Chapter 6 : Kontrak Film

210 32 44
                                    

🎵[A Day Before Us OST, web-mini drama]
Yeon Ju- Maybe 🎶
Now I know,
long wait is probably joy
Maybe not yet,
But today I can't hide anymore
Lyrics - English Translation
----

Hari yang melelahkan! Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu yang empuk. Akhirnya, aku bisa bernapas lega setelah hukuman Bu Rosa yang membuat tanganku pegal dan berkeringat. Belum lagi, mengingat aku tergaja semalam karna masalah sepeleku dengan Daniel dan guru-guru tentunya menegurku karna tertangkap menguap, bahkan nyaris tertidur beberapa kali.

"Niel kenapa sih masih ngambek nggak jelas gitu? Gaje amat! Oh yaa, aku belum ngecek tasku lagi nih."

Aku bergegas bangkit dan duduk membongkar tas ransel di sampingku. Di sekolah tadi aku menyadari kecerobohanku. Saat berusaha mencari agenda, aku kelupaan mengunci lokerku lagi. Tapi, kurasa barang-barangku masih tetap sama, hanya terlihat lebih berantakan. Mungkin karna, aku asal menggeletak barangku saat mencari agenda tadi.

"Eh, tunggu! Diary SMPku mana? Kok nggak ada?"

Asal kalian tahu, belum lama ini aku menemukan diary SMPku yang telah lama hilang entah kemana. Lebih tepatnya, tadi saat aku mencari agendaku di loker. Diary yang kukira hilang, ternyata terselip di antara tumpukan kertas-kertas rangkuman materi map berwarna biru pastel.

Aku mendengus kesal dan melempar tas ranselku. Diary yang baru saja akan kubaca setelah lama tak menyentuhnya malah hilang begitu saja. Emang diary punya kaki yaa? Bisa jalan sendiri? Padahal baru saja aku akan membacanya!

"Jangan-jangan ada yang sengaja bongkar lokerku terus nyuri? Tapi masa kurang kerjaan banget sih. Aduuh, gimana nih? CCTV lorong loker kan lagi rusak."

Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Kurasa ini juga hari sialku. Bagaimana jika nantinya bermunculan gosip di sekolahku tentang Ryan, orang yang dulu pernah mengisi hatiku semasa SMP? Gawat! Mungkin saja, aku jadi bahan ejekan di kelas! Aku memejamkan mataku sejenak dan tak menghiraukan seragam OSIS yang masih melekat di badanku. Tiba-tiba saja, listrik apartemenku mati!

"Great! Ini beneran hari sialku!"

Aku meraba-raba ponselku dan menyalakan flashlight. Salah satu hal yang aku benci adalah kegelapan seperti ini. Ruangan pun jadi jauh lebih panas, terlebih lagi aku jadi lebih was-was karna aku tinggal sendirian. Aku takut kegelapan, segala yang berbau horror, dan ketinggian! Kebiasaan tidurku adalah menyalakan lampu tidur di setiap sudut kamar tidurku, tidak juga lupa dengan kakiku yang selalu aku selimuti. Aku selalu saja membayangkan adegan horror yang paling menyebalkan adalah ketika kaki korban ditarik saat tidur, seperti dalam film The Conjuring! Hiih!

Aku segera berjalan ke arah pintu keluar-masuk apartemenku dengan perlahan-lahan sambil memeluk bantal sofa di tangan kananku dan mengarahkan flashlight ke depan dengan tangan kiriku. Setelah berdiri tepat di depan pintu, aku menghela napas lega dan membuka gagang pintu perlahan. "Lingsir wengiiii..."

"Aaaa!!!" Terdengar lagu yang paling kubenci karna, memang berbau horror dan katanya sih, mengundang setan.

Spontan aku berteriak keras dan memejamkan mataku, serta memeluk bantalku erat-erat. Lagu itu pun berhenti, tergantikan oleh suara tertawa tengil yang sepertinya kukenali! Aku memberanikan diri membuka mataku dan langsung memeluk orang di depanku itu.

"NIEEEL!!!" Ternyata lagu itu berasal dari ponsel milik Daniel.

"Dari kecil kamu nggak pernah berubah yaa, gitu aja langsung takut!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Almost Is Never Enough [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang