You are not my destiny

602 86 48
                                    

Aku seperti ingin menghilang dari dunia ini.

Author POV

Jiyeon menutup pintu kamarnya cepat, ia masih belum percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Ini pasti mimpi.. aku harus bangun dari mimpi buruk ini." Jiyeon menepuk nepuk pipinya.

Tapi percuma saja, ini adalah kenyataan bukan mimpi. Kakinya mulai melemas, Jiyeon menangis hebat dangan memeluk lututnya.

Tangannya mulai mengacak ngacak rambut indahnya. "Hahaha ini hanya mimpi.. aku akan terbangun sebentar lagi kan.." Jiyeonpun tertidur karena kelelahan menangis.

@perpustakaan

Pukul sudah menunjukan 12 siang

Hyomin mengirim pesan line pada Jiyeon, tapi tak juga di baca, menelepon tak diangkat.

"Eunjung-ah sebaiknya kita susul Jiyeon ke asrama.. aku khawatir.." ajak Hyomin.

Mereka bergegas pergi ke asrama.
"Cklek"
Pintu terbuka, mereka melihat Jiyeon yang tergeletak di lantai.

"Ommonaaaa Jiyeonieeee" Hyomin dan Eunjung segera memindahkan Jiyeon ke atas kasur.

Beberapa saat Jiyeon bangun dari tidurnya.

Jiyeon POV

Aku merasa lelah dan mengantuk, tiba tiba saja aku sudah terlelap di lantai.

Aku bangun dari tidurku,
"Hosshh hosshh.. ternyata benar itu hanya mimpi.. tidak mungkinkan jika myungsoo..." aku mengelus dadaku pelan.

Author POV

"Apanya yang mimpi Jiyeon?" Tanya Hyomin.

"Syukurlah kau tidak kenapa kenapa.. kami sangat mengkhawatirkan mu.." sambung Eunjung.

"Jadi ini bukan mimpi? Hikss hikss." Jiyeon menangis lagi.

Dadanya lebih sesak dari sebelumnya.
"Aaahhh eonnie.. rasanya sakit sekali.. akuu akuuu neomu appa.. tolong aku.. hiks hiks hiks.." Jiyeon memukul mukul dadanya.

"Jangan lakukan itu.. kau bisa terluka Jiyeon-na.." Eunjung memegang erat tangan Jiyeon.

"AKU MEMANG SUDAH SANGAT TERLUKA EONNIEEEE!!!!" Tangisannya bertambah kencang.

"Kenapa ini semua tidak adil! Aku benci pada takdir ini!!!" Jiyeon terus mengumpat sambil menangis.

"Sebenarnya kau kenapa? Beritahu kami Jiyeon-na.." Hyomin mendekap Jiyeon dalam pelukan hangatnya.

Jiyeon terus menggeleng gelengkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa ini semua pasti hanya mimpi.

Hyomin dan Eunjung sudah mendengar semua cerita dari Jiyeon. Mereka pun sampai menangis mendengarnya.

Jiyeon sudah tenang sekarang, ia masih belum bisa tidur juga, ia mengambil ponselnya dan melihat grup line para sahabatnya.

I'll never be herOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz