P.r.o.l.o.g : Dear Diary,

85 12 1
                                    

Dear Diary,

Hai Catherine masa depan yang baca ini. Aku cuma mau curhat soal perasaanku sama dia. Aku juga nggak yakin itu suka ato cuma kagum doang. Aghh, emang aku nggak bisa bedain juga sih. Tapi, aku kok ngerasa ada yang hilang setelah kehilangan dia yaa? Apa kamu yang baca ini udah move on, Cath?

Kita semua selalu punya cerita cinta yang berbeda,

Terkadang ada suka dan duka.

Tawa dan canda.

Yang jelas, aku beruntung karna bertemu denganmu.

Masa SMP adalah sisa kenanganku dengannya, aku masih tak mengerti apa-apa soal cinta. Yang jelas, aku mengagumimu secara diam. Mulai dari perkenalan sederhana yang bahkan tak bisa kulupakan. Cinta monyet? Iyaa sih, kata banyak orang. Namun hatiku hanya berkata, "kamulah penyemangatku hari ini". Aku tak mengerti apa-apa, kita masih terlalu muda.

Sometimes, we still finding ourselves lost in this world.
-Kita masih mencari jati diri kita masing-masing-

"Permisiii!"

Spontan, aku yang sedang membaca komik "Hai, Miiko!", langsung menoleh kearah sumber suara yang berasal dari pagar rumahku.

"Hmm? Ke-kenapa yaa?" ujarku terbata-bata seperti melihat hantu. Seorang anak kecil lelaki yang mungkin seumuran denganku, tersenyum manis. Aku memang anak yang pemalu, apalagi aku canggung saat berbicara dengan anak lelaki seusiaku.

"Nggak usah canggung yaa, aku nggak gigit kok. Cuma mau ngambil bola basketku aja, sorry loh ganggu." kata anak lelaki itu sambil menunjuk bola basket yang berada di dekat semak-semak, tak jauh dari tempat aku berdiri.

"Eh, ini yaa?" aku langsung memungut bola itu, berlari kecil kearah lelaki tadi dan memberinya. Diam-diam aku mengagumi perpaduan wajah tampan dan manisnya. Mata coklatnya terlihat bersinar di tengah teriknya matahari. Sorot tatapan dari mata itu terlihat baik dan ramah. Kurasa aku harus memberanikan diri dan berusaha tak merasa canggung berbicara dengannya.

"Thanks yaa! Aku tetangga sebelah yang baru aja pindahan kemaren. Aku juga belum ada temen nih, barangkali aku bisa temenan sama kamu. Namaku Ryan, kamu?" kata Ryan mengulurkan tangannya.

"Catherine." ujarku sambil membalas uluran tangan Ryan dan tersenyum.

"Ryaan!! Tolong bantuin Papa angkat kardus niih!"

"Bye, Cath. See you again! Main aja ke tempatku nggak papa kok!" Ryan langsung berlari pulang, sambil berteriak dan melambaikan tangannya kearahku.

"Siapa, Cath? Oohh, tetangga sebelah yang baru pindahan?" kata Mama menepuk bahuku. Aku mengangguk perlahan dan tersenyum tipis. Entah kenapa aku merasa dia terlihat berbeda dari teman-teman lelaki sekelasku.

"Cieee, tumben nih Catherine ngobrol sama cowo! Jangan-jangan diem-diem nanti naksir nih!" Mama menggoyang bahuku perlahan dan meledekku.

"Apaan sih, Maa. Nggak laah, pasti juga dia beda sekolah."

Daan, kamu tak pernah tahu kapan hatimu memilih, kamu juga tak pernah tahu kapan takdir berkata lain...

Setelah perkenalan singkat itu, entah bagaimana ternyata Ryan satu kelas denganku! Banyak dari teman-teman sekelas yang iri denganku karna kedekatan kami. Tapi, tak jarang juga banyak sahabat dekat yang mendukungku.

Lucunya, apa kamu ingat?

Kita selalu melirik satu sama lain dan saat tatapan kita bertemu, kita langsung tertawa kecil hingga menutup muka kita masing-masing.

Kita selalu membicarakan hal bodoh yang bahkan tak masuk akal.

Kita selalu dimarahi guru karna main surat-suratan di kelas.

Aku nyaman berada di dekatmu,
Aku hanya mengharapkan masa-masa itu. Entah dimana pun kamu sekarang berada.

"Sebenarnya, apa alasanmu pergi tanpa kabar?"

Tapi, aku juga bukan siapa-siapa. Aku tak berhak marah saat kamu pindah, aku tak berhak kecewa saat kamu tak berkata apapun.

Sekalipun hanya selembar surat dan pita, tapi seharusnya bersyukur karna kamu masih memikirkanku sebelum kamu pergi, kan? Mungkin, aku hanya kesal karna kamu tak pernah mengatakannya secara langsung di depanku. Ucapan selamat tinggal...

-Catherine, kelas 7-

---

"Semuanya berawal dari teman, semua berawal dari pertama kali kita bertemu, semua berawal dari perkenalan, semua berawal darimu."

---

"Dari Catherine masa depan, yang sekarang kelas 11,

Aku belum bisa move on, Cath. dia tetep dapet spot yang spesial di hatiku. Gimana pun kayanya itu emang first lovemu deh. Aduuh, aku kok ngomong sendiri gini sih."


Almost Is Never Enough [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang