Alfin menghela nafas besar, "Yah, aku kangen temen aku."

"Iya nantikan kamu dapat teman baru disekolah kamu." Ayah Alfin fokus pada jalan raya.

Iya tapi temen aku itu beda. Yah Batin Alfin menolak ucapan Ayahnya.

"Nah, udah sampai. Ini sekolah baru kamu. Yuk ayah antar ke kelas kamu." Ayah Alfin turun dari mobilnya.

Alfin yang masih didalam mobil menatap sekolah barunya sedih. Walaupun sekolah ini lebih bagus dari sekolahnya di Jakarta. Namun, temannya pasti sangatlah berbeda.

Ayah Alfin mengetuk kaca mobil yang membuat Alfin tersadar akan lamunannya. "Iya yah aku turun." Alfin keluar dari mobil dan mulai berjalan bersama ayahnya memasuki sekolah baru Alfin.

Lama Alfin berjalan dilorong yang ramai oleh murid yang berseragam sepertinya akhirnya sampai juga ia didepan kelasnya.

Ayah Alfin berjongkok didepan Alfin. Tangan kekar itu memegang kedua bahu anaknya. "Nah, ini kelas baru kamu. Ayah antar kamu sampai sini aja ya. Ayah mau kerja dulu." Ayah Alfin mengecup kening putranya. "Ayah berangkat. Assalamualaikum."

Alfin menatap sedih ayahnya, "Iya, walaikumsalam."

Alfin memasuki kelas yang didepannya terdapat papan kelas tiga. Suasana kelas ramai oleh anak lelaki yang bermain pesawat kertas. Alfin tersenyum pada beberapa orang yang menatapnya.

Kursi kosong hanya ada pada tempat duduk seorang perempuan yang kedua rambutnya dikepang dua.

Alfin duduk disana. Perempuan itu tidak terganggu dengan datangnya seseorang yang tiba - tiba duduk disampingnya. Justru perempuan itu senang akhirnya ia mendapatkan teman duduknya.

Selama pelajaran berlangsung Alfin dan teman duduknya tidak bertegur sapa keduanya sibuk dengan urusan masing - masing.

Teeeeeet. Bunyi bel pulang akhirnya berbunyi. Setelah melewatkan pelajaran terakhir dengan membosankan Alfin segera mengemasi barang miliknya lalu memasukannya kedalam tas hitam miliknya.

Berjalan Alfin menyusuri lorong sekolah yang ramai. Alfin kebingungan, ia bahkan tadi pagi tidak sempat menghafal jalan dari gerbang hingga ke kelasnya.

Akhirnya Alfin hanya berdiri mengikuti kerumunan yang sekarang Alfin berada di kantin.
"Aku harus kemana?"

"Kamu kesasar?" Seseorang berbicara pada Alfin.

Alfin mencari asal suara tersebut. Dilihatnya perempuan yang dikepang dua sedang berdiri disampingnya. "Kamu kesasar?" Tanya perempuan itu lagi.

Alfin mengangguk, merasa sadar bahwa perempuan yang dikepang dua itu adalah teman duduknya.

"Aku antar ke gerbang mau?" Ucap perempuan tadi menawarkan bantuan.

"Mau," Alfin secara malu menerima bantuan perempuan tersebut.

Selama perjalanan keduanya hanya diam. "Nama aku Alfin. Nama kamu?" Alfin membuka pembicaraan.

"Aku Arin" Perempuan tersebut tersenyum. "Tuh gerbang sekolahnya." Arin menunjuk gerbang yang tak jauh berada dihadapan mereka.

Alfin tersenyum, "Makasih ya Arin."

Arin mengangguk "Sama - sama."

Alfin segera berlari menuju gerbang sekolah. Tanpa disadari sebuah mobil akan masuk menuju sekolah.

Bruk!

Alfin tertabrak mobil tadi. Tubuh Alfin terkapar tepat di gerbang sekolahnya.

"Alfin!!" Teriak Arin yang melihat dengan jelas kejadian mengejutkan yang berada dihadapannya. Segera Arin berlari menuju Alfin yang sedikit sadarkan diri.

"Alfinn!" Arin menggoyangkan tubuh Alfin.

Alfin tersenyum, "Alfina?"

Arin terkaget, dan tepat saat itu Alfin tidak sadarkan diri.

Mobil ambulance sekolah segera datang, dimasukannya Alfin kedalam mobil ambulance. Arin saat itu masih terdiam terpaku menatap tubuh Alfin yang penuh darah dibawa ambulance untuk ke rumah sakit.

"Cepet sembuh Alfin." Arin menatap ambulance yang perlahan menghilang dari pandangannya.

----------
Sudah hampir satu minggu Alfin tidak masuk sekolah. Arin kembali duduk sendiri saat itu tapi berbeda dengan hari ini. Alfin yang dengan perban dikepalanya duduk disamping Arin dengan penuh senyuman.

Tepat saat itu mereka berdua menjadi lebih sering bertegur sapa dan tepat saat itu pula memori kenangan indah Alfin dengan Alfina perlahan menghilang yang tergantikan dengan memori indah Alfin dengan Arin.

-------
Hai kasian alfina dilupain huhuhu. Tapi lebih kasian aku sih yg dilupain doi. Eh?

Semoga puasa hari ini lancar yaa.

Childhood MemoriesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz