Di luar dugaan. Conan tidak marah ataupun kesal. Dia malah tersenyum manis. Bahkan Conan membalik topi itu lalu berkata, "Lo keliatan cantik kalau begini." Gain tidak menanggapi. Dia terlalu bingung harus bersikap bagaimana. Maka ia hanya menunduk dan kembali tenggelam dalam lagu yang didengarnya.

"Lagi dengerin apa sih?" tanya Conan menghilangkan keheningan di antara keduanya. Gain diam. Mendengarkan apa? Dia bahkan tidak tahu judul dari lagu yang saat ini ia dengarkan.

"Nggak tahu judulnya."

"Loh?" seru Conan. Gain menggaruk ujung hidungnya melihat Conan kebingungan. Lalu dia melepas sebelah headsetnya kemudian memasangnya di telinga kiri Conan membuat cowok itu memantung untuk sepersekian detik.

"Dengerin sendiri. Siapa tahu lo tahu judul lagunya," jelas Gain sebelum Conan memikirkan hal yang salah. Gain lalu kembali menunduk. Dia membalik lagi topi yang tadi dibalik Conan membuat bagian depan topi menutupi sebagian wajahnya. Dia melakukan itu bukan tanpa alasan. Gain hanya tidak ingin Conan melihat wajahnya yang sudah bersemu merah karena malu.

Berdiriku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu

Dalam hati kecil ku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Aku ‘kan ada untuk dirimu
Dan bertahan untukmu

Terlukis indah raut wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah yang hanya untukku
Tertulis indah puisi cinta dalam hatiku
Dan aku yakin kau memanglah pilihan hatiku

Gain membeku ketika Conan ikut menyenandungkan lirik lagu yang mereka dengarkan bersama. Dengan gerakan cepat ia menoleh. Gain menelan ludahnya. Saat ini Conan sedang menatapnya lembut. Dia tidak tahu pasti arti dari tatapan itu, tapi yang pasti saat ini adalah jantungnya berdebar tidak karuan. Gain sampai merasa jantungnya bermasalah karena detaknya begitu cepat. Seperti habis lari marathon ratusan kilometer saja.

"Oy... Awas!"

Bersamaan dengan seruan itu, bola basket menghantam kepala Conan hingga membuat cowok itu terjengkang ke belakang. Gain menutup mulutnya. Antara kaget juga menahan tawa.

"Nah, kena bola kan. Makanya pacaran jangan di lapangan!" seru seorang siswa yang Gain tahu dia teman sekelasnya Conan.

"Kampret! Main bola lihat-lihat, dong, Bram!"

"Ye, salahin bolanya sana! Orang yang nabrak pala lo itu bola, bukan gue."

"Kan elo yang lempar."

"Lo juga nggak bakal kena bola kalau nggak bengong di sana. Mentang-mentang ditemenin pacar jadi nggak fokus lo."

"Oy lanjut!" seru ketua acara supaya pertengkaran tidak berlanjut.

Bram menurut. Mereka meneruskan permainan dengan bola baru sedangkan bola yang menghantam kepala Conan tadi dibiarkan begitu saja. Gain mendekati Conan, membantunya berdiri lalu memeriksa dahi cowok itu.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Gain. Conan menggeleng.

Gain menutup mulutnya. Mencegah tawa yang ingin keluar dari bibirnya. Sungguh. Kejadian tadi sangat lucu. Apalagi saat Conan terjengkang.

"Ketawa aja, nggak usah ditahan!" kata Conan pada Gain. Cewek itu menggeleng-gelengkan kepala, tapi sedetik kemudian tawanya pecah. Conan memang kesal. Namun, melihat Gain tertawa seperti itu membuatnya lupa pada rasa kesalnya.

"Maaf," ucap Gain karena Conan terus saja melihatnya. Dia takut Conan tersinggung dengan tawanya.

"Nggak masalah. Lo keliatan lebih cantik kalau tertawa."

Astaga!

Ada apa dengan Conan hari ini? Kenapa sedari tadi dia terus saja menggunakan kata cantik hingga membuat Gain kepedean seperti itu. Dia bisa baper kalau Conan terus saja mengatakan itu. Padahal kan Gain sudah sekuat tenaga supaya tidak baper dengan segala tingkah juga ucapan Conan. Namun, jika Conan terus begitu bisa-bisa pertahanannya runtuh.

***

Seluruh penghuni XI IPS 3 menatap jengah pada Conan. Menurut mereka, hari ini cowok itu bersikap aneh. Dia selalu mengikuti Gain kemanapun cewek itu pergi. Tidak seperti Conan yang biasanya bersikap cool dan terkesan tidak perduli.

Gain menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jangankan mereka, dia juga tidak tahu alasan dari sikap aneh Conan hari ini.

"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Iman yang tahu-tahu sudah ada di hadapan Gain dan Conan. "Ini sedikit pribadi sebenarnya, tapi gue bertanya mewakili mereka yang bingung dengan hubungan kalian."

"Ada apa dengan hubungan kami?" tanya Conan yang mulai sedikit tahu tentang apa yang akan Iman tanyakan.

"Sebenarnya... Hubungan kalian itu apa?"

"Kita pacaran."

"Oh ya? Begitu? Kalian pacaran? Tapi, apa yang gue lihat nggak kayak gitu."

"Maksud lo?"

"Tempo hari, gue lihat Gain dan Neal berduaan di aula. Lo ada di sana, lo lihat mereka juga, tapi lo nggak ngelakuin apa-apa. Padahal gue lihat dengan jelas, lo udah mengepalkan tangan. Gue juga gak pernah lihat kalian jalan berdua setelah Conan ngeshare foto tangan itu. Apa kalian benar-benar pacaran?"

"Kenapa lo nanyain hal seperti itu?" Gain angkat suara.

"Lo bener, Man. Tempo hari gue emang ada di aula, gue memang lihat Gain dan Neal, tapi lo nggak tahu kan alasan kenapa gue memilih pura-pura nggak lihat mereka? Gue sengaja. Gue cuma nggak pengen hubungan gue hancur hanya karena sikap egois gue. Maka saat itu, gue lebih milih meredam emosi dan tanya ke Gain tentang apa yang mereka lakukan. Hanya itu. Apa gue salah?" Iman diam. Conan tersenyum lalu melanjutkan, "Kalau soal jalan berdua. Kita memang nggak jalan berdua. Kita juga tidak pergi kemana-mana saat malam minggu seperti yang dilakukan pasangan lain, tapi lo nggak tahu kan kalau gue dateng ke rumah Gain? Ya, tidak sering memang, tapi pasti lo tahu alasannya kenapa, iya kan? Gue punya pengalaman buruk tentang itu."

"Tapi, setidaknya bersikaplah kalau lo memang sayang sama Gain."

"Gue sayang sama dia. Hanya saja caranya yang berbeda. Kita memang tidak seperti pasangan lain. Gue sama dia punya cara yang berbeda untuk mengekspresikan perasaan kami karena inilah cinta versi kita," kata Conan sambil merangkul Gain.

"Apa sekarang lo udah ngerti, Man?"

"Hem, yah. Gue ngerti." Iman menganggukkan kepalanya. Dia kemudian kembali ke tempat duduknya.

Gain terdiam. Jawaban panjang lebar dari Conan membuatnya tidak bisa mengatakan apa-apa. Yah, Conan memang bisa mengatasinya, tapi yang baru saja ia katakan itu terlalu dalam untuk pasangan pura-pura seperti mereka.

***



TBC
17 Juni 2017
©Mindsweet

Ssstt Pacar Pura PuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang