan kalian untuk memberikan dia darah. Dia begitu kehausan" jelas Tzuyu seraya melirik Dahyun yang terbaring lemah.

"Jakkaman, aku akan mengambilnya" ujar Yugyeom lalu pergi berlari meninggalkan kamar Mark yang memang tak punya pilihan lagi memakai kamar itu.

Nayeon menduduki dirinya di ranjang itu. "Gwencahana?"

Dahyun mengangguk lemas. Tubuhnya begitu masih merasakan kesakitan terlebih lagi punggungnya.

"Apa kau haus?"

Dahyun kembali mengangguk mendengar pertanyaan Nayeon lagi.

"Dia itu adalah vampire baru, seharusnya kalian terlebih dahulu memberikannya darah" jelas Tzuyu lagi memandang Jinyoung, Jaebum, Youngjae, Bambam bergantian.

Youngjae menggarut tengkuknya. "Kami tak tahu masalah itu. Karena kami semuanya adalah pure vampire."

"Yasudah. Aku sudah selesai mengobatinya, aku pergi dulu"

"Apa perlu ku antar?" tawar Jaebum.

Tzuyu menggeleng. "Tak usah, aku masih harus mengobati makhluk fairy lagi"

Jaebum pun hanya mengangguk membiarkan Tzuyu melangkah keluar dari kamar Mark.

Tak lama Yugyeom datang membawa wadah berisi darah binatang. Darah itu langsung menarik perhatian Dahyun. Hidungnya begitu peka terhadap darah itu. Ia langsung menduduki dirinya. Tangannya terulur kedepan mengambil wadah itu dari tangan Yugyeom.

Dahyun langsung saja mengisap darah itu dari pipet yang sudah di sediakan Yugyeom.

Sana melihat itu menggeleng kecil. "Dulu dia begitu takut dengan darah, tapi sekarang dia malah begitu menikmati darah itu" gumamnya.

Dahyun mengisap darah itu penuh nafsu. Ia menelannya sampai tak bersisa lagi di wadah itu. Selesai itu ia mengelap noda darah yang ada di sekitar mulutnya menggunakan sweater yang sedang ia pakai.

"Apa sekarang kau sudah kenyang?" tanya Jaebum.

Dahyun menangguk lalu ia memberikan wadah itu kembali pada Yugyeom.

"Dahyun-ah?"

Pandangan mereka beralih kearah pintu itu. Disana terlihat jelas Mark berdiri dengan wajah khawatirnya. Dahyun menatap Mark malas, ia menidurkan tubuhnya kembali, mengambil selimut itu untuk menutupi seluruh tubuhnya.

Mark berjalan mendekati Dahyun dengan penuh rasa bersalah.

Dahyun yang tahu Mark mendekati, ia langsung memutar tubuhnya membelakangi pria yang sudah menghancurkan hatinya itu.

"Hyung, sebaiknya kau tak usah menganggunya dulu" ujar Jinyoung, tapi ia malah mendapatkan tatapan tajam dari Mark.

'Sebaiknya kita tinggalkan mereka dulu' Jaebum mengirim telepaty itu pada saudara-saudaranya dan langsung di angguki bersamaan.

Mereka keluar dari kamar itu, dengan Jinyoung menarik Nayeon dan Youngjae menarik tangan Sana dengan pikiran bingung.

Tinggallah Mark dengan Dahyun yang masih setia membelakangi Mark. Rasanya Dahyun begitu enggan melihat wajah Mark lagi. Hatinya begitu teriris melihat adegan pelukan itu dan lagi teganya pria itu mencampakkannya begitu kaut demi gadis lain.

"Dahyun-ah?"

Dahyun tak peduli dengan panggilan itu. Dia hanya diam membisu.

"Mianhae"

Dahyun dapat merasakan Mark sudah duduk di ranjang yang sama dengannya. Ia sudah tak tahan lagi mendengar suara lemah Mark tapi hatinya masih merasakan kepedihan yang amat dalam.

"Aku salah. Aku minta maaf"

Lagi, Dahyun tak peduli. Ia tetap diam dan tak peduli dengan keberadaan Mark.

Perasaan Mark begitu sakit melihat kecuekkan Dahyun padanya. Ia tahu, dia salah dan sangat salah telah mencampakkan Dahyun. Tapi, itu terjadi karena ketidaksengajaannya. Siapa yang tahan melihat Mina, temannya yang tak salah apa-apa di cekik seperti tadi tanpa gadis itu tahu alasannya.

Dahyun menghela nafasnya dengan kasar. "Aku sudah tak mau melihatmu lagi Mark" ia akhirnya mengeluarkan suaranya yang begitu lemah.

Seperti ada hantaman yang begitu kuat di hati Mark, itulah yang dirasakannya saaat Dahyun mengucapakan itu.

"Kau membuatku cemburu. Hatiku sudah terlanjur sakit Mark" lanjut Dahyun sudah tak tahan lagi air matanya keluar begitu saja tanpa isakan.

"A—aku—"

"Aku tahu aku juga salah. Maafkan aku. Sekarang tinggalkan aku"

"Tapi ini kamarku"

Bodoh kau Mark! Kenapa kau malah mengatakan seperti itu. Ia malah merutuki dirinya.

Dahyun bangkit dari tidurnya. Ia menatap Mark. "Baiklah. Aku yang akan pergi"

Saat Dahyun sudah berdiri, Mark langsung menangkap tangan gadis pucat itu hingga membuat Dahyun terduduk kembali.

"Jangan tinggalkan aku. Apa kau tak merindukanku?"

Perkataan itu hampir saja membuat Dahyun menangis mendengarnya. Tentu saja, ia jelas begitu merindukan pria blonde itu, tapi apa? Hatinya yang tersakiti lebih menguasai dirinya sehingga membuat dia muak melihat Mark.

Dahyun menepis tangan itu. "Kerinduanku sudah terbakar. Tolong jangan mendekatiku lagi. Aku tidak ingin tersakiti lagi" ia bangkit dari duduknya lagi. Lalu berlari pergi meninggalkan Mark dengan hati yang begitu ngilu.

"AAHKK!!" Mark menarik rambutnya merasa frustasi.

***
Nayeon, Sana, dan Dahyun telah kembali ke rumah mereka semula. Ini semua adalah permintaan Dahyun. Gadis pucat itu memohon kepada kedua kakak-kakaknya agar segera pulang karena ia sudah tak betah berlama-lama tinggal di rumah besar itu. Nayeon dan Sana mengerti keadaan Dahyun, merekapun menyetujuinya walaupun rasanya sedikit tak rela karena mereka sudah dekat dengan pria-pria vampire itu.

Sekarang ini Dahyun hanya bisa duduk diam di depan rumahnya. Pandangannya menatap ke arah hutan liar itu. Rasanya ia begitu merindukan Mark. Ia ingin sekali kembali ke rumah itu, tapi egoisnya lebih besar. Tapi bagaimana keadaan hatinya? Apakah pria blonde itu tahu rasa sakit yang di alaminya sekarang ini?

Bibir Dahyun terangkat melihat Jackson datang dari arah hutan liar itu. Ia berdiri melambaikan tangannya pada pria Hamadryad itu.

Jackson membalas lambaian itu, ia pun berjalan mendekati Dahyun. "Sedang apa kau disini sendirian?"

Dahyun menghela nafas dengan kasar. "Sedang melamun" ujarnya.

Jackson tertawa kecil. "Tentang Mark hyung?"

Dahyun tertegun mendengar nama itu. Melihat itu Jackson tertawa kecil. Ia sudah tahu tentang permasalahan Dahyun dengan Mark dari Bambam. Insiden itu benar-benar mengejutkannya. Setahu dia, Mark begitu mencintai Dahyun sampai-sampai ia bahkan hampir terbunuh, saat ia mencoba menahan pria blonde itu agar tak gegabah melawan Jessi. Tapi, kenapa sekarang Mark malah ikut ingin membunuh Dahyun?

"Sudahlah lupakan saja itu. Mau ku ajari berburu hewan?"

Dahyun menarik alisnya satu. "Berburu? Untuk apa?"

Jackson berdecak. "Hei... ingat sekarang kau sudah menjadi vampire seutuhnya. Pasti kau akan butuh darah suatu saat."

Dahyung menggeleng dengan menunjukkan wajahnya yang jijik. "Ah tidak, aku tak berani"

"Astaga... tidak apa-apa. Aku akan mengajarimu"

"Bagaimana kau bisa, bukankah kau hanya pria pohon"

Jackson kembali berdecak mendengar panggilan konyol itu. "Aku Hamadryad bukan pria pohon"

Dahyun hanya mengangguk mengerti. "Kajja!" Jackson langsung menarik tangan Dahyun tanpa persetujuan Dahyun.

Dahyun sendiri pasrah, karena ia sudah tak kuat lagi menolaknya.

***
"Kau lihat itu?"

Dahyun mengangguk. Matanya fokus pada seekor rusa sedang asik memakan rumput dan tidak mengetahui keberadaannya dengan Jackson yang sedang bersembunyi di semak-semak.

"Pelan tapi pasti mendekat dengannya. Jangan sampai ia mendengar suara kakimu" bisik Jackson.

Dahyun kembali mengangguk. "Lakukanlah!"

Dahyun menoleh. "Sekarang?"

Jackson berdecak melihat tampang bodoh Dahyun. "Tentu! Kapan lagi"

Dahyun menjilat bibirnya yang kering. Kepalanya menggeleng. "Aku tak berani." Cicitnya.


"Tidak, kau pasti berani. Ayolah pergi kesana"

Dahyun kembali menggeleng. "Tidak. Aku tidak mau, dia begitu menakutkan"

Jackson menghela nafas dengan kasar. Sifat Dahyun seperti ini benar-benar mengingatkannya pada Dahyun yang saat pertama kali ia melihat gadis ini. Penakut, polos, dan sedikit bodoh. Tidak seperti saat Dahyun berubah menjadi vampire seutuhnya yang mencoba melawan Jessi. Pemberani, Kejam, dan Menakutkan.

"Ayolah Dahyun, sekarang kau telah menjadi vampire. Kau harus bisa!"

Dahyun kembali menatap rusa itu. Jantungnya sudah berdetak dengan kencang, takut dengan hewan bertanduk panjang itu.

Tiba-tiba saja rusa itu terjatuh dan kakinya berdarah mengenai akar daun yang begitu tajam.

Dan saat itu Dahyun merasakan aroma yang begitu segar. Matanya berubah menjadi merah darah. Seketika rasa takut itu telah hilang. Ia berlari secepat kilat mendekati rusa itu.

Jackson tersenyum senang melihat perubahan Dahyun itu.

Tapi saat Dahyun mendekati rusa itu, ada seorang vampire mendahuluinya.

Vampire itu dengan rakusnya menggigit leher rusa itu lalu menghisap darah rusa itu hingga habis. Dahyun? Ia hanya diam menatap ngeri vampire itu. Matanya sekarang sudah berubah kembali menjadi hitam pekat. Rasa takutnya kembali lagi.

"Jackson! Tolong aku!" teriaknya pada semak-semak itu.

Jackson menepuk jidatnya. Ia pun menghampiri Dahyun.

Vampire itu berdiri lalu mengelap darah yang tersisa di mulutnya. Melihat itu membuat Dahyun ingin muntah. Baginya vampire itu sungguh menjijikkan. Ia berlari bersembunyi di balik badan Jackson yang lebar.

"Mina?"

Vampire itu mengubah wajahnya yang tadi menyeramkan menjadi senyuman manis.

"Hai Jack" sapanya.

Dahyun mengintip sedikit wajah vampire itu. Dan ia terkejut melihat wajah itu, dia adalah gadis yang kemarin ia cekik karena berpelukan mesra dengan Mark. Rasanya ia begitu malu, ia kembali menyembunyikan tubuhnya.

"Nugu?" tanya Mina melirik balik tubuh Jackson.

Saat Jackson ingin berbalik, Dahyun malah menarik tubuh Jackson agar tetap membelakanginya. Seketika Jackson mengerti.

"Dia adalah temanku." Jawab Jackson sambil tersenyum.

Mina menunjukkan senyum jahilnya. "Teman atau teman?" ia memainkan alisnya menggoda Jackson.

Pria hamadryad itu hanya meringis. Ya kali suka dengannya, seperti mencari mati saja dengan Mark hyung.

Dahyun yang membaca pikiran Jackson, membuat ia mengerucut karena menyebut nama pria yang sedang saat ini ia hindari.

"Apa kau sedang berburu?" tanya Jackson pada Mina.

Mina mengangguk. "Ne. Aku kehabisan kekuatan setelah di cekik dengan gadis gila tadi"

"Gadis gila siapa?" Jackson tahu siapa yang dimaksud Mina.

Mina melipat tangannya di dada. "Ntahlah. Dia datang dan langsung mencekikku. Dia benar-benar psikopat."

Dahyun mendengar itu menundukkan kepalanya. Hatinya begitu ngilu saat di katakan 'psikopat'. Ia mencoba menggigit bibir bawahnya menahan tangisnya. Baru kali ini ada yang menghinanya, biasanya semua orang menyanyanginya.

"Mina?"

Bersamaan itu Mark datang berdiri tepat di sebelah Mina. Ia melirik mayat rusa yang darahnya sudah habis tak tersisa.

Dahyun begitu mengenal suara berat itu. Ia mencoba menelan salivanya.

"Hai Mark, sedang apa kau kesini? Aku sedang berburu" sapa Mina.

"Oh hai... aku sedang ingin menemui Jackson." Mark beralih menatap Jackson.

Tubuh Jackson mematung mendengarnya. Jika Mark melihat Dahyun, apa yang akan terjadi nantinya?

"Untuk apa kau menemuiku hyung?" tanyanya seraya tersenyum kaku.

Dahyun yang masih bersembunyi di balik badan Jackson hanya bisa menunduk lemas. Dia benar-benar seperti seorang pengecut.

"Aku ingin kita berbicara berdua"

Jackson mengangguk, "Oh baiklah. Katakan saja"

Mark menoleh pada Mina. "Bisakah kau pergi?"

Mina mengangguk. "Baiklah." Seketika gadis vampire itu berlari kearah lain meninggalkan Mark dan Jackson, dan Dahyun yang masih bersembunyi.

"Kenapa kau masih terus menutupinya?"

Jackson tertegun. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, darimana Mark mengetahui keberadaan Dahyun. Ia pun perlahan menggeser tubuhnya hingga menampakkan tubuh Dahyun yang masih setia menundukkan kepalanya sambil meremas-remas jari-jari tangannya.

"Jangan mendekat"

Mark langsung menghentikan langkahnya saat Dahyun tahu Mark mendekatinya.

"Aku tak mau melihatmu lagi"

Mark tak peduli. Ia melanjutkan langkahnya dan langsung menarik Dahyun kedalam pelukannya.

"Aku begitu merindukanmu" ujarnya seraya mengelus kepala Dahyun lembut.

Dahyun tak membalas pelukan itu tapi ia membiarkan Mark memeluk tubuhnya. Kalau boleh jujur, ia juga begitu merindukan Mark bahkan sangat. Ingin rasanya ia sekarang memeluk tubuh pria itu namun keegoisannya lebih besar.

Jackson yang tahu situasi itu memilih melangkah mundur dan pergi dari tempat itu.

"Mark?"

Dahyun mendongakkan kepalanya menatap mata Mark.

Mark hanya menarik alisnya satu menunggu ucapan Dahyun. "Apa aku psikopat?" pertanyaan polos itu langsung disambut gelengan kuat dari Mark.

"Tentu saja tidak. Mana mungkin Ratu-ku seorang psikopat"

Raut wajah Dahyun langsung berganti dengan sedih. Matanya sudah menampung air mata yang siap keluar jika ia berkedip. "Tapi dia mengatakan aku psikopat. Hiks..." dan sukses air mata itu keluar.

"Astaga... siapa yang mengatakan seperti itu? Akan ku beri hukuman"

Dahyun melepaskan pelukan Mark, mendorong dada pria itu. "Kekasihmu!"

Mark mengernyit. "Kekasihku?"

Dahyun mengangguk beberapa kali. "Ne! Gadis yang kau peluk tadi." ia sudah melipat tangannya di dada dan membuang mukanya kearah lain.

Mark mengambil tangan Dahyun, ia mengelus kedua tangan halus itu. "Lihat kesini"

Dahyun akhirnya menatap Mark.

"Apa kau mencintaiku?"

"Geurae. Kalau aku tak mencintaimu, kenapa aku harus cemburu melihatmu berpelukan bersamanya"

"Kau mempercayaiku?"

Dahyun mengedikkan bahunya. "Ntahlah."

Mark beralih menangkup wajah gadis manis itu. "Dia bukan kekasihku. Dia hanya temanku"

"Kau berbohong!" Dahyun menyingkirkan tangan Mark.

"Aku tak berbohong"

"Kau pikir aku tak tahu. Saat kau menyuruhku beristirahat dulu, kau malah berduaan dengannya dan aku tahu apa yang kalian bicarakan. Youngjae memberitahu bahwa kalian akan di jodohkan" jelas Dahyun dengan berapi-api.

Mark menggeram memaki Youngjae dalam hati. Di tariknya nafasnya dalam-dalam lalu ia kembali menatap Dahyun dengan lembut.

"Maafkan aku tak mengatakannya padamu. Memang benar aku dan Mina akan di jodohkan, tapi—"

"Aku sudah tahu, aku sudah membaca pikiranmu" potong Dahyun.

Mark tersenyum kecil. Ia mencolek dagu Dahyun. "Ternyata Ratu-ku ini bisa membaca pikiranku sekarang ya"

Dahyun mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kau memanggilku 'Ratu-ku'?"

"Karena kau akan menjadi Ratu-ku"

Dalam hati Dahyun sudah tersenyum bahagia mendengarnya, tapi ia pintar sekali menyembunyikan wajahnya dengan terlihat jutek dan tak peduli.

"Dahyun-ah"

Dahyun kembali menatap mata indah Mark membuatnya menjadi gugup.

"Kau mau memaafkanku kan? Aku sungguh tak sengaja."

Dahyun hanya diam. Perlahan kepalanya menangguk pelan membuat senyum Mark mengembang.

"Sekarang, kau mau kan kembali lagi denganku?"

Dahyun menggeleng mengubah senyuman Mark seketika lenyap.

"Aku tak bisa"

"Kenapa?"

Wajah gadis itu yang tadinya terlihat jutek dan marah tiba-tiba matanya menyipit, mulutnya melebar menunjukkan cengirannya.

"Mana mungkin aku tak kembali denganmu. Aku sungguh mencintaimu" ia berlari memeluk Mark.

Mark hampir saja gila karena tingkah gadis ini. Jantungnya bahkan sudah berloncat-loncat menebak-nebak isi kepala Dahyun yang akan menolaknya. Namun, gadisnya ini sudah nakal mulai membodohi dirinya.

"Sudah pintar ya membuatku bodoh" ujar Mark seraya membalas pelukan Dahyun dengan erat.

Dahyun hanya terkikik merasa menang. Mark menggesek dagunya ke kepala Dahyun, membuat gadis itu geli dan tertawa keras.

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt