Ia sangat merindukan sosok itu.

Rachel Chandrawinata.

Gadisnya.

Rio tersenyum seraya berjongkok mensejajarkan tingginya pada Clara, "Om Rio mau pergi ke suatu tempat."

"Ikut?" rayu Clara.

"Clara di rumah aja sama Nenek. Om Rio mau pacaran." Tanpa sadar, Rio menyengir seperti anak kecil.

"Pacaran?" Beo Clara bingung. "Sama siapa? Emang Om punya pacar." Tukasnya kemudian. Clara kepo.

Rio mengangguk membenarkan. "Punyalah, emang Om gak laku?" sungut Rio tak terima. "Clara pikir, Om jelek apa? Jefri Nichol aja kalah ganteng ama Om."

Clara terkekeh. Ia percaya dengan ucapan pria yang memiliki tingkat kepercayaan diri sangat tinggi itu. Clara menelusuri tulang hidung Rio dengan telunjuk kecilnya, "Papa juga."

"Papa?" Rio mengernyitkan keningnya, "Oiyaa, Om dengar papa mau menikah lagi. Clara tau, papa mau menikah dengan siapa?"

Clara menyungging senyum bahagia. Kabar papanya akan menikah itu sudah didengarnya, ia bahagia sekali. Wanita yang akan dinikahi papanya itu wanita asing yang paling dekat dengannya. "Papa mau nikah sama temennya Om Rio." Jawabnya polos.

"APA...?" Pikiran Rio langsung tertuju pada Rachel, gadisnya. Andrew hanya mengenal Rachel, sebagai satu-satunya teman wanita Rio.

"Iya, papa akan menikah dengan tante Rachel. Gak usah kaget gitulah, Om. Clara seneng kok kalau papa akhirnya nikah ama tante Rachel."

Tubuh Rio menegang. Kepalanya menggeleng pelan, 'Ini tidak boleh terjadi!'

Rio segera mengambil kunci mobil pribadinya dan mengemudikannya ke arah kost Rachel. Alamat yang telah dihapal luar kepalanya sesaat Rachel mengirimkan alamat kost-nya yang baru tempo hari itu.

Sementara itu Clara yang melihat perubahan dan tindakan Rio, hanya diam dan bingung.

*****

Matahari terik tepat di atas kepala, sinar yang terpancar sangat menyengat. Weekend ibukota tetap saja padat dan macet. Semuanya ingin berlibur, me-refresh pikiran dan tubuh mereka walau hanya sekedar berjalan-jalan ke Mall.

Berkali-kali Rio memukul stir kemudi mobilnya. Detak jantungnya terpacu tak sabar. Jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan, menghambat laju mobil Rio. Kapan akan sampai ke kost Rachel, jika laju mobilnya seperti siput berjalan?

Rio memutuskan untuk memotong jalan dan melewati jalan tikus. Berharap cepat sampai.

Rio berlari kesetanan setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna. Di depan pintu pagar kost, ia bertemu dengan salah satu penghuni kost. Rio tidak menyia-yiakan hal itu, menanyakan kebenaran sahabatnya yang menyewa kamar kost di tempat itu. Gadis berkaca mata itu bernama Ayu. Tetangga sebelah kamar kost Rachel. Ayu mengiyakan dan menunjuk pintu yang berada di ujung itulah kamar kost Rachel. Ayu juga menginformasikan jika Rachel saat ini berada di kamar.

Informasi terakhir yang Ayu berikan kepadanya, membuat Rio semakin bersemangat untuk menemui gadis itu. Ia harus menanyakan kebenaran informasi Clara mengenai Andrew yang telah memiliki kekasih. Yaitu Rachel.

Jika benar, tidak menutup kemungkinan jika wanita yang akan dinikahi kakaknya itu adalah Rachel. Sahabatnya sekaligus gadis yang ia cintai.

"Rachel, buka pintunya?" Rio terus menggedor pintu kamar kost Rachel, "Ini gue. Rio, Chel!"

Tak lama, pintu kamar itu terbuka dengan kepala gadis yang menyembul keluar. Kedua mata gadis itu telah berkaca-kaca, "R.I.O...?"

Rio membuka pintu dan memeluk tubuh Rachel tak sabar. Mendekapnya erat, melampiaskan rindu yang tak terbendung. "Please... Jangan tinggalin gue, Chel!"

Rachel yang masih syok dengan kedatangan Rio, hanya mampu membalas dekapan Rio. Telapak kanannya ia bawa naik turun mengelus punggung Rio. Suara Rio yang terdengar serak cukup membuat hati Rachel tersayat.

"Gue akan tetap di sini, Rio." Balas Rachel menenangkan

Kepala Rio menggeleng cepat. Ia tidak puas dengan jawaban Rachel. Ia segera melepaskan paksa pelukannya. "Katakan itu bohong. Elo gak mungkin nikah sama kakak gue?"

Hati Rio mencelos dengan kata-katanya sendiri. Napasnya naik turun kasar dan manik matanya mencari kebenaran dari manik mata Rachel, karena Rachel hanya terus diam tak bergeming.

Alih-alih menunggu jawaban yang akan dilontarkan oleh Rachel, Rio justru mendaratķan bibirnya ke arah bibir Rachel yang menurutnya selalu terlihat ranum dan menggoda untuk dicium.

Pertahanan yang selalu Rio tahan mati-matian selama ini, sia-sia. Gejolak hatinya menahan gairah untuk tidak mencium Rachel runtuh.

Rio terus melumat lembut bibir Rachel. Kelopak matanya terpejam menikmati lembutnya bibir Rachel. Puas akan lumatan itu, Rio menghisap lembut di akhir ciumannya.

Rio menghapus sisa salivanya yang menempel di bibir Rachel, "Katakan bohong, elo menikah dengan kak Andrew."

Rio menatap lekat hazel Rachel.

"Maaf," kepala Rachel menunduk dan memutuskan kontak mata dengan Rio.

Sementara itu, tidak jauh dari kamar kost yang pintunya terbuka itu, nampak pria dengan kemeja yang kacing atas terbuka dan dasinya terlepas entah kemana. Tubuh pria itu ia sandarkan pada sisi dinding kamar kost penghuni lain dengan salah satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana bahannya. Lalu ia memutuskan untuk meninggalkan kost Rachel dengan melangkah gontai.

*

*

*

TBC

*******

Hehehe...

Lagi2 cuman pendek ya...

Maaf, saya sedang kena serangan virus dasyattt...

Influenza virus.

Hehehe...

Lagi cumleng2nya ini...

Jangan lupa komen ya...

Jujur, komen kalian bikin semangat saya...

#MISS CANGCUT'S

#JOGJA, 2 JULI 2017

#LIM ZHU QI

Miss CangCut's (Terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora