Chapter 2 : Reuni

371 49 68
                                    

📷 Pic - Cafe D'Journal 📸
----

Aku menatap surat yang menempel di pintu rumah kosong milik Ryan. Tanpa kusadari air mataku menetes, semua kenangan itu seperti berlalu saja dan tanpa aku sadari aku kehilangannya.

Tawanya, senyumnya, kenangannya.
Semua tentangnya!

Ryan, dia termasuk orang yang tangguh di usianya. Katanya, dia sudah tiga kali pindah hanya karna pengobatan Mamanya. Aku pun tidak tahu apa penyakit yang diderita Mamanya itu, yang pasti hanyalah senyuman yang terus terpasang manis di wajahnya. Tidak denganku yang hanya terus menyesal dengan semua! Ketika, aku malas-malasan menunggu Nenek di rumah sakit dan semuanya terlambat. Saat, aku memeluk Nenek terakhir kalinya. Seketika itu juga, Nenek telah tiada.

"Orang yang kita sayangi tak pernah jauh, Cath. Pasti selalu ada di hati, kapanpun, dimanapun kamu berada." kata Ryan yang menghiburku saat itu.

Aku menelan ludah dan menghebuskan napasku. Kini, aku kehilangan sosok sahabat yang terus menguatkanku. Sahabat pertamaku di SMP, sekaligus tetangga di kompleks ini.

Aku selalu akan mengingat semua kenangan kita, selama sembilan bulan ini. Satu semester lebih...

----

-Flashback (off)-

"..."

"Aduh, sumpah nih perutku sakit tau, ngakak mulu! Udah ah, jangan flashback mulu, Cath. Aku nggak tahan pas kamu cerita yang bagian jatuh ituu. Yaa ampuun!" Aku mendengus kesal sambil menyeruput es doger yang baru saja kubeli tadi. Emily langsung menyeka matanya yang berair setelah puas menertawaiku selama beberapa menit.

"Tuh kan! Kamu malah bukannya ikut prihatin gitu kek, eh malah ngetawain. Sakitnya tuh di sini," kataku sambil sedikit berdiri memamerkan bokongku dan menunjuknya. "Kamu juga kenapa tuh pake acara ngasih ID lineku ke dia, huh? Semalem dia nge-add plus nelpon aku tau!"

Emily menatapku seolah tak percaya. Dia tersenyum dan langsung menepuk pundakku riang. Malahan aku jadi tersedak karena tingkahnya itu. "Astagaa, sahabatku ini."

"Uhuuuk... Uhuuk..."

"Ya ampun. Nggak papa kamu, Cath? Nih minum aja barusan aku beli tuh."

Emily langsung menyodorkan botol aqua di hadapanku. Aku langsung mengambil pemberian Emily itu dengan keadaanku yang masih tersedak. Setelah kubuka botol itu, aku langsung meminumnya. Aku membaca raut muka Emily, kuduga pasti sahabatku ini sedang menyiapkan sederetan rencana untuk terus mendekatkanku dengan Daniel.

"Gratis nih? Tumben baek, biasanya juga sok-sokan nagih." kataku setelah meneguk setengah air botol aqua. "Nggak papa, nanti yang jelas kan kalo kalian udah pacaran, aku duluan yang bakal dapet PJnya!" Emily tersenyum jahil kearahku.

"Amit-amit deh, Ly. Dia kan ganteng-ganteng setan!" ujarku tertawa kecil.

"Kadang aku masih nggak nyangka, Cath. Kalo kamu cerita pas dulu pemalu banget. Sekarang tuh bukannya pemalu lagi, tapi malu-maluin!"

"Karna Ryan, Ly. Dia yang ngajarin aku sampe bisa kaya sekarang ini."

Aku tahu, Emily pasti ingin aku berhenti terus-terusan murung jika mengingat Ryan dan "move on" dari kenanganku bersamanya. Padahal, memang kenyataannya selama empat tahun berjalan ini, aku tak bisa melupakan sosoknya itu. Aku tahu, kemungkinan untuk bertemu dengannya pasti sangat tipis. Setipis benang jahit! Atau bahkan dia sudah melupakanku. Entahlah, aku pun tak tahu. Bayangkan saja, mana mungkin dia mengingat gadis kecil kelas satu SMP yang bersahabat dengannya selama kurang lebih sembilan bulan?

Almost Is Never Enough [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang