Chapter 4 : Dia

52 8 0
                                    

📷 Pic - Apartemen Catherine 📷
----

Author's POV

-Sydney, Australia {07:30 PM}-

Note :
AM = Jam 12 malam - jam 12 siang
PM = Jam 12 siang - jam 12 malam

"Ren, kamu dijadwalkan berangkat minggu depan. Jangan lupa persiapankan bawaanmu selama beberapa bulan di Indonesia, okay?"

Tok... Tok... Tok...

"Ada apa, dear?" ujar seorang wanita berumur yang masih terlihat awet muda. Dia tampak berbaring lemah di salah satu kasur rumah sakit. Wanita yang tak lain adalah Mamanya.

"Ma, Ryan ada proyek syuting perdana di Indonesia."

"Kapan, dear? Ehmm, Jakarta yaa?" ujar Mamanya masih tampak tenang dan anggun.

"Minggu depan. Bukan, Maa. Pulang kampung ke Semarang. Tapi, Mama gimana nantinya?" tanya Ryan dengan muka gelisah penuh kekhawatiran.

"It's okay, dear. Mama yang malah khawatir sama kamu. Usia masih muda gini, kenapa malah harus homeschooling. Mikirin uang, syuting-" Ryan memeluk Mamanya erat-erat hingga menghentikan Mamanya yang masih berbicara.

"Tak apa, Maa. Mama jaga diri yaa, cuma Mama yang Ryan punya."

"Bukan gitu, Ryan. Mama cuma ngerasa bersalah sama kamu. Kamu yakin ini keputusan yang tepat untukmu, kan?" ujar Mamanya yang menitikan air mata.

----

Catherine's POV

Aku baru saja mandi pagi dan bergegas sarapan. Tentunya aku tak perlu membuat sandwich selai kacang kali ini, karna pemberian pancake dari Emily di cafe. Lagipula, aku bosan memakan sandwich atau oatmeal setiap paginya untuk sarapan. Ternyata ada gunanya part time job, dapat uang jajan, bisa bantu Emily, dapat pancake gratis pula! Sayangnya sistem part time job di Indonesia masih minim dan sering diremehkan.

Untungnya sekarang hari Minggu dan cafe Emily tutup. Jadi, hari ini aku punya banyak waktu istirahat, alias ngebo dan main HP seharian! Akhirnya, setelah banyak drama yang kulalui beberapa hari kemarin.

Hari ini rencananya aku begadang menonton sejumlah film yang aku download semalam; La La Land, Paper Towns, Serendipity, The Fault In Our Stars. Aku memang penyuka film drama romantic, comedy western. Aneh kan? Emily lebih menyukai Korea ketimbang western, tapi anehnya kita tetap klop dari awal MOS.

Sebenarnya ini hobiku saat SMA baru-baru ini. Dulu, aku lebih tertarik membaca novel daripada menonton film. Kini, aku jarang menambahkan novel koleksiku.

Selain karna pemborosan uang, letak gramedia dan apartemenku juga cukup jauh. Pernah salah satu teman dekatku di SMP, Reira menyarankanku mendownload wattpad. Memang banyak bacaan di sana. Tapi, bagiku itu tak bertahan lama karna nyaris semua cerita yang masuk ke "Hot List" berisi tentang cerita yang terlalu mainstream dan membosankan bagiku. Mungkin aku team anti-mainstream? Yaa, kali ada CEO mau sama upik abu, dunia nyata mana ada cerita gitu? Dimana-mana cogan, yaa selalu cari cecan. Realita memang menyedihkan!

Aku memasukkan pancake dari kulkas ke oven. Tak lupa menambah selai caramel dan coklat dari Emily untuk bagian atasnya. Yummy! Baru saja aku hendak menggigit pancake, ponselku yang terus berbunyi malah menggangguku. Ternyata ada 250 notifikasi line yang nyaris semuanya berasal dari grup kelas dan sisanya Emily. Namanya juga jomblo, yang nyariin kemana-mana cuma sahabat sama orang tua doang.

Almost Is Never Enough [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang